lxxiv pembelajaran
berupa peralatan,
bangunan, dan
mebelair, b
mengembangkan metodologi pembelajaran E learning, c pengadaan bahan ajar modul dan perangkat lunaknya, d meningkatkan pembelajaran
akademik adaptif dan produktif, serta e mengembangkan E library.
e. Tahap Pemantauan Monitoring
Pemantauan merupakan bagian integral dari penyelenggaraan SBI, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara
rencana yang telah ditetapkan dengan hasil yang dicapai berdasarkan program dan kegiatan di setiap satuan pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh informan 2 Lihat catatan lapangan 2, halaman 82, kegiatan ini tidak dilaksanakan secara rutin atau tidak mesti dan dilakukan oleh pihak eksternal,
yaitu dari Depdiknas dan Direktorat Pembinaan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk proses pembelajaran, pemantauan dilakukan oleh pihak
sekolah, sedangkan untuk sistemnya dilakukan oleh pihak independen, dalam hal ini UNY sebagai salah satu fasilitator program rintisan SBI.
f. Hambatan Penyelenggaraan Program Rintisan SBI
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat beberapa hambatan dalam penyelenggaraan program rintisan SBI di SMK N 6 Surakarta
antara lain: 1. Kurangnya ketersediaan dana untuk menunjang sarana dan prasarana
pelaksanaan rintisan SBI Salah satu hambatan yang utama dalam pelaksanaan SBI adalah
kurangnya ketersediaan dana guna menunjang sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan 1 dan
2 lihat catatan lapangan 1 dan 2 bahwa untuk memenuhi segala persyaratan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dimulai dari
pengembangan secara fisik serta sampai dalam upaya peningkatan kualitas SDM di SMK 6 N Surakarta. Dana yang diberikan dilakukan secara
bertahap sehingga selaku pihak sekolah hanya bisa menunggu dana tersebut diberikan. Hal tersebut sulit untuk dipecahkan karena SMK 6
lxxv hanya sebagai penerima bantuan sehingga dalam kenyataannya hanya
dapat menunggu dana tersebut diberikan. 2. Kemampuan tenaga edukatif dan administrasi dalam berbahasa Inggris
yang masih kurang Dalam pelaksanaan rintisan SBI, bahasa Inggris merupakan bahasa
pengantar, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih ada tenaga edukatif yang belum menguasai bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh informan 3 lihat catatan lapangan 3, halaman 86 bahwa terbatasnya kemampuan guru dalam berbahasa Inggris secara aktif
masih menjadi kendala dalam proses pembelajaran. 3. Kurang menguasainya guru dalam penggunaan metode pengajaran
Salah satu hambatan yang dirasakan siswa adalah cara mengajar guru di kelas yang terkadang masih monoton dan kurang jelas dalam
penyampaiannya sehingga membuat siswa tidak paham dengan materi yang disampaikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan 5 dan 8
lihat catatan lapangan halaman 89 dan 96 bahwa ada sebagian guru yang dalam menerangkan suaranya kurang terdengar jelas lirih sehingga
membuat siswa yang duduk dibelakang tidak memahami dengan materi yang disampaikan, kemudian penyampaian yang kurang jelas membuat
siswa menjadi sulit untuk menangkap pelajaran. 4. Adanya guru yang apatis kurang berprestasi
Adanya guru yang apatis dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan RSBI. Seperti halnya yang diungkapkan oleh informan 1 lihat catatan
lapangan 1, halaman 78, ada guru yang ingin berprestasi dan ada guru yang apatis. Khususnya guru yang apatis merupakan kendala, setiap kali
harus memberikan motivasi agar mau berperan serta. Oleh karena untuk melaksanakan seluruh program rintisan SBI semua pihak terutama guru
dituntut untuk berperan serta dalam berbagai tugas dan agar selalu meningkatkan prestasi kinerjanya. Serta didukung pula dengan tidak
diimbanginya dan tidak adanya timbal balik prestasi dari pemerintah dalam bentuk penghargaan atau honorarium tambahan dari hasil
lxxvi kinerjanya, sebagaimana yang disampaikan oleh informan 2 Lihat catatan
lapangan 2, halaman 81. Dari hal tersebut maka dapat membuat guru menjadi kurang bersemangat dan termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya.
g. Upaya-upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan dalam