Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Karakteristik Individu

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita Gastroenteritis Anak Berdasarkan Kelompok Umur Umur Jumlah orang Persentase 1 - 4 tahun 77 79.4 5 - 9 tahun 14 14.4 10 - 14 tahun 6 6.2 Total 97 100.0 Berdasarkan tabel 5.1, persentase terbesar kejadian gastroenteritis pada anak adalah pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu sebesar 38.1 sedangkan yang paling sedikit pada kelompok umur 10-14 tahun 6.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Gastroenteritis Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 5.2, persentase terbesar pasien anak yang menderita gastroenteritis adalah laki-laki, yaitu sebanyak 63 orang 64.9. Jenis Kelamin Jumlah orang Persentase Laki-laki 63 64.9 Perempuan 34 35.1 Total 97 100 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Antibiotik yang digunakan pada Pasien Gastroenteritis Anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik No. Jenis Antibiotik Jumlah Persentase 1 cefotaxime 18 18.6 2 ampicillin+cefotaxime 11 11.3 3 cotrimoxazole 10 10.3 4 ceftriaxone 9 9.3 5 ampicillin+gentamycin 6 6.2 6 ampicillin 5 5.2 7 cefotaxime+cotrimoxazole 5 5.2 8 ampicillin+ceftriaxone 5 5.2 9 amoxicillin 3 3.1 10 cefadroxyl 3 3.1 11 cefotaxime+ceftriaxone 3 3.1 12 metronidazole 2 2.1 13 ampicillin+chloramphenicol 2 2.1 14 cefotaxime+ampicillin+cotrimoxazole 2 2.1 15 albendazole 1 1.0 16 ceftazidime 1 1.0 17 ampicillin+cotrimoxazole 1 1.0 18 amoxicillin+ceftriaxone 1 1.0 19 cefotaxime+cefadroxyl 1 1.0 20 cefotaxime+gentamycin 1 1.0 21 ceftriaxone+cotrimoxazole 1 1.0 22 ceftriaxone+gentamycin 1 1.0 23 ceftriaxone+miconazole 1 1.0 24 cotrimoxazole+amoxicillin 1 1.0 25 cotrimoxazole+miconazole 1 1.0 26 ceftazidine+amikasin+ceftriaxone 1 1.0 27 ceftriaxone+ampicillin+gentamycin 1 1.0 28 cotrimoxazole+cefotaxime+albendazole 1 1.0 29 cotrimoxazole+gentamycin+ceftriaxone 1 1.0 Total 97 100.0 Berdasarkan tabel 5.3, penggunaan antibiotik Cefotaxime merupakan antibiotik yang paling sering digunakan yaitu sebanyak 18.6 18 orang. Tabel 5.4 Distribusi Lama Rawat Inap Pasien Gastroenteritis Anak di RS Adam Malik Berdasarkan tabel 5.4, durasi rawat inap pasien anak dengan gastroenteritis di RS Adam Malik yang paling banyak adalah 3 hari dengan rata-rata lama rawatan 8 hari. Tabel 5.5 Distribusi Durasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Gastroenteritis Anak di RS Adam Malik Variabel Mean Median Minimum-maksimum Lama Rawatan 8.76 6.00 1- 49 Variabel Mean Median Minimum-Maksimum Lama Pemberian Antibiotik 5.34 4.00 1-28 Berdasarkan tabel 5.5, didapatkan rata-rata durasi penggunaan antibiotik yang pada pasien anak dengan gastroenteritis adalah 5 hari. Lama pemberian antibiotik yang paling singkat adalah 1 hari sedangkan durasi maksimal penggunaan antibiotik adalah 28 hari. Tabel 5.6 Keadaan pasien saat pulang Berdasarkan tabel 5.6, keadaan pasien saat pulang sebahagian besar belum dalam kondisi sembuh 51.5 . Tabel 5.7 Ketepatan Dosis Antibiotika pada Pasien Anak dengan Gastroentritis di Bagian Anak RS Adam Malik Medan Ketepatan Dosis Jumlah Persentase tepat 36 37.1 tidak tepat 61 62.9 Total 97 100.0 Berdasarkan tabel 5.7, sebanyak 36 sampel mendapat terapi antibiotik yang tepat sedangkan 61 sampel mendapat terapi antibiotik yang tidak tepat. Kondisi pasien saat pulang Jumlah Persentase sembuh 47 48.5 tidak sembuh 50 51.5 Total 97 100.0 Tabel 5.8 Hubungan Ketepatan Dosis dengan Lama Perawatan LAMA RAWATAN Total 14 hari tdk lama 14 hari lama Ketepatan dosis tepat 31 5 36 tidak tepat 11 61 Total 81 16 97 Berdasarkan tabel 5.8, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ketepatan dosis dan lama rawatan p = 0,600 Tabel 5.9 Hubungan Lama Pemberian Antibiotik dengan Lama Perawatan Kelompok Lama Perawatan hari Total 14 hari tidak lama 14 hari lama Lama Pemberian hari 7 hari 60 3 63 7 hari 13 34 Total 81 16 97 Berdasarkan tabel 5.9, terdapat hubungan yang bermakna antara lama pemberian obat dengan lama perawatan p = 0,0001. Tabel 5.10 Hubungan Ketepatan Dosis dan Lama Pemberian Antibitiotik dengan Lama Perawatan Karakteristik Lama Rawatan Total 14 hari tdk lama 14 hari lama Ketepatan dosis, durasi pemberian tepat dosis, 7 hari 24 2 26 tepat dosis, 7 hari 7 3 10 tidak tepat dosis, 7 hari 42 4 46 tidak tepat dosis, 7 hari 8 7 15 Total 81 16 97 Berdasarkan tabel 5.10, terdapat hubungan yang bermakna antara ketepatan dosis dan lama pemberian antibiotik dengan lama perawatan pada anak dengan gastroenteritis p = 0.031.

5.3 Hasil Analisa Statistik

Pada penelitian ini, pasien anak dengan gastroenteritis yang mendapatkan antibiotik lebih banyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan data Kementerian Kesehatan RI bahwa penderita dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan. Namun di berbagai penelitian sebelumnya belum ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan penyakit gastroenteritis. Dari 97 pasien yang diteliti ditemukan kejadian gastroenteritis terbanyak pada kelompok umur 1 hingga 4 tahun yaitu sebanyak 77 orang, diikuti kelompok umur 5 hingga 9 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang mendapatkan bahwa prevalensi diare atau gastroenteritis yang tertinggi adalah pada anak balita 1-4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh anak pada kelompok umur tersebut mulai aktif bermain di luar rumah dan berisiko terkena pelbagai infeksi, termasuklah gastroenteritis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNPAD 2008, didapatkan bahwa dari 1100 resep yang diteliti, sebesar 64,82 meresepkan antibiotik terutama golongan cephalosporin untuk terapi gastroenteritis. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana jenis antibiotik yang paling banyak digunakan adalah cefotaxime, yang merupakan golongan cephalosporin yaitu sebanyak 18 kasus, diikuti dengan penggunaan antibiotik kombinasi ampicillin dan cefotaxime sebanyak 11 kasus..Pilihan utama antimikroba berdasarkan educated guess pada gastroenteritis tergantung pada mikroba penyebabnya. Infeksi Shigella dapat diobati dengan kotrimoksazol, florokuinolon, dan ampisilin. Vibrio cholera diobati dengan tetrasiklin dan kotrimoksazol. Entamuba histolytica dengan metronidazol. Campylobacter jejuni dengan eritromisin, florokuinolon dan tetrasiklin Cakrawardi et al., 2009. Ketepatan dosis yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari segi dosis dan frekuensi pemberian antibiotik berdasarkan sumber textbook serta pedoman penggunaan antibiotik dari WHO. Neonatus dan anak memerlukan pertimbangan khusus dalam perhitungan dosis obat karena perbedaan usia secara fisiologis akan merubah farmakokinetika banyak obat. Penghitungan dan pemberian dosis obat disesuaikan dengan berat badan anak Katzung, 2009. Ditinjau dari segi ketepatan pemberian dosis obat antibiotik, didapat 61 dari 97 sampel 62.9 mendapat dosis yang tidak tepat sedangkan 36 sampel 37.1 mendapatkan dosis yang tepat. Jika selama terapi terdapat terapi salah satu antibiotik yang dosis penggunaannya tidak tepat maka terapi antibiotik diasumsikan tidak tepat dosis. Ketidaktepatan dosis juga berlaku mungkin karena adanya pengelompokkan dosis berdasarkan kelompok umur tertentu. Ataupun dapat disebabkan adanya perbedaan referensi yang digunakan antara peneliti dengan praktisi medis di lapangan Meyta, 2012. Pemberian dosis antibiotik yang tidak tepat, tidak hanya berisiko menyebabkan kegagalan terapi tapi dapat juga menyebabkan terjadinya resistensi terhadap obat tersebut.