Mataram di Tepi Jurang Kehancuran

B. Mataram di Tepi Jurang Kehancuran

Yogyakarta dan Paku Alaman telah melalui sejarah panjang sejak pertengahan abad ke-18 hingga millenium kedua. Keberadaan Kasultanan Yogyakarta resmi diakui sejak ditan- datanganinya perjanjian Pilahan Nagari 1755. Peristiwa pem- bagian Negara Mataram, dilatarbelakangi oleh beragam konflik yang melibatkan tidak hanya kalangan keraton saja, tetapi juga pihak VOC. Keterlibatan VOC dalam bidang politis dimulai sejak ditandatanganinya sebuah perjanjian antara Susuhunan Paku Buwono II (PB II) dengan VOC pada tahun 1733. Salah

8 Selo Soemardjan, loc.cit. 9 Ibid.

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian satu isi perjanjian menyatakan bahwa Mataram memberikan

kuasa penuh kepada VOC untuk mendirikan sebuah pengadilan independen yang menangani masalah tindak kejahatan yang merugikan VOC. 10

Kontrak ini menandai era masuknya pengaruh VOC ke dalam kehidupan politik kerajaan Mataram. Sejak saat itu, kerajaan semakin tergantung kepada bantuan dari VOC. Pada 1742 terjadi Geger Pecinan, Susuhunan kewalahan untuk me- numpas pemberontakan ini. Maka VOC menawarkan bantuan kepada Mataram untuk memadamkan pemberontakan. Susu- hunan memberikan imbalan berupa hak monopoli untuk menyelenggarakan perdagangan dan pengangkutan di wilayah Mataram. Sikap lemah Susuhunan terhadap VOC, menyebab- kan kekecewaan beberapa bangsawan maupun pejabat. 11

Raden Mas Said melancarkan perlawanan dari daerah Sukowati sebagai bentuk protes terhadap Susuhunan. Pembe- rontakan RM Said pun tak mampu ditumpas oleh Susuhunan. Sang raja Mataram mengadakan sayembara bagi siapa yang mampu memadamkan pemberontakan RM Said, maka akan diberi hadiah wilayah di Sukowati. Pangeran Mangkubumi– adik PB II yang tengah berkuasa–berhasil memadamkan pem- berontakan tersebut, lalu menuntut imbalan yang telah dijan- jikan Susuhunan sebelumnya. Ternyata Susuhunan tidak memenuhi janjinya kepada Mangkubumi, malahan ia meme- rintahkan agar Sukowati diserahkan kepada patih Pringgoloyo.

Pangeran Mangkubumi tidak bergeming atas tuntutan

10 Darmosugito, Kota Yogyakarta 200 Tahun, (Yogyakarta: Panitia Peringatan Kota Jogjakarta 200 Tahun, 1956), hlm. 7, Selo Soemardjan, op.cit hlm. 18.

11 Ibid.

Keistimewan Yogyakarta Pringgoloyo dan komandan pasukan VOC di Yogyakarta van

Hohendorff untuk menyerahkan Sukowati. Pringgoloyo mengadukan Mangkubumi kepada Gubernur Jenderal van Im- hoff saat mengunjungi Surakarta. Van Imhoff menegur Mang- kubumi di depan para bangsawan dan pejabat, sehingga tin- dakan ini dianggap menghina dan melukai harga diri Mangku-

bumi. 12 Mangkubumi dan para pengikutnya diam-diam me- ninggalkan istana pada malam hari tanggal 19 Mei 1746. 13 Ia menggabungkan diri dengan gerakan RM Said dan Martapura. Mereka menghadapi ‘musuh’ yang sama, raja yang tidak mene- pati ucapannya dianggap telah mengkhiati amanat sebagai raja, sehingga tidak pantas dianggap sebagai panutan. 14

Susuhunan kembali meminta bantuan Kompeni untuk menumpas pemberontakan yang semakin kuat. Di pihak lain, Mangkubumi dan RM Said mempererat hubungan dengan ikatan pernikahan antara RM Said dengan puteri Mangkubumi. Kini gerakan Mangkubumi—RM Said menghadapi musuh ganda, yaitu Susuhunan sekaligus Kompeni. Kondisi kesehatan Susu- hunan memburuk dalam masa perang saudara ini. Susuhunan melihat bahwa Mataram semakin lemah oleh pemberontakan Mangkubumi dan RM Said, oleh karena itu ia semakin mende- katkan diri guna mendapat perlindungan dari VOC yang diwa- kili oleh Gubernur Yogyakarta van Hohendorff. Pada tanggal

11 Desember 1749 van Hohendorff atas nama VOC berhasil menekan Susuhunan untuk menandatangani sebuah kontrak

12 Soedarisman Poerwokoesoemo, Kadipaten Paku Alaman, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1985). hlm. 8—9 .

13 Selo Soemardjan, op.cit. hlm. 19. 14 Ibid.

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian politik baru. Perjanjian itu berisi pernyataan Susuhunan

menyerahkan kerajaan Mataram kepada VOC dengan syarat bahwa hanya keturunannya yang berhak mewarisi tahta

Mataram. 15 Susuhunan Paku Buwono meninggal 9 hari setelah menandatangani perjanjian penyerahan Mataram tersebut. Perjanjian penyerahan Mataram telah merubah status Nagari Mataram dari negara merdeka menjadi vassal VOC. Susu- hunan PB III mewarisi status ini, ia harus takluk terhadap intervensi pihak VOC, karena VOC pulalah yang menobatkan- nya menjadi Raja Mataram.

Sementara itu, pemberontakan Mangkubumi-RM Said semakin tak terbendung. Prediksi Belanda bahwa penobatan Susuhunan yang baru akan memadamkan api pemberontakan sama sekali tidak terbukti, gerakan Mangkubumi-RM Said semakin merepotkan VOC. Sekitar bulan Juli 1759, RM Said menyerang Surakarta, meskipun berhasil dipukul mundur,

VOC bukannya tidak mengalami kerugian besar. 16 Mangkubu- mi mengalami kemenangan gilang-gemilang dengan mendu- duki daerah pesisir pada 1754. 17 Keberhasilan ini telah menye- babkan daerah-daerah pesisir melancarkan serangan kepada Kompeni. Taktik gerilya dan serangan tiba-tiba dari kubu Mangkubumi-RM Mas Said membuat VOC kerepotan. Strategi baru segera direncanakan untuk menghancurkan pemberon- takan dengan mematahkan kerjasama antara Mangkubumi dengan RM Said lewat politik devide et impera.

15 M.C. Ricklefs, Yogyakarta di Bawah Sultan Mangkubumi 1749 – 1792 : Sejarah Pembagian Jawa (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002). hlm. 62 – 78.

16 Ibid. 17 Ibid.

Keistimewan Yogyakarta Ketika Susuhunan Pakubuwono II mangkat dan Pakubu-

wono III naik tahta, Mangkubumi pada hari yang sama ditah- biskan menjadi Sunan Mataram. Pada saat penobatan Mang- kubumi jumlah bangsawan yang menghadiri penobatannya lebih banyak dari pada saat upacara kenaikan tahta Paku Buwono III. Ini menunjukkan bahwa dukungan dan legitimasi Mangkubumi lebih besar ketimbang Susuhunan. 18

Sementara itu, sekitar tahun 1750 Gubernur Jenderal van Imhoff digantikan oleh Gubernur Jenderal Mossel. Sedangkan van Hohendorff mengundurkan diri karena sakit dan diganti- kan oleh Nicolaas Hartingh. Hartingh memiliki kemampuan berbahasa Jawa dan memahami jiwa dan budaya Jawa. Ia segera merancang strategi baru dalam menghadapi dua orang

yang paling mengancam kestabilan Mataram. 19 Langkah pertama adalah mendekati secara personal baik Mangkbumi maupun RM Said. Keduanya akan didekati terpisah, dengan demikian akan menimbulkan saling mencurigai dan waspada satu sama lain, pada akhirnya persekutuan mereka dapat dihancurkan. Jika keduanya berhasil dipisahkan dan saling memusuhi, maka Kompeni menjadi pilihan mereka untuk memperkuat diri. 20

Pada akhir 1753 taktik Kompeni terbukti berhasil, kedua- nya saling menyerang, kenyataan bahwa mereka adalah mer-

18 Para pendukung Mangkubumi beranggapan bahwa Susuhunan Pakubuwono III tidak lagi memiliki kekuatan, karena telah berada di dalam genggaman

Kompeni. Statusnya sebagai Raja Mataram kelak mempengaruhi daya tawar- nya terhadap Kompeni. Dalam perundingan meyelesaikan konflik Mataram, Mangkubumi menuntut pembagian wilayah Mataram.

19 Soedarisman Poerwokoesoemo, op.cit., hlm. 10–14. 20 Ibid.

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian tua dan menantu tidak mampu menahan perpecahan kedua-

nya. Kompeni menjadi pilihan untuk bersekutu, baik Mangku- bumi dan RM Said akhirnya bersedia melakukan kontak perundingan dengan Kompeni.

Gubernur Jenderal Mossel mengunjungi Hartingh pada tahun 1754 di Semarang dalam rangka membahas pemecahan masalah Mataram. Diskusi keduanya sampai kepada kesim- pulan bahwa untuk menyelesaikan konflik Mataram, Kompeni harus melaksanakan perundingan dengan Mangkubumi. Fakta bahwa Mangkubumi telah diangkat Sunan menyebabkan jalan ke luar yang paling logis adalah dengan memecah Mataram menjadi dua. 21

Hartingh membuka perundingan diplomatik pertama dengan Mangkubumi pada 25 September 1754. 22 Pertemuan dilakukan di Pedagangan–Grobogan. Pada awalnya Mangku- bumi masih menaruh kecurigaan kepada Hartingh. Namun hal ini dapat dilewati, keduanya mengucapkan sumpah terle- bih dahulu sebelum memulai perundingan. Sumpah itu berisi bahwa keduanya tidak akan saling mengkhianati. Perundingan menghasilkan kesepakatan bahwa Mangkubumi akan menda- patkan setengah wilayah Mataram, daerah yang secara de facto telah berada di dalam kekuasaannya. Tawaran Kompeni agar Mangkubumi menjadi raja di wilayah timur ditolak. Mang- kubumi beralasan tidak pernah ada Raja Mataram yang bertahta di wilayah timur. Awalnya Mangkubumi menuntut menggunakan gelar Susuhunan atau Sunan, namun Hartingh menyampaikan pendapat bahwa tidak sewajarnya ada dua

21 Soedarisman Poerwokoesoemo, Ibid. 22 M.C. Ricklefs, op.cit., hlm. 86 ––94.

Keistimewan Yogyakarta Sunan dalam ’satu negara’. Gelar Sultan diberikan kepada

Mangkubumi sebagai gelar pengganti Sunan. Mangkubumi dapat menerima alasan ini, lagipula sejarah awal mula Mata- ram telah mengenal gelar Sultan untuk gelar sang raja. 23

Lalu di manakah PB III yang selama perjanjian tersebut secara de jure adalah penguasa Mataram ? PB III telah berada di dalam cengkraman Belanda dan nyaris sebagai simbol bela- ka. Dalam perjanjian-perjanjian pembagian Mataram, ia nyaris tidak dilibatkan. Posisinya otomatis diwakilkan kepada Har- tingh yang merupakan wakil VOC, dan PB III pun tunduk kepada VOC. Hartingh membawa hasil pertemuannya kepada PB III, berkat pengaruhnya, PB III menyatakan persetujuan atas pembagian wilayah Mataram demi kedamaian. Pernya- taannya dituangkan dalam surat yang ditujukan kepada

Hartingh pada 4 November 1754. 24 Akhirnya perang saudara yang menjadi konflik perebutan kekuasaan bisa diselesaikan secara damai melalui perjanjian Pilahan Nagari (Pembagian negara) pada 13 Februari 1755 di desa Giyanti. 25

Pangeran Mangkubumi diangkat sebagai raja dengan gelar Sampeyan dalem Ingkang Sinuwun Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdurrachman Sajidin Pano- togomo Kalifatullah. Sultan Hamengku Buwono mendapat

23 Raja-raja kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Demak kemudian Pajang pada mulanya menggunakan gelar Sultan bagi pemimpin negara. Sedangkan

raja Mataram yang jelas menggunakan gelar Sultan adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo. Jadi Mangkubumi bisa menerima alternatif gelar ini, salah satunya karena latar belakang sejarah kerajaan Mataram memungkinkan untuk menggunakan gelar tersebut.

24 Soedarisman Poerwokoesoemo, op.cit., hlm. 13–14. 25 M.C. Ricklefs, op.cit., hlm. 107 – 111.

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian setengah dari wilayah kerajaan Mataram di sebelah barat

dengan nama kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat. 26 Gelar dan wilayah kekuasaannya diturunkan kepada keturunan Sultan. Isi perjanjian lainnya adalah Mangkubumi melepaskan Pulau Madura dan Pesisir, kepada VOC dengan ganti rugi uang sebesar 10.000 real setiap tahun. Ganti rugi ini merupakan pembagian

yang sama dengan yang diterima Sunan. 27 Patih dan para bupati diangkat dan diberhentikan oleh Sultan setelah mendapat persetujuan dari Kompeni. Para pejabat rijks berstuurder wajib mengangkat sumpah setia kepada Kompeni. Sri Sultan akan menjual bahan-bahan makanan dengan harga yang ditentukan Kompeni. Selain itu, Sultan berjanji menaati semua perjanjian yang telah dilakukan oleh para penguasa Mataram terdahulu. 28