98
B. Kondisi Mikro Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi wortel. Tinggi rendahnya
hasil produksi pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebelum mengkaji pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi wortel, perlu
diketahui terlebih dahulu bentuk fungsi produksi usahatani wortel tersebut. Bentuk fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi Cobb-Douglas. Ada beberapa alasan dalam pemakaian bentuk Cobb – Douglas. Pertama, usahatani wortel bersifat “The Law of Deminishing Return”
atau hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Kedua, fungsi produksi Cobb – Douglas mudah dianalisis dan diakui ketelitiannya. Ketiga, fungsi produksi
Cobb-Iouglas dapat menganalisis lebih lanjut untuk mengkaji pengaruh masing- masing faktor produksi terhadap produksinya.
Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan Y dan variabel yang menjelaskan X. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa
produksi dan variabel yang menjelaskan berupa faktor produksi. Pada penelitian ini, variabel.pen
.
jelas X yang digunakan dalam fungsi produksi adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik kandang, pupuk anorganik pupuk urea, ZA,
TSPSP 36, KCL, pestisida dan benih.. Dari hasil analisis regresi, diperoleh model fungsi produksi Cohb-Douglas
sebagai berikut :
99 Y = 2,428 X
1 0,152
X
2 0,282
X
3 0,112
X
4 0,144
X
5 0,160
X
6 0,177
Keterangan : Y = produksi wortel kg
X
1
= luas lahan Ha X
2
= jumlah tenaga kerja HKP X
3
= jumlah pupuk kandang Kg X
4
= jumlah pupuk kg X
5
= jumlah pestisida liter X
6
= jumlah benih kg Ketepatan model dari fungsi produksi di atas dapat diketahui dari nilai
koefisien determinasi R
2
. Nilai R
2
dari hasil analisis adalah sebesar 0,602. Nilai R
2
dari penelitian ini relatif rendah karena faktor-faktor produksi yang digunakan dalam model hanya mampu menjelaskan 60,2 saja, namun demikian hal ini
masih bisa diterima karena penelitian ini merupakan penelitian cross section dimana menurut Winarno 2007, pada analisis seksi silang, nilai R
2
cenderung rendah sedangkan dalam analisis runtut waktu nilai R
2
cenderung tinggi karena biasanya semua variabel mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu. Nilai R
2
sebesar 0,602 menunjukan bahwa sumbangan faktor-faktor produksi dalam model terhadap produksi wortel adalah sebesar 60,2 , sedangkan 39,8 merupakan
sumbangan dari faktor-faktor lain di luar model. Menurut Gomez dalam Soekartawi 1994 faktor-faktor lain di luar model ini dapat berupa iklim,
tehnologi, kondisi biologi yang meliputi varietas yang digunakan, tanaman pengganggu, hama dan penyakit, masalah tanah dan kesuburan tanah serta kondisi
100 sosial ekonomi yang meliputi kebiasaan dan sikap, pengalaman petani, tingkat
pendidikan dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor- faktor produksi yang meliputi luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik kandang,
pupuk anorganik pupuk urea, ZA, TSPSP 36, KCL, pestisida dan benih mampu menerangkan pengaruhnya terhadap produksi wortel secara cukup baik terhadap
model yang digunakan. Pengaruh penggunan faktor-faktor produksi secara bersama-sama
terhadap produksi wortel dianalisis dengan menggunakan uji F. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai probabilitas F 0,000000 lebih kecil dari
α 0,05 dengan selang kepercayaan 95 . Hal ini berarti bahwa luas lahan, tenaga kerja,
pupuk organik kandang, pupuk anorganik pupuk urea, ZA, TSPSP 36, KCL, pestisida dan benih secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi
wortel di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Heru Irianto dan Sugiharti 2005 pada komoditas bawang merah
di lahan pantai DIY yang menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel tenaga kerja, benih, urea, ZA, SP 36, KCL, pupuk organik, NPK, dan luas lahan
berpengaruh terhadap produksi bawang merah. Koefisien dari masing-masing faktor produksi pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar bertanda positif
ini berarti bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa luas lahan, tenaga kerja,
pupuk organik kandang, pupuk anorganik pupuk urea, ZA, TSPSP 36, KCL, pestisida dan benih secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap produksi
wortel di Kabupaten Karanganyar.
101 Pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi wortel dapat
dilihat dari uji keberartian koefisien regresi dengan uji t. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar secara individual berpengaruh nyata terhadap produksi wortel.
1. Luas Lahan
Hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95 menunjukkan bahwa luas lahan secara individual berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel.
Dalam pengusahaan pertanian keberadaan lahan tidak bisa dipisahkan. Ada kaitan yang erat antara luas lahan dengan proses produksi pertanian. Lahan
tidak saja sebagai tempat tanaman tumbuh dan berkembang tetapi yang lebih penting adalah sebagai tempat di mana secara alamiah sebagian unsur hara
yang dibutuhkan tanaman itu berada. Keberadaan sumberdaya lahan tersebut tidak dapat digeser dengan sumber daya yang lain.
Luas lahan berpengaruh terhadap produksi wortel dengan elastisitas sebesar 0,152. dan bertanda positif yang berarti bahwa kenaikan luas lahan
sebesar 1 akan meningkatkan produksi sebesar 0,152 cateris paribus. Dengan demikian semakin bertambah luas lahan yang digunakan, maka
semakin tinggi produksi wortel. Rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar hanya 0,245 Ha sehingga
diperoleh nilai efisiensi 3,51. Nilai efisiensi yang lebih besar dari satu merupakan indikator bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa luas
lahan tersebut belum efisien sehingga perlu ditambah. Suratiyah 2008
102 mengatakan bahwa dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang
diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Luas lahan akan menentukan skala usahanya yang pada akhirnya
akan mempengaruhi efisiensi. Luas lahan yang dimiliki para petani di daerah bantul menurut Suratiyah 2003 untuk padi sawah 0,09 Ha, kedelai 0,11 Ha,
kacang tanah 0, 18 Ha, bawang merah 0,36 Ha, tembakau 0,11 Ha dan jagung 0,21 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani keluarga pada umumnya
berlahan sempit petani gurem karena penggunaan lahan kurang dari 0,5 ha. Menurut sensus pertanian 2003 jumlah petani gurem di Jawa Tengah 74,9
sedangkan di Indonesia 56,5 . Luas lahan yang digunakan untuk usaha tani wortel oleh petani sampel
rata-rata hanya 0,245 Ha, dari 100 sampel petani hanya 5 orang yang memiliki lahan lebih dari 0,5 Ha. Sebagian besar memiliki luas lahan kurang dari 0,25
Ha yaitu sebanyak 60 orang, sedangkan yang memiliki luas lahan antara 0,25 sampai 0,5 Ha sebanyak 35 orang. Sempitnya lahan yang dimiliki petani
wortel ini disebabkan karena adanya penjualan sebagian lahan yang dimilikinya karena kebutuhan ekonomi dan karena adanya sistem pembagian
tanah warisan, sehingga jika seorang petani memiliki lahan sebanyak satu hektar dan dibagikan kepada keempat anaknya maka setiap anak hanya
memiliki lahan sebanyak 0,25 Hektar. Sempitnya lahan yang diusahakan akan mempengaruhi efisiensi produksinya.
Analisis hasil penelitian menunjukkan nilai optimum luas lahan yang dapat mencapai efisiensi adalah sebesar 0,8608 Ha, dengan luas lahan tersebut
103 akan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Peningkatan luas lahan akan
dapat meningkatkan produksi artinya bahwa semakin luas lahan yang digunakan maka semakin tinggi produksi yang akan diperoleh. Fenomena
yang terjadi di Kabupaten Karanganyar usaha perluasan lahan yang digunakan akan membutuhkan investasi yang cukup besar dan adanya kecenderungan
semakin berkurangnya lahan usahatani sebagai akibat beralihnya fungsi lahan usahatani sebagai perumahan untuk penduduk. Selain itu penambahan luas
lahan untuk meningkatkan produksi wortel tidak mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang pendek sehingga petani perlu mengupayakan intensifikasi
pertanian usahatani untuk meningkatkan produksi pada lahan yang ada dengan panca usaha tani yang meliputi penggunaan bibit unggul, pengairan,
pemupukan yang tepat jenis, dosis, waktu dan caranya, pemberantasan hama penyakit secara optimal serta teknik budidaya yang benar.
Efisiensi ekonomi usahatani wortel ini tercapai saat petani menggunakan luas lahan 0,8608 ha berarti jika lahan yang digunakan lebih
luas maka mengakibatkan lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja, terbatasnya
persediaaan tenaga kerja di daerah itu yang akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut dan terbatasnya persediaan modal untuk membiayai
usaha pertanian dalam skala luas tersebut. Sebaliknya pada luas lahan sebesar 0,8608 ha upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin
baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar sehingga usaha pertaniaan seperti ini lebih efisien.
104
2. Tenaga Kerja
Hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95 menunjukkan bahwa tenaga kerja secara individual berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel di
Kabupaten Karanganyar. Tanaman wortel termasuk dalam kategori tanaman semusim. Menurut Suratiyah 2008 tanaman semusim lebih banyak memerlukan
tenaga kerja daripada tanaman tahunan. Pada usahatani wortel kebutuhan tenaga kerja juga tinggi karena tanaman wortel memerlukan pemeliharaaan yang intensif
mulai dari pembibitan sampai panen. Pemeliharaan yang kurang intensif menyebabkan tanaman mengalami kelambatan pertumbuhan baik pada masa
pertumbuhan vegetatif maupun pada pertumbuhan generatif yaitu pada saat pertumbuhan bunga dan buah. Selain itu pengaruh perubahan iklim serta adanya
serangan hama dan penyakit merupakan kendala penting yang harus mendapatkan penanganan khusus dalam upaya mempertahankan dan menjaga kontinuitas
produksi. Koefisien regresi tenaga kerja yang diperoleh dari analisis hasil penelitian
sebesar 0,283, koefisien regresi ini sekaligus menunjukan elastisitasnya. Elastisitas sebesar 0,283 dan bertanda positif yang berarti bahwa kenaikan
penggunaan tenaga kerja sebesar 1 akan meningkatkan produksi sebesar 0,283 . Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk usahatani wortel di
Kabupaten Karanganyar adalah 229 HKP Hari Kerja Pria sehingga diperoleh nilai efisiensi 0,88. Nilai efisiensi yang lebih kecil dari satu merupakan indikator
bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa tenaga kerja tersebut tidak efisien sehingga perlu dikurangi, analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa
105 nilai optimal penggunaan tenaga kerja dalam satu hektar adalah sebesar 202
HKP. Satu HKP setara dengan bekerja dari jam 08.00 pagi sampai jam 16.00 dan istirahat selama satu jam dari jam 12.00 – 13.00, jadi satu HKP sama dengan tujuh
jam. Upah rata-rata tenaga kerja pada usahatani di Kabupaten Karanganyar ini
sebesar Rp. 17.102,02 rupiah, upah tenaga kerja ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan upah tenaga kerja di Cipanas Jawa Barat yang hanya Rp. 15.000HKP
Nur Berlian, 2003. Tingginya upah tenaga kerja pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar ini disebabkan karena tingginya permintaan tenaga kerja
pada saat-saat tertentu misalnya saat pengolahan tanah, tanam dan panen, sementara jumlah tenaga kerja yang ada relatif tetap.
Kegiatan – kegiatan yang memerlukan tenaga kerja pada usahatani wortel adalah saat pengolahan tanah, pembentukan bedengan dan parit, pemupukan
dasar, pembibitan, penanaman, penjarangan, penyiangan, pemupukan susulan, pengendalian hama dan penyakit serta panen. Penggunaan tenaga kerja yang bisa
dikurangi yaitu saat pengolahan tanah yaitu dengan bantuan traktor untuk membajak tanah. Penggunaan traktor ini akan menghemat pemakaian tenaga kerja
bahkan waktu yang diperlukan untuk mengolah tanah pun lebih singkat daripada dicangkuli sendiri. Hal ini senada dengan penelitian Soentoro 1998 yang
menyatakan bahwa penggunaan traktor dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat waktu pengolahan lahan dan lebih ekonomis. Meskipun demikian
sebagian besar petani dengan keterbatasan modal tidak mungkin dapat membeli sendiri sehingga dapat diatasi dengan cara menyewa traktor atau secara
106 berkelompok kelompok tani membeli traktor dan bahkan traktor ini selain
digunakan untuk kepentingan petani sendiri juga bisa disewakan kepada petani lain selain anggota kelompok pembeli traktor sehingga bisa menambah
pendapatan. Bahkan sekarang ini mulai dikembangkan tehnologi budidaya tanpa olah tanah TOT yang sudah mulai diterapkan pada padi dan kedelai, jika sistem
budidaya wortel tanpa olah tanah ini juga bisa diterapkan dengan hasil yang baik maka dapat menghemat biaya penggunaan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja
saat penyiangan juga bisa ditekan dengan menggunakan herbisida untuk memberantas pertumbuhan gulma dan rumput-rumput liar. Menurut Cahyono
2002 untuk memberantas rumput liar dan gulma dalam 1 hektar lahan diperlukan 2 liter herbisida dengan harga Rp. 66.000liter jadi petani hanya mengeluarkan
uang sebesar Rp. 132.000 rupiah, padahal jika menggunakan tenaga kerja maka diperlukan 30 HKP untuk penyiangan Rukmana, 1995 jadi dengan harga tenaga
kerja sebesar Rp 17.102,02 petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 513.060,6 rupiah sehingga penggunaan herbisida ini bisa menghemat biaya
sebesar Rp. 381.106,06 rupiah. Penghematan biaya juga bisa ditekan saat pengendalian hama dan penyakit. Pada dasarnya hama dan penyakit tanaman bisa
dicegah atau paling tidak dikurangi dengan penggunaan bibit yang sehat bebas dari kontaminasi penyakit, menjaga kebersihan lahan, pengaturan jarak tanam,
drainase, pengapuran tanah, pemupukan berimbang, penggunaan tanaman perangkap dan penggunaaan varietas tanaman yang tahan tehadap serangan hama
dan penyakit. Jika serangan hama dan penyakit yang menimpa tanaman wortel tidak begitu berat maka tenaga kerja yang diperlukan untuk pengendalian hama
107 dan penyakitnya pun lebih sedikit sehingga biaya dapat ditekan.
3. Pupuk Organik Pupuk Kandang
Hasil uji t pada tingkat keercayaan 95 menunjukkan bahwa pupuk organik secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi wortel. Pupuk
kandang sebagai pupuk organik yang digunakan dalam usahatani wortel mempunyai peranan yang sangat besar. Pupuk kandang berfungsi untuk
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan daya serap tanah terhadap air, sehingga semakin banyak pupuk kandang yang digunakan maka struktur tanah
semakin baik. Penelitian yang dilakukan Suratiyah 2003 menyatakan bahwa usahatani tembakau yang menggunakan pupuk organik kandang memberikan
pendapatan yang lebih tinggi Rp. 361.427,72 jika dibandingkan dengan usaha tani tembakau tanpa pupuk organic kandang yang hanya memberikan
pendapatan sebesar Rp. 190.271,69. Disamping itu, pupuk kandang juga dapat mempertinggi humus, mendorong kehidupan jasad renik dan penting sebagai
sumber unsur mikro bagi tanaman sehingga keseimbangan unsur hara dalam tanah semakin baik. Oleh karena itu, penggunaan pupuk kandang secara intensif dapat
meningkatkan kualitas lahan pertanian di daerah penelitian. Perlakuan pemupukan dimaksudkan untuk menambahi unsur hara yang dibutuhkan tanaman Pemupukan
dilakukan agar lahan memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang
,
dengan baik sehingga hasilnya pun tinggi. Koefisen regresi pupuk organik yang diperoleh dari hasil penelitian
sebesar 0,112, koefisien regresi ini sekaligus menunjukan elastisitasnya. Elastisitas sebesar 0,112 dan bertanda positif yang berarti bahwa kenaikan
108 penggunaan pupuk organik sebesar 1 akan meningkatkan produksi sebesar
0,112 pupuk organik yang digunakan untuk usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar ini adalah 7.344,3 kg sehingga diperoleh nilai efisiensi 1,68. Nilai
efisiensi yang lebih besar dari satu merupakan indikator bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa pupuk organik tersebut belum efisien sehingga perlu
ditambah.. Menurut Nur Berlian 2003 usahatani wortel memerlukan pupuk kandang sebanyak 15.000 kg, menurut Dirjen DIKTI dalam Sinar Tani usahatani
wortel membutuhkan pupuk 10.000 kg, bahkan menurut Bambang Cahyono 2002 usahatani wortel membutuhkan 30.000 kg pupuk kandang setiap
hektarnya. Penggunaan pupuk kandang di Kabupaten Karanganyar masih lebih kecil dari rekomendasi penggunaan di beberapa tempat karena pada saat mulai
pengolahan tanah biasanya petani pada usahatani yang lain juga sedang mengolah tanah untuk usahatani padi, kubis, sawi ataupun bawang putih, musim tanam yang
hampir bersamaan ini menyebabkan pada saat tertentu kebutuhan pupuk kandang sangat besar sementara persediaan relatif terbatas, petani yang tidak memiliki
ternak akan kesulitan mendapat pupuk kandang karena biasanya pupuk kandang yang dihasilkan peternak lain digunakan sendiri untuk lahannya akibatnya pupuk
kandang yang digunakan juga sedikit. Pupuk kandang yang digunakan untuk usaha tani wortel oleh petani
sampel rata-rata hanya 7.344,3 kg Ha, dari 100 sampel petani hanya 6 orang yang menggunakan pupuk kandang lebih lebih dari 30.000 kgHa. Sebagian besar
menggunakan pupuk kandang kurang dari 10.000 kgHa yaitu sebanyak 61 orang, sedangkan yang menggunakan pupuk kandang antara 10.000 sampai 30.000 Ha
109 sebanyak 33 orang. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan penggunaan pupuk
kandang untuk meningkatkan hasil produksi karena pupuk kandang sangat penting untuk memperbaiki sifat fisika, kimia maupun sifat biologi tanah.
Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisika tanah yang berupa tekstur dan struktur tanah menjadi tekstur lempung berpasir atau lempung ringan
dengan sedikit kandungan pasir dan struktur remah gembur, mudah mengikat air porous, memiliki drainase yang baik, dan memiliki solum kedalaman tanah
dalam. Sifat fisika tanah yang baik dalam menjamin tersedianya oksigen di dalam tanah. Oksigen diperlukan untuk proses pernafasan akar tanaman dan proses
penguraian bahan-bahan organik tanah humus menjadi zat-zat yang tersedia. Sifat fisika tanah yang baik juga dapat meningkatkan pembiangan air drainase,
sehingga dapat mencegah terjadinya genangan air yang menyebabkan umbi dan akar membusuk, memudahkan akar tanaman menembus tanah, meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan akar sehingga penyerapan air dan zat hara lebih sempurna dan memudahkan pertumbuhan umbi sehingga umbi yang terbentuk
besar-besar. Sifat kimia tanah yang perlu diperhatikan adalah derajat keasaman pH tanah. pH tanah yang sesuai untuk tanaman wortel berkisar 5,5 – 6,5, derajat
keasaman tanah yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan produksi menurun, jika pH terlalu rendah
menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit bintil akar dan pH terlalu tinggi menyebabkan wortel kekurangan kalium sehingga menghambat pertumbuhan.
Sifat biologi tanah yang baik dapat membantu ketersediaan zat-zat hara yang diperlukan tanaman, membantu melarutkan zat-zat hara yang sulit terurai,
110 menekan pertumbuhan patogen, menyuburkan tanah dan membantu meningkatkan
oeredaran udara dalam tanah aerasi. Sifat biologi tanah yang baik ditandai oleh banyaknya organisme tanah dan aktivitasnya, banyaknya bahan organik tanah
humus, dan tingkat kesuburan yang cukup tinggi. Pemberian pupuk kandang sangatlah penting untuk memperbaiki kondisi
tanah oleh karena itu penggunaan pupuk kandang oleh petani wortel yang hanya 7.344,31 kgha harus ditingkatkan menjadi 12.338,40ha untuk mencapai efisiensi,
untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal, pupuk harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, pemberian pupuk kandang
dengan dosis yang terlalu tinggi akan mengakibatkan pembentukan umbi abnormal, apalagi bila pupuk kandang yang, diberikan kurang matang. Karena
pupuk kandang yang kurang matang banyak mengandung bibit penyakit yang dapat menyebabkan kematian tanaman.
4. Pupuk anorganik
Pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk urea, pupuk ZA, TSPSP 36, dan KCL secara individual juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi
wortel pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini karena pupuk urea mengandung unsur nitrogen berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif batang,
daun, akar, pembentukan sel-sel baru, pembentukan klorofil dan peningkatan kemampuan tanaman untuk menyerap zat hara lain. Pemberian pupuk urea yang
kurang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan tanaman akibatnya pertumbuhan maupun perkembangan tanaman akan terhambat. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa rata-rata penggunaan pupuk urea sebesar 176,42 kg
111 per Hektar. Sedangkan berdasarkan rekomendasi dari Dinas pertanian penggunaan
pupuk urea untuk satu hektar sebesar 225 kg, sehingga perlu adanya peningkatan penggunaan pupuk urea untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Menurut
Nur Berlian dkk 2003 pupuk yang diberikan saat tanam wortel terdiri dari campuran pupuk urea 100 kgha, TSP 100kg, dan KCL 30 kgha. Pemupukan
susulan pertama diberikan pada umur 2 minggu setelah tanam berupa 50 kg urea dan pemupukan susulan kedua pada umur 1-1,5 bulan dengan urea 50 kgha dan
KCL 20 kgha. Pupuk TSP juga mempengaruhi produksi wortel karena pupuk TSP
mengandung fosfatfosfor yang berfungsi dalam pembentukan akar, umbi, bunga, buah dan perakaran, peningkatan produksi dan mutu umbi, peningkatan daya
tahan tanaman terhadap penyakit daun dan penopang untuk memperkokoh tegaknya tanaman pemberian pupuk TSP yang kurang mengakibatkan pebentukan
akar, umbi, buah akan terhambat dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit daun, dimana berdasarkan penelitian diketahui bahwa rata-rata
penggunaan pupuk TSP sebesar 81,97 kgHa sedangkan berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian Penggunaaan pupuk TSP untuk satu hektar
sebesar 615 kg, oleh karena itu perlu adanya peningkatan penggunaaan pupuk TSP untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.
Pertumbuhan tanaman dan pembentukan umbi wortel dapat mencapai
maksimal apabila pemberian pupuk anorganik yang berupa urea, ZA, TSPSP36,
KCL yang merupakan penyedia unsur N, P dan K dilakukan tepat dosis, tepat waktu dan tepat penempatan. Pemberian pupuk yang dilakukan petani wortel yang
112 hanya sebesar 330,80 kg masih perlu ditambah sehingga mencapai 945,93 kg
supaya mencapai efisiensi. Elastisitas produksi penggunaan pupuk anorganik ini sebesar 0,144 dan bertanda positif yang berarti bahwa kenaikan luas lahan sebesar
1 akan meningkatkan produksi sebesar 0,144 cateris paribus. Dengan demikian semakin bertambah pupuk anorganik yang digunakan, maka semakin
tinggi produksi wortel. Meskipun demikian pemberian pupuk dengan dosis yang terlalu besar selain merupakan penambahan biaya modal usahatani, juga dapat
berpengaruh buruk terhadap tanaman, yakni menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik dan produktivitas tanaman rendah atau bahkan tanaman mati karena
keracunan.
5. Pestisida
Hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95 menunjukkan bahwa pestisida secara individual berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Pestisida
mempunyai peranan yang penting dalam pengendalian hama dan penyakit karena jika hama dan penyakit tidak dikendalikan seawal mungkin dengan pestisida maka
akan menurunkan hasil panen sehingga mengurangi pendapatan, serangan hama dan penyakit yang memburuk bisa mengakibatkan gagal panen, oleh karena itu
harus ditangani dengan tepat. Pestisida berpengaruh terhadap produksi wortel dengan elastisitas sebesar
0,160. dan bertanda positif yang berarti bahwa kenaikan luas lahan sebesar 1 akan meningkatkan produksi sebesar 0,160 cateris paribus. Dengan demikian
semakin bertambah pestisida yang digunakan, maka semakin tinggi produksi wortel. Rata-rata pestisida yang digunakan untuk usahatani wortel di Kabupaten
113 Karanganyar hanya 3,08 literHa sehingga diperoleh nilai efisiensi 8,22. Nilai
efisiensi yang lebih besar dari satu merupakan indikator bahwa penggunaan faktor produksi yang berupa pestisida tersebut belum efisien sehingga perlu ditambah.
Pestisida yang digunakan untuk usaha tani wortel oleh petani sampel rata- rata hanya 3,08 literHa, dari 100 sampel petani hanya 29 orang yang
menggunakan pestisida lebih dari 6 literHa. Sebagian besar menggunakan pestisida kurang dari 5 literHa yaitu sebanyak 59 orang, sedangkan yang
menggunakan pestisida antara 5 sampai 6 literHa sebanyak 12 orang. Petani wortel di Kabupaten Karanganyar masih menggunakan sistem manual untuk
mengatasi hama penyakit yaitu dengan menangkap hama yang terdapat pada tanaman dan mencabuti tanaman yang terserang penyakit, langkah ini bisa
dilakukan jika tanaman yang terkena serangan hanya sedikit, akan tetapi cara ini akan mengakibatkan pemborosan penggunaaan tenaga kerja jika jumlah tanaman
yang terserang hama dan penyakit sangat banyak sehingga penggunaaan pestisida akan lebih efektif mengatasinya. Oleh karena itu penggunaan pestisida perlu
ditambah dari 3,08 liter yang selama ini digunakan petani menjadi 25,30 supaya pemberantasan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat diatasi sampai
tuntas. Mahalnya harga pestisida yang mencapai Rp. 77.472 membuat petani
mengurangi penggunaan pestisida dalam menangani hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Petani wortel ini dihadapkan pada keterbatasan modal untuk
membeli pestisida oleh karena itu perlu ditempuh cara lain untuk menanggulangi serangan hama penyakit yaitu dengan pengendalian secara kultur teknis yaitu
114 dengan pengolahan tanah secara intensif, sanitasi kebun yang baik, penggunaan
benih yang sehat, pengaturan jarak tanam, pengaturan drainase, pengapuran tanah, pemupukan berimbang, penjarangan tanaman, pergiliran tanaman dan penggunaan
tanaman perangkap serta pengendalian secara biologis yaitu dengan meyebarkan dan memelihara hewan yang menjadi musuh alami hama tanaman.
6. Benih
Hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95 menunjukkan bahwa benih secara individual berpengaruh secara nyata terhadap produksi wortel. Dalam
pengusahaan pertanian keberadaan lahan tidak bisa dipisahkan. Ada kaitan antara jumlah benih dengan hasil produksi pertanian. Semakin banyak benih yang
digunakan maka akan semakin banyak tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi, namun demikian banykanya tanaman yang terus dipelihara tiap
luasan lahan harus diperhatikan karena kalau terlalu banyak tanaman berarti jarak tanam akan terlalu rapat sehingga tejadi kompetisi dalam penyerapan unsur hara
yang akhirnya dapat menurunkan produksinya. Benih berpengaruh terhadap produksi wortel dengan elastisitas sebesar
0,177. dan bertanda positif yang berarti bahwa kenaikan penggunaan benih sebesar 1 akan meningkatkan produksi sebesar 0,177 cateris paribus.
Dengan demikian semakin bertambah benih yang digunakan, maka semakin tinggi produksi wortel. Rata-rata benih yang digunakan untuk usahatani wortel di
Kabupaten Karanganyar hanya 20,42 kgHa sehingga diperoleh nilai efisiensi 4,11. Nilai efisiensi yang lebih besar dari satu merupakan indikator bahwa
penggunaan faktor produksi yang berupa benih tersebut belum efisien sehingga perlu ditambah.
115 Benih yang digunakan untuk usaha tani wortel oleh petani sampel rata-rata
hanya 20,42 kgHa, dari 100 sampel petani hanya 4 orang yang menggunakan benih lebih dari 82 kg Ha. Sebagian besar menggunakan benih kurang dari 28
kgHa yaitu sebanyak 72 orang, sedangkan yang menggunakan benih antara 28 sampai 82 Ha sebanyak 24 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa supaya
produksi bisa mencapai efisiensi maka harus menggunakan benih sebanyak 83,85 kgHa.
7. Skala Usaha
Koefisien regresi tersebut juga dapat diketahui Return to Scale dari usahatani wortel. Kondisi Return to Scale dari usahatani dapat diketahui dari
hasil penjumlahan koefisien regresi masing-masing faktor produksi. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai penjumlahan dari koefisien regresi
faktor produksi sebesar 1,028 lebih dari satu yang berarti bahwa usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar mcngikuti kaidah Increasing Return to
Scale. Hal ini berarti apabila semua faktor produksi ditambah satu persen secara bersama-sama, menyebabkan kenaikan produksi wortel sebesar 1,028. Dengan
dernikian petani masih dapat memperbesar pendapatannya dengan menambah semua faktor produksi. yang digunakan.
Pada sebuah usaha produksi dengan berbagai kombinasi masukan atau faktor produksi maka analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
dilakukan berdasarkan rasio nilai produk marginal dengan harga masing-masing faktor produksi NPMxPx. Analisis efisiensi ekonomi tertinggi terjadi pada saat
NPMxPx = 1.
116 Hasil analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi
menunjukkan perbandingan antara nilai produk marginal dengan harga masing- masing faktor produksi mempunyai nilai yang tidak sama dengan satu sehingga
belum mencapai efisiensi ekonomis. Rasio nilai produk marginal luas lahan dengan harga sewa lahan sebesar 3,51 lebih besar daripada satu sehingga luas
lahan perlu ditambah dari 0,2451 ha menjadi 0,8608 ha supaya pengelolaanya lebih efisien, rasio nilai produk marginal tenaga kerja dengan harga tenaga kerja
sebesar 0,88 lebih kecil dari satu sehingga penggunaan tenaga kerja pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar yang semula 228,62 HKP perlu
dikurangi menjadi 202,06 HKP, rasio nilai produk marginal pupuk kandang dengan harga pupuk kandang sebesar 1,68 lebih besar dari satu sehingga
penggunaan pupuk kandang perlu ditambah dari 7.344,31 kg yang digunakan petani selama ini menjadi 12.338,40 kg, rasio nilai produk marginal pupuk
anorganik dengan harga pupuk anorganik sebesar 2,86 lebih besar dari satu sehingga penggunaannya perlu ditambah dari 330,80 kgHa menjadi 945,93
kgHa, rasio nilai produk marginal pestisida dengan harga pestisida sebesar 8,22 lebih besar dari satu sehingga penggunaan pestisida perlu ditambah dari 3,08
liter menjadi 25,30 literha, rasio nilai produk marginal benih dengan harga benih sebesar 4,11 lebih besar dari satu sehingga penggunaannya perlu ditambah dari
20,42 kg menjadi 83,85 kg. Faktor-faktor produksi yang perlu ditambah penggunaannya adalah luas lahan, pupuk organik pupuk kandang, pupuk
anorganik pupuk Urea, ZA, TSP, SP36, KCL, pestisida dan benih.
117
VII. KESIMPULAN DAN SARAN