70
B. Pengelolaan Usahatani Wortel
1. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan keras harus diolah kembali agar menjadi agregat-agregat
tanah yang lebih halus sehingga berstruktur remah. Lahan juga harus dibersihkan dari semak belukar, rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman lain
sehingga akan tercipta kondisi lahan yang dapat menjamin pertumbuhan tanaman dan pembentukan umbi wortel.
Penyiapan lahan untuk budidaya wortel ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman dan perkembangan umbi.
b. Pembentukan bedengan dan parit
Bedengan merupakan tempat penanaman, sedangkan parit merupakan saluran irigasi dan pengeluaran air dari lahan penanaman.
Pembuatan bedengan dan irigasi ini berfungsi untuk melindungi akar tanaman dan umbi wortel dari genangan air, memudahkan pemupukan,
pembuangan air yang berlebihan serta pemberantasan hama dan penyakit. Pada umumnya penyiapan lahan untuk wortel dilakukan dengan
dua sistem yaitu sistem bedengan dan sistem petak. Sistem bedengan mempunyai ukuran lebar 120 -150 cm, tinggi 20 - 40 cm dan jarak antara
71 bedengan 50 - 60 cm dan panjangnya sesuai keadaan lahan, sedangkan
untuk sistem petakan ukuran disesuaikan dengan ukuran lahan yang ada. Usahatani wortel di
Kabupaten Karanganyar menggunakan sistem
bedengan. Parit untuk irigasi umumnya dibuat dengan ukuran lebar 50 cm
dan kedalaman 40 cm. Lebar parit merupakan jarak antar bedengan sedangkan kedalaman parit merupakan tinggi bedengan.
c. Pemupukan dasar
Setelah diolah maka lahan untuk tanaman wortel tersebut diberi pupuk dasar untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan
menggunakan pupuk organik yaitu pupuk kandang. Pemupukan dasar dilakukan satu minggu sebelum tanam, dengan cara disebar secara merata
di permukaan bedengan kemudian tanah dicangkul agar pupuk tercampur rata dengan tanah.
2. Pembibitan Pengadaan benih wortel dapat dilakukan sendiri atau dengan cara
membeli di toko-toko sarana produksi pertanian, untuk mendapatkan bibit tanaman wortel yang bermutu harus digunakan biji benih dengan kualitas yang
baik.adapun perlakuan khusus terhadap benih wortel sebelum ditanam meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Benih wortel direndam dalam air dingin selama 12-24 jam atau dalam air hangat selama 15 menit sampai kelihatan pecah. Perlakuan ini untuk
72 mempercepat perkecambahan dan menghasilkan pertumbuhan yang seragam
setelah biji ditanam. b. Benih ditiriskan sehingga cukup kering.
c. Benih didesinfeksi dengan cara direndam dalam larutan insektisida dan fungisida dalam beberapa menit agar terhindar dari serangan hama dan
penyakit. d. Benih ditiriskan kembali hingga kering.
Benih yang digunakan oleh petani wortel di Kabupaten Karanganyar ini berupa umbi wortel setengah tua yang dipotong sepertiga bagiannya kemudian
ditanam kedalam tanah. Mereka tidak menggunakan benih yang berbentuk biji yang ditebarkan langsung ke permukaan tanah karena dari pengalaman mereka
benih-benih produksi local yang selama ini mereka gunakan mempunyai daya kecambah yang rendah sehingga benih dari biji yang berhasil tumbuh menjadi
bibit hanya sebagian kecil saja. Oleh karena itu para petani lebih suka menggunakan umbi setengah tua yang dijadikan sebagai benih. Selain itu harga
benih wortel relatif mahal yaitu seharga Rp. 10.000pak ukuran 25 gr padahal untuk 1 Hektar diperlukan paling tidak 80 pak 2 kg benih, ini berarti petani
harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 800.000 rupiahha hanya untuk membeli benih.
3. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan dengan menanam benih atau biji atau menanam tanaman wortel yang telah dewasa. Jika benih yang akan ditanam
berupa biji, pada bedengan dibuat lubang tanam atau guritan sedalam 0,5 cm –
73 1 cm dengan jarak antara guritan 20 cm hingga diperoleh jarak antara tanaman
.
10 cm. Benih atau biji wortel ditaburkan secara merata kedalam guritan kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis atau setiap lubang diisi dengan 2
atau 3 biji. Sedangkan bila benih yang akan ditanam berupa umbi maka dibuat lubang tanam dengan jarak tanaman 40 cm x 60 cm. Benih yang berupa umbi
ini ditanam pada lubang tanaman sebatas leher batang kemudian tanah dipadatkan pelan-pelan.
4. Penjarangan
Penjarangan tanaman perlu dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan untuk mengurangi populasi tanaman apabila pada satu lubang tanaman
tumbuh lebih dari satu tanaman. Penjarangan tanaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang kurang baik pertumbuhannya sehingga tersisa satu
tanaman yang terbaik. Tanaman inilah yang kemudian dipelihara sampai menghasilkan biji. Penjarangan tanaman akan memberikan jarak dalam
barisan tanaman sehingga sinar matahari dapat diterima dengan baik oleh setiap tanaman, dengan demikian proses fotosintesis dapat berjalan dengan
baik dan tanaman tumbuh subur serta berproduksi tinggi. Jika tidak dilakukan penjarangan maka tanaman akan tumbuh kurus dan umbi yang dihasilkan
kecil-kecil. 5. Penyiangan
Penyiangan dan pembubunan dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan. Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan rumput-rumput yang
tumbuh di areal pertanaman wortel. Rumput dan gulma sangat merugikan
74 usahatani, karena dapat menurunkan produksi yang dapat menekan
pertumbuhan tanaman wortel karena akan menjadi pesaing dalam penyerapan air, unsur hara, CO
2
dan cahaya matahari sehingga kebutuhan hara dan air bagi tanaman wortel tidak tercukupi.
Penyiangan dilakukan sesegera mungkin yaitu ketika rumput dan gulma masih muda sehingga kompetisi pengambilan air dan zat hara dapat dicegah
seawal mungkin, dan dapat mencegah kerusakan akar tanaman wortel. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput atau gulma dengan
menggunakan sabit. Pembersihan rumput yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul. Kemudian dilakukan pembubunan yaitu tanah di
sekitar barisan tanaman digemburkan dengan menggunakan sabit kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel yang dapat berfungsi untuk
memperbesar ukuran umbi dan mencegah umbi menggembul ke atas.
6.
Pemupukan Untuk keperluan pertumbuhan tanaman dan pembentukan umbi wortel,
tanaman memerlukan unsur-unsur N, P, K dalam jumlah yang banyak, sementara jumlah yang tersedia di dalam tanah relatif sedikit. Oleh karena itu
harus ditambahkan unsur-unsur N, P dan K dari luar. Penambahan unsur makanan ini dengan pupuk susulan. Pemupukan susulan berupa pupuk urea
dan pupuk TSP yang bertujuan agar wortel dapat tumbuh cepat dan subur sehingga hasil produksi dapat tinggi. Pemberian pupuk susulan tersebut dapat
dilakukan dengan cara mencampur pupuk urea dan pupuk TSP. Waktu pemberian pupuk susulan ini dua kali yaitu ketika tanaman berumur 30 hari
75 dan 60 hari. Caranya yaitu disebar secara merata ke dalam parit-parit yang
telah dibuat dengan kedalaman 2 cm dan berjarak 10 cm dari batang tanaman wortel, kemudian ditutup dengan tanah dan disiram dengan air hingga bersih.
7.
Pengendalian hama dan penyakit Serangan hama dan penyakit pada tanaman menimbulkan kerugian
yang besar. Selain merusak tanaman secara langsung, serangan hama juga dapat menyebabkan infeksi dari patogen penyebab penyakit. Serangan hama
dan penyakit yang tidak terkendali juga akan meningkatkan biaya produksi sehingga menurunkan pendapatan petani. Oleh karena itu pengendalian hama
penyakit harus dilakukan secara intensif sejak awal pertumbuhan benih sampai tanaman berproduksi. Umumnya petani menggunakan pestisida yang
berupa insektisida dan fungisida pada saat diperlukan. 8.. Panen
Penanganan panen umbi wortel yang benar dapat memberikan hasil yang baik yaitu umbi tidak rusak, tidak terlalu tua atau masih muda dan utuh
tidak terpotong-potong. Waktu panen adalah sekitar 90 -120 hari setelah tanam tergantung oleh varietas dan keadan iklim setempat. Tanaman wortel
sudah dapat dipanen apabila sebagian tangkai daun sudah berwarna kekuningan dan tanaman belum berbunga. Pencabutan umbi harus dilakukan
secara hati-hati agar umbi tidak patah dan kemudian tertinggal di dalam tanah. Umbi wortel yang terluka karena pencabutan yang kurang hati-hati akan
menjadi cacat sehingga memudahkan patogen untuk menginfeksi umbi akibatnya umbi cepat menjadi rusak dalam penyimpanan. Umbi wortel yang
76 telah dipanen masih mengalami penanganan lebih lanjut sebelum sampai ke
tangan konsumen. Penanganan selepas panen ini meliputi kegiatan pembersihan, pencucian, sortasi dan grading, pengemasan, penyimpanan,
pengangkutan dan pemasaran.
C . Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Wortel
Hasil produksi merupakan barang yang diperoleh dari suatu proses produksi. Kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan tergantung pada kualitas
dan kuantitas faktor-faktor produksi serta teknologi yang digunakan. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani wortel di
Kabupaten Karanganyar yang meliputi luas lahan, tenaga kerja baik tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk Za,
pupuk TSP, pupuk SP 36, pupuk KCL, pestisida, benih, pupuk daun, ponska, dan kapur pertanian dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
77 Tabel 5.2 Rata-rata Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani wortel di
Kabupaten Karanganyar pada Musim Tanam Oktober- Desember 2007
No Uraian
Fisik Persentase
Rekomendasi KgHa
1. Luas lahan Ha
0.25 2.
Tenaga kerja HKSP a. Tenaga kerja luar
129.37 56.59
b, Tenaga kerja keluarga 99.25
43.41 Jumlah Tenaga Kerja
228.62 100.00
3. Pupuk Organik kandang Kg
7,344.31 10,000
4. Pupuk Anorganik
Pupuk Urea Kg 176.42
53.33 225
Pupuk Za Kg 42.06
12.71 Pupuk TSP Kg
81.97 24.78
615 Pupuk SP 36 Kg
10.85 3.28
Pupuk KCL Kg 19.50
5.89 Jumlah Pupuk
330.80 100.00
5. Pestisida Liter
3.08 6.
Benih Kg 20.42
7. Pupuk daun Liter
0.01 8.
Ponska Kg 4.90
9. Kapur pertanian Kg
4.24 Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan yang ditanami wortel sebesar 0,25 Ha, ini berarti bahwa sebagian besar petani sampel hanya
mempunyai lahan yang sempit sehingga bisa dikategorikan sebagai petani gurem. Kepemilikan lahan yang sempit ini menyebabkan pengelolaan lahan kurang
efisien. Distribusi luas lahan yang dimiliki petani sampel dapat dilihat pada tabel 5.2a berikut ini :
Tabel 5.2a Distribusi Luas Lahan Petani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
No Luas Lahan Ha
Frekuensi
1. 0,25
60 60
2. 0,25 - 0,50
35 35
3. 0,50
5 5
Jumlah 100
100 Sumber : Analisis Data Primer
78 Tabel 5.2a menunjukkan bahwa jumlah petani sampel yang memiliki
luas lahan kurang dari 0,25 Ha paling banyak yaitu sebesar 60 persen, sedangkan yang memiliki luas lahan lebih dari 0,5 Ha hanya 5 persen. Jumlah petani sampel
yang memiliki luas lahan antara 0,25 – 0,50 Ha sebanyak 35 orang atau 35 persen dari jumlah petani sampel.
Jumlah Penggunaan tenaga kerja dalam satu hektar adalah 228,62 HKSP yang terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan dari luar keluarga.
Penggunaan tenaga kerja luar keluarga 56,59 lebih besar jika dibandingkan penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga. Distribusi penggunaan tenaga kerja
yang dimiliki petani sampel dapat dilihat pada tabel 5.2b berikut ini : Tabel 5.2b Distribusi Pengunaan Tenaga Kerja per Hektar pada Usahatani
Wortel di Kabupaten Karanganyar.
No Banyaknya Tenaga Kerja
HKP Frekuensi
1. 223
46 46
2. 223 - 370
24 24
3. 370
30 30
Jumlah 100
100 Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 5.2a menunjukkan bahwa jumlah petani sampel yang terbanyak mengunakan tenaga kerja kurang dari 223 HKP yaitu sebanyak 46, sedangkan
yang paling sedikit adalah petani sampel yang menggunakan tenaga kerja sebesar 223 – 370 HKP yaitu sebanyak 24 orang sampel. Jumlah petani sampel yang
menggunakan tenaga kerja lebih dari 370 HKP sebanyak 30 sampel. Pupuk yang digunakan oleh petani sampel meliputi pupuk organik yaitu
pupuk kandang dan pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk urea, ZA, TSP SP 36, dan KCL. Penggunaan pupuk kandang oleh petani sampel hanya 7.344,31
79 kgha lebih kecil dari rekomendasi yang dianjurkan oleh dinas pertanian
Kabupaten Karanganyar. Distribusi Penggunaan Pupuk Organik Pupuk Kandang pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.2c
berikut ini : Tabel 5.2c Distribusi Penggunaan Pupuk Organik Pupuk Kandang pada
Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
No Banyaknya Pupuk
Kandang Kg Frekuensi
1. 10000
61 61
2. 10000-30000
33 33
3. 30000
6 6
Jumlah 100
100 Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 5.2c menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel 61 menggunakan pupuk kandang kurang dari 10.000 kg ha, jumlah petani sampel
yang menggunakan puuk kandang lebih dari 30.000 kgha hanya 6 orang sendangkan yang menggunakan pupuk kandang antara 10.000-30.000 kgha
sebanyak 33 orang. Selain menggunakan pupuk organik pupuk kandang untuk
meningkatkan kesuburan tanah, petani sampel di Kabupaten Karanganyar ini juga menggunakan pupuk anorganik yang berupa pupuk urea, ZA, TSPSP 36 dan
KCL. Pupuk urea dan ZA merupakan pupuk yang menyediakan unsur nitrogen untuk pertumbuhan daun, pupuk TSPSP 36 sebagai pupuk yang menyediakan
unsur phospat untuk pertumbuhan bunga dan biji, dan pupuk KCL yang menyediakan unsur kalium yang diperlukan tanaman untuk pembentukan umbi.
Pupuk yang paling banyak digunakan dalam usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar ini adalah pupuk urea sebesar 176,42 kgha 53,33, sedangkan
80 yang paling sedikit adalah pupuk SP 36 yang hanya 10,85 kgha atau 3,28 dari
jumlah pupuk anorganik. Penggunaan pupuk urea dan TSP tersebut juga dibawah rekomendasi dari dinas pertanian. Distribusi Penggunaan Pupuk Anorganik pada
Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.2d di bawah ini :
Tabel 5.2d Distribusi Penggunaan Pupuk Anorganik pada Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar.
No. Banyaknya Penggunaan
Pupuk Kg Frekuensi
Persentase
1. Pupuk Urea
100 16
16 100 - 245
51 51
245 33
33 Jumlah
100 100
2. Pupuk TSP
100 54
54 100 - 400
41 41
400 5
5 Jumlah
100 100
3. Pupuk KCL
50 76
76 50 - 150
21 21
150 3
3 Jumlah
100 100
Sumber : Analisis Data Primer Tabel 5.2d menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel
menggunakan pupuk urea sebanyak 100 - 245 kg Ha 51, pupuk TSP sebanyak kurang dari 100 kgha 54 dan pupuk KCL sebanyak kurang dari 50
kgha. Pupuk urea merupakan pupuk yang paling besar penggunaannya dalam usahatani wortel dibandingkan dengan penggunaan puuk TSP maupun KCL.
Salah satu masalah yang dihadapi petani wortel di Kabupaten Karanganyar adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman, untuk
mengatasinya petani menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida rata-rata
81 sebesar 3,08 literHa. Distribusi Penggunaan Pestisida pada Usahatani Wortel di
Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.2e di bawah ini : Tabel 5.2e Distribusi Penggunaan Pestisida pada Usahatani Wortel di Kabupaten
Karanganyar.
No Banyaknya Pestisida
Liter Frekuensi
1. 5
59 59
2. 5 - 6
12 12
3. 6
29 29
Jumlah 100
100 Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 5.2e menunjukkan bahwa sebagian besar petani wortel 59 di Kabupaten Karanganyar hanya menggunakan pestisida kurang dari 5 literha.
Hanya 12 orang yang menggunakan petisida sebanyak 5-6 literha. Jumlah petani sampel yang menggunakan pestisida lebih dari 6 liter juga relatif banyak yaitu
sebanyak 29 orang. Petani wortel di Kabupaten Karanganyar belum bisa memproduksi
sendiri benih yang berkualitas, sehingga mereka harus membelinya dari pedagang benih yang ada di Tawangmangu. Benih yang digunakan petani sampel berupa
umbi setengah tua. Umbi ini dipotong sepertiganya kemudian ditanam ke dalam tanah. Mereka tidak menggunakan benih yang masih berbentuk biji karena dari
pengalaman mereka daya kecambah benih yang berhasil tumbuh jumlahnya hanya sedikit dan itupun memerlukan waktu yang lebih lama. Benih yang digunakan
petani sampel rata-rata sebesar 20,42 kg. Distribusi penggunaan benih pada usahatani wortel di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.2f di
bawah ini :
82 Tabel 5.2f Distribusi Penggunaan Benih pada Usahatani Wortel di Kabupaten
Karanganyar.
No Banyaknya BenihKg
Frekuensi
1. 28
72 72
2. 28 - 82
24 24
3. 82
4 4
Jumlah 100
100 Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 5.2f menunjukkan bahwa 72 petani sampel mengunakan benih yang berupa umbi sebanyak kurang dari 28 kgha, sementara yang mengunakan
benih sebanyak 28 – 82 kgha ada 24 orang. Jumlah petani sampel yang mengunakan benih lebih dari 82 kg hanya 4 orang.
Selain menggunakan faktor produksi berupa lahan, tenga kerja, pupuk, pestisida dan benih, beberapa petani ada yang menggunakan kapur pertanian
untuk menetralisir derajat keasaman tanah, mereka menggunakan kapur pertanian rata-rata sebesar 4,24 kgHa. Beberapa petani ada yang menggunakan pupuk daun
dan ponska untuk meningkatkan produksi wortelnya.
D. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel