Analisis Sanitasi Lingkungan Terminal Kendaraan Bermotor Di Kota Medan Tahun 2012

(1)

ANALISIS SANITASI LINGKUNGAN TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000147 Febryna Maria

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS SANITASI LINGKUNGAN TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000147 Febryna Maria

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l:

ANALISIS SANITASI LINGKUNGAN TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000147 Febryna Maria

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 04 Juli 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Evi Naria, MKes

NIP. 19680320 199301 2 001 NIP. 19780331 200312 1 001 dr. Taufik Ashar, MKM

Penguji II Penguji III

dr. Devi Nuraini Santi, MKes

NIP. 19700219 199802 2 001 NIP. 19650109 199403 2 002 Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Sebagai fasilitas umum, terminal harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Jika fasilitas yang tersedia buruk, penumpang merasa tidak nyaman berada terminal. Bahkan, pemandangan di sekitar terminal terkesan tidak bersahabat.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi serta mengetahui persepsi dan peran serta pekerja di terminal, dan pengelolaan sarana sanitasi terminal kendaraan bermotor yang ada di Kota Medan khususnya Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris tahun 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan hal yang diamati meliputi tempat parkir, pembuangan sampah, penerangan, gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, pembuangan air hujan dan air kotor, tempat cuci tangan, pemadam kebakaran, dan kotak P3K.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana sanitasi terminal belum memenuhi syarat. Terminal Amplas hanya fasilitas pembuangan sampah yang memenuhi syarat, sedangkan Terminal Pinang Baris, fasilitas ruang tunggu dan penerangan pada malam hari yang memenuhi syarat. Persepsi pekerja di kedua terminal berada dalam kategori sedang, peran serta pekerja di Terminal Amplas kategori baik, sedangkan peran serta pekerja di Terminal Pinang Baris kategori sedang.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa kondisi sanitasi di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris tidak memenuhi syarat. Hal ini karena peran serta pekerja di terminal masih belum baik dalam memelihara sarana sanitasi. Disarankan kepada pekerja di terminal agar lebih meningkatkan peran sertanya dalam menjaga sarana sanitasi di terminal. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengadakan pengawasan dan pemantauan sanitasi pada terminal kendaraan bermotor.


(5)

ABSTRACT

As a public facility, terminal must be able to provide the public with the best,. If the poor facilities available, passengers felt uncomfortable in the terminal. In fact, the scenery around the terminal does not seem friendly.

The goal of this research was to determine the sanitary conditions and to know the perception and participation of the workers at the terminal, the management of sanitation facilities at terminal motor vehicles in Medan particularly Terminal Amplas and Terminal Pinang Baris in 2012.

The method of research used was descriptive mrthod that describes the observed include parking, garbage disposal, lighting, office buildings, waiting rooms, toilet and urinal, rain water and foul water drainage, sinks, fire extinguishers, and P3K box.

The results showed that sanitation facilities at terminal are not yet qualified. Only waste disposal at Terminal Amplas is qualified, while at Terminal Pinang Baris, waiting room and lighting at night are qualified. Perception of workers in both terminals are in the medium category, the participaton of workers in Terminal Amplas are in the good category, while the participation of workers in Terminal Pinang Baris are in the medium category.

The conclusions of the results of this study was that the sanitary conditions in Terminal Amplas and Terminal Pinang Baris does not qualify. This is because the participation of the workers at the terminal is still not well to maintenance the sanitation facilities. Suggested to workers in the terminal in order to increase their participation in maintaining sanitation facilities in the terminal. The Health Department in Medan to conduct surveillance and monitoring of sanitation in the terminal motor vehicle.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FEBRYNA MARIA

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 06 Februari 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Karya Rakyat, No. 29J, Komplek Nommensen, Medan

Riwayat Pendidikan:

Tahun 1996-1997 : SD Swasta Methodist 7 Medan Tahun 1997-2002 : SD Swasta Methodist 5 Medan Tahun 2002-2005 : SLTP Swasta Budi Murni 1 Medan Tahun 2005-2008 : SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan Tahun 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(7)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Tuhan Allah atas semua kasih dan berkatnya dari awal hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS SANITASI LINGKUNGAN TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA MEDAN TAHUN 2012” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Evi Naria, MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I dan Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen pembimbing II yang selama proses penulisan skripsi ini telah banyak meluangkan waktu dan sabar dalam memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penasehat Akademik, terima kasih untuk bimbingan dan nasihatnya selama ini.

2. dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen penguji II.

3. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku dosen penguji III.


(8)

penulis ucapkan terima kasih kepada kak Dian yang begitu banyak membantu dalam pengurusan administrasi.

5. Pak Burhan dan Pak Haidir selaku Pembimbing lapangan, terima kasih buat kerjasamanya.

6. Sahabat dan teman-temanku terkasih Mailani, Myke, Rohani, Stiphany, Eva, Shinta, Suzan, Novy, Merry, Ervanny, Helfi, Nelly, Rani, Stella, Tari, Yossi, Amzah, Caprin, Edy, Johannes, Mandroy.

7. Kelompok kecilku CHARIS OF CHRIST: Ekaristi, Stiphany, Rohani. Terima kasih untuk menjadi teman yang bisa saling membangun, mengingatkan terlebih untuk kakak kelompok kami kak Purnama.

8. Semua anggota IMAKEL 08 yang tidak bisa disebut satu persatu, terima kasih buat kekompakannya.

9. Semua stambuk 08 yang tidak bisa disebut satu persatu yang berjuang bersama-sama untuk sebuah gelar SKM yang dirindukan.

10.Teman-teman KeBaLi yang tidak bisa disebut satu persatu, Ruth, Eas, Acen, Nahot.

11.Teman sepelayanan di POMK khususnya Komisi Doa dan Tim Doa: Leo, Ira, kak Nata, kak Emme, kak Purnama, Devy, terima kasih buat dukungan doanya

Teristimewa kepada kedua orangtuaku, Bapakku H. Sibarani dan mamaku B. Sidauruk, yang selalu senantiasa mendoakan, mengingatkan, mendukung sampai saat ini. Terima kasih buat semuanya dan biarlah berkat Tuhan selalu beserta mama dan bapak atas semua kasih yang mama dan bapak berikan. Kepada abang dan adikku


(9)

yang sangat ku sayangi Harry Sibarani, Hendra Sibarani, terima kasih atas dukungannya, dan atas semua candaan yang sangat menghibur.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua dan semoga Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa mencurahkan berkat-Nya buat kita semua.Amin.

Medan, Juli 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Sanitasi ... 6

2.2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum ... 6

2.3. Terminal ... 7

2.3.1. Kategori Terminal ... 8

2.3.2. Fasilitas Sanitasi Terminal ... 10

2.3.3.Lokasi dan Pembanguna Terminal ... 10

2.4. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal ... 12

2.4.1. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Luar ... 12

2.4.1.1. Tempat Parkir ... 12

2.4.1.2. Pembuangan Sampah ... 14

2.4.1.2.1. Pembagian Sampah ... 14

2.4.1.2.2. Pengelolaan Sampah ... 15

2.4.1.2.3. Hubungan Sampah dan Kesehatan Lingkungan ... 17

2.4.1.3. Penerangan (Pencahayaan) ... 18

2.4.2. Persyaratan Minimum Terminal Bagian Dalam ... 20

2.4.2.1. Ruang Kantor ... 20

2.4.2.2. Ruang Tunggu ... 20

2.4.2.3. Jamban dan Urinoir (Pengelolaan Kotoran Manusia) ... 21

2.4.2.3.1. Pengertian Jamban ... 22

2.4.2.4. Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor ... 24

2.4.2.4.1. Sumber Air Limbah ... 24

2.4.2.4.2. Pengolahan Air Limbah ... 25

2.4.2.4.3. Dampak Buruk Air Limbah ... 26

2.4.2.5. Lain – Lain ... 27


(11)

2.6. Manajemen ... 29

2.6.1. Perencanaan (Planning) ... 30

2.6.2. Pengorganisasian (Organizing) ... 31

2.6.3. Penggerakan (Actuating) ... 32

2.6.4. Pengawasan (Controlling)... 33

2.7. Persepsi ... 33

2.8. Peran Serta (Perilaku) ... 35

2.9. Kerangka Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Objek Penelitian ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 38

3.3.3. Informan ... 39

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1. Data Primer ... 39

3.4.2. Data Sekunder ... 39

3.5. Definisi Operasional ... 39

3.6. Aspek Pengukuran ... 41

3.6.1. Kuesioner Untuk Pengelola Terminal ... 41

3.6.2. Kuesioner Untuk Pekerja di Terminal ... 41

3.6.3. Observasi Sanitasi Terminal ... 43

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 44

4.1.1. Gambaran Umum Terminal Terpadu Pinang Baris ... 44

4.1.2. Gambaran Umum Terminal Terpadu Amplas ... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 45

4.2.1. Karakteristik Pengelola Terminal ... 45

4.2.2. Karakteristik Responden Pekerja di Terminal ... 45

4.2.3. Penyelenggaraan Sanitasi Terminal... 48

4.2.3.1. Tempat Parkir ... 48

4.2.3.2. Pembuangan Sampah ... 49

4.2.3.3. Penerangan ... 50

4.2.3.4. Ruang Tunggu ... 50

4.2.3.5. Jamban dan Urinoir... 51

4.2.3.6. Tempat Cuci Tangan ... 53

4.2.3.7. Ruang Kantor ... 53


(12)

4.2.3.10. Kotak P3K ... 55

4.2.3.11. Gambaran Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan ... 55

4.2.4. Persepsi dan Peran Serta Responden Pekerja... 56

4.2.4.1. Persepsi dan Peran Serta Responden Pekerja di Terminal Amplas ... 56

4.2.4.2. Persepsi dan Peran Serta Responden Pekerja di Terminal Pinang Baris ... 62

4.2.5. Manajemen Pengelolaan Sanitasi Terminal ... 69

4.2.5.1. Perencanaan (Planning) ... 69

4.2.5.2. Pengorganisasian (Organizing) ... 69

4.2.5.3. Penggerakan (Actuating) ... 69

4.2.5.4. Pengawasan (Controling) ... 70

BAB V PEMBAHASAN ... 71

5.1. Data Umum Responden ... 71

5.2. Penyelenggaraan Sanitasi Terminal ... 72

5.2.1 Tempat Parkir ... 72

5.2.2. Pembuangan Sampah ... 73

5.2.3. Penerangan ... 74

5.2.4. Ruang Tunggu ... 74

5.2.5. Jamban dan Urinoir ... 75

5.2.6. Tempat Cuci Tangan... 76

5.2.7. Ruang Kantor ... 76

5.2.8. Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor ... 77

5.2.9. Pemadam Kebakaran ... 78

5.2.10. Kotak P3K ... 78

5.3. Gambaran Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan ... 78

5.4. Persepsi dan Peran Serta Pekerja ... 79

5.5. Manajemen Pengelolaan Sanitasi Terminal ... 81

5.5.1. Perencanaan (Planning) ... 81

5.5.2. Pengorganisasian (Organizing) ... 82

5.5.3. Penggerakan (Actuating) ... 82

5.5.4. Pengawasan (Controling) ... 83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85

6.1. Kesimpulan ... 85

6.2. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. UU Nomor 11 Tahun 1962

Lampiran 2. Lembar Observasi

Lampiran 3. Lembar Kuesioner Untuk Pengelola Sanitasi Terminal Lampiran 4. Lembar Kuesioner Untuk Pekerja di Terminal

Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Terminal Amplas Medan

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Terminal Pinang Baris Medan

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Lampiran 8. Peta Terminal


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intensitas Cahaya Ruang Kerja Perindustrian ... 19 Tabel 4.1. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Terminal Kendaraan Bermotor di

Kota Medan Tahun 2012... 46 Tabel 4.2. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Umur di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 46 Tabel 4.3. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Lama Berada di

Terminal dalam Satu Hari di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 46 Tabel 4.4. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Jenis Kelamin di

Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 47 Tabel 4.5. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Jenis Pekerjaaan

di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 47 Tabel 4.6. Distribusi Tempat Parkir di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota

Medan Tahun 2012 ... 48 Tabel 4.7. Distribusi Pembuangan Sampah di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota

Medan Tahun 2012 ... 49 Tabel 4.8. Distribusi Ruang Tunggu di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota

Medan Tahun 2012 ... 50 Tabel 4.9. Distribusi Jamban dan Urinoir di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota

Medan Tahun 2012 ... 52 Tabel 4.10. Distribusi Ruang Kantor di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan

Tahun 2012 ... 53 Tabel 4.11. Distribusi Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor di Terminal Kendaraan

Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 54 Tabel 4.12. Hasil Rekapitulasi Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di

Kota Medan ... 55 Tabel 4.13. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Amplas Berdasarkan Persepsi

tentang Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 56


(15)

Tabel 4.14. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Amplas Berdasarkan Peran Serta Memelihara Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 59 Tabel 4.15. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Amplas Berdasarkan Persepsi

tentang Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 61 Tabel 4.16. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Amplas Berdasarkan Peran

Serta Memelihara Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 61 Tabel 4.17. Hubungan Persepsi dan Peran Serta Responden Pekerja di Terminal

Amplas ... 62 Tabel 4.18. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Pinang Baris Berdasarkan

Persepsi tentang Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 63 Tabel 4.19. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Pinang Baris Berdasarkan

Peran Serta Memelihara Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 65 Tabel 4.20. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Pinang Baris Berdasarkan

Persepsi tentang Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 67 Tabel 4.21. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Pinang Baris Berdasarkan

Peran Serta Memelihara Sanitasi Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012 ... 68 Tabel 4.22. Hubungan Persepsi dan Peran Serta Responden Pekerja di Terminal


(16)

ABSTRAK

Sebagai fasilitas umum, terminal harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Jika fasilitas yang tersedia buruk, penumpang merasa tidak nyaman berada terminal. Bahkan, pemandangan di sekitar terminal terkesan tidak bersahabat.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi serta mengetahui persepsi dan peran serta pekerja di terminal, dan pengelolaan sarana sanitasi terminal kendaraan bermotor yang ada di Kota Medan khususnya Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris tahun 2012.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan hal yang diamati meliputi tempat parkir, pembuangan sampah, penerangan, gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, pembuangan air hujan dan air kotor, tempat cuci tangan, pemadam kebakaran, dan kotak P3K.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana sanitasi terminal belum memenuhi syarat. Terminal Amplas hanya fasilitas pembuangan sampah yang memenuhi syarat, sedangkan Terminal Pinang Baris, fasilitas ruang tunggu dan penerangan pada malam hari yang memenuhi syarat. Persepsi pekerja di kedua terminal berada dalam kategori sedang, peran serta pekerja di Terminal Amplas kategori baik, sedangkan peran serta pekerja di Terminal Pinang Baris kategori sedang.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah bahwa kondisi sanitasi di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris tidak memenuhi syarat. Hal ini karena peran serta pekerja di terminal masih belum baik dalam memelihara sarana sanitasi. Disarankan kepada pekerja di terminal agar lebih meningkatkan peran sertanya dalam menjaga sarana sanitasi di terminal. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengadakan pengawasan dan pemantauan sanitasi pada terminal kendaraan bermotor.


(17)

ABSTRACT

As a public facility, terminal must be able to provide the public with the best,. If the poor facilities available, passengers felt uncomfortable in the terminal. In fact, the scenery around the terminal does not seem friendly.

The goal of this research was to determine the sanitary conditions and to know the perception and participation of the workers at the terminal, the management of sanitation facilities at terminal motor vehicles in Medan particularly Terminal Amplas and Terminal Pinang Baris in 2012.

The method of research used was descriptive mrthod that describes the observed include parking, garbage disposal, lighting, office buildings, waiting rooms, toilet and urinal, rain water and foul water drainage, sinks, fire extinguishers, and P3K box.

The results showed that sanitation facilities at terminal are not yet qualified. Only waste disposal at Terminal Amplas is qualified, while at Terminal Pinang Baris, waiting room and lighting at night are qualified. Perception of workers in both terminals are in the medium category, the participaton of workers in Terminal Amplas are in the good category, while the participation of workers in Terminal Pinang Baris are in the medium category.

The conclusions of the results of this study was that the sanitary conditions in Terminal Amplas and Terminal Pinang Baris does not qualify. This is because the participation of the workers at the terminal is still not well to maintenance the sanitation facilities. Suggested to workers in the terminal in order to increase their participation in maintaining sanitation facilities in the terminal. The Health Department in Medan to conduct surveillance and monitoring of sanitation in the terminal motor vehicle.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

Goals (MDG’s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan

yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Ratnasari, 2011).

Upaya penyehatan lingkungan, merupakan suatu usaha pencegahan terhadap berbagai kondisi lingkungan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit. Dimana pada saat ini penyakit yang disebabkan oleh lingkungan semakin bertambah. Dalam hal ini faktor yang harus diperhatikan adalah keadaan sanitasi. Sanitasi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, salah satunya adalah sanitasi tempat-tempat umum yang meliputi sanitasi terminal (Hadiwinarso, 2010).

Terminal merupakan unit fasilitas untuk pelayanan umum, dalam hal ini pergerakan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai fasilitas umum, terminal harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya mulai dari penyediaan ruang tunggu yang nyaman, pengaturan tempat pemberangkatan bis sesuai dengan tujuan sampai dengan penertiban bis yang masuk ke terminal (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010).


(19)

Terminal di Kota Medan ada 5 (lima) sampai tahun 2009, yaitu Terminal Amplas, Terminal Pinang Baris, Terminal Sambu, Terminal Veteran, dan Terminal Belawan. Kelima terminal di Kota Medan masing-masing melayani kendaraan umum dari berbagai penjuru. Terminal Terpadu Amplas melayani angkutan umum Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dari wilayah Timur dan Selatan ke Kota Medan, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Terminal Terpadu Pinang Baris melayani angkutan umum untuk angkutan AKDP dan AKAP dari wilayah Barat dan Selatan ke Kota Medan angkutan kota dan angkutan pedesaan. Terminal Sambu melayani kendaraan umum (mobil penumpang) dalam Kota Medan menuju inti kota. Terminal Veteran melayani kendaraan umum dalam Kota Medan yang menuju inti kota. Terminal Belawan melayani kendaraan umum dalam Kota Medan yang menuju inti kota Belawan – Medan (Malau, 2011).

Masing-masing tipe terminal mempunyai fasilitas yang dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan semakin baik. Fasilitas utama yang harus memiliki jalur pemberangkatan kendaraan umum, jalur kedatangan kendaraan umum. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum. bangunan kantor terminal, tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar; menara pengawas, loket penjualan karcis. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadwal perjalanan. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Fasilitas penunjang memiliki kamar kecil/toilet, musholla, kios/kantin, ruang pengobatan.


(20)

Ruang informasi dan pengaduan, wartel, tempat penitipan barang, taman (Malau, 2011).

Fasilitas pendukung terminal di kota Medan banyak yang perlu dilakukan perbaikan. Tidak diketahui mengapa perawatan fasilitas terminal di Kota Medan kurang mendapat perhatian dan terkesan dibiarkan tidak terawat. Padahal, terminal di Kota Medan turut menyumbangkan Penghasilan Asli Daerah (PAD) setiap tahun. Berdasarkan catatan Dinas Perhubungan Kota Medan, PAD yang disumbangkan dari terminal di Kota Medan tahun 2008 sebesar Rp. 1.747.914.000,- tahun 2009 Rp. 1.690.467.000,- dan tahun 2010 Rp. 1.690.467.000,-. Idealnya, retribusi dari angkutan umum yang masuk ke terminal dikelola untuk perawatan fasilitas yang dibutuhkan terminal. Perawatan fasilitas terminal sangat penting untuk memenuhi kebutuhan angkutan umum dan penumpang. Buruknya fasilitas yang tersedia, penumpang merasa tidak nyaman berada terminal. Lebih dari itu, pemandangan di sekitar terminal terkesan tidak bersahabat seperti sampah berserakan, bau pesing dari kamar kecil, tercium sampai ke areal terminal. Kursi untuk penumpang menunggu angkutan umum, banyak yang rusak dan sebagainya. (Malau, 2011).

Dari kelima terminal yang ada di Kota Medan, Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris adalah terminal terbesar yang memungkinkan untuk dilihat sanitasi lingkungannya. Berdasarkan survei pendahuluan, masih banyak sampah yang berserakan di halaman, tempat sampah yang jumlahnya tidak memadai di terminal, hal ini memudahkan vektor penyakit seperti lalat untuk menyebarkan penyakit. Kamar mandi yang tidak memiliki penerangan yang cukup dapat menyebabkan gangguan penglihatan.


(21)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana keadaan sanitasi terminal di Kota Medan khususnya Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.

1.2. Perumusan Masalah

Dari survei pendahuluan ditemukan bahwa di terminal terlihat banyaknya sampah berserakan, bau pesing dari kamar mandi yang menyebar sampai ke luar, dan masih adanya air yang tergenang di lapangan parkir ketika hujan turun. Keadaan itu membuat orang yang ada di terminal merasa tidak nyaman. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin mengetahui tentang kondisi sanitasi terminal kendaraan bermotor yang ada di Kota Medan khususnya Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan terminal kendaraan bermotor di Kota Medan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kondisi sanitasi di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris, meliputi sistem pembuangan sampah, jamban dan urinoir, sistem pembuangan air limbah dan air hujan, pengelolaan tempat parkir, penerangan, gedung perkantoran, ruang tunggu, tempat cuci tangan, alat pemadam kebakaran, dan kotak P3K.


(22)

3. Untuk mengetahui peran serta pekerja di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris dalam upaya pemeliharaan sarana sanitasi di terminal tersebut.

4. Untuk mengetahui manajemen atau pengelolaan sarana sanitasi di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi PEMDA dan pengelola Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.

2. Memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sanitasi

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes RI, 2002).

2.2. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Chandra, 2007).

Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).


(24)

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan pertokoan, bioskop, salon kecantikan atau tempat pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan, gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain (Chandra, 2007).

2.3. Terminal

Terdapat beberapa terminologi tentang terminal. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud simpul jaringan transportasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang angkutan jalan umum, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu simpul jaringan transportasi. Berdasarakan kedua terminologi diatas, terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi (Kepmenhub 35/2003). Keberadaan terminal merupakan salah satu prasarana utama dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal


(25)

berperan dalam menentukan tingkat kinerja dari pelayanan angkutan umum dalam suatu wilayah (Menteri Pekerjaan Umum, 2010).

2.3.1. Kategori Terminal

Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam sistem transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaan, regulasi (peraturan) dan norma-norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah (coach terminal).

Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi (Menteri Pekerjaan Umum, 2010): 1. Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan

menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum. Terminal penumpang dapat dikelompokan atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :

a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk

angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.


(26)

c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

Unsur penting bagi eksistensi sebuah terminal penumpang adalah adanya angkutan umum dan penumpang, tanpa keduanya terminal tidak bermakna apapun hanya sebatas sebuah bangunan. Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Angkutan umum yang biasa beroperasi dalam terminal meliputi : angkot, bis, ojek, bajaj, taksi dan metromini. Penumpang adalah masyarakat yang menaiki atau menggunakan jasa angkutan (bus). Jadi ruang transit penumpang adalah bangunan peneduh terbuka besar yang berfungsi sebagai tempat istirahat sementara atau duduk-duduk, menunggu bus, menunggu teman, membaca koran serta mengobrol santai yang berada dalam terminal.

2. Terminal Barang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/atau moda transportasi angkutan barang.

3. Terminal Peti Kemasadalah terminal dimana dilakukan pengumpulan peti kemas dari pelabuhan lainnya untuk selanjutnya diangkut ke tempat tujuan ataupun terminal peti kemas yang lebih besar lagi. Terminal peti kemas yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini adalah Terminal peti kemas JICT, KOJA di Jakarta, TPS di Surabaya, TPK Semarang, TPK Belawan.


(27)

2.3.2. Fasilitas Sanitasi Terminal

Fasilitas sanitasi terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung, semakin besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan. Fasilitas-faslitas tersebut antara lain (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):

1. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum.

2. Bangunan kantor terminal.

3. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar. 4. Menara pengawas.

5. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. 6. Kamar kecil/toilet.

2.3.3. Lokasi dan Pembangunan Terminal

Penentuan lokasi terminal penumpang dilakukan dengan memperhatikan rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umumjaringan transportasi jalan (Menteri Pekerjaan Umum, 2010).

1. Lokasi terminal penumpang Tipe A , B, dan C ditetapkan dengan memperhatikan:

a. Rencana Umum Tata Ruang;

b. Kepadatan lalu lintasdan kapasitasjalan sekitar Terminal; c. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda; d. Kondis topografi lokasi Terminal;


(28)

2. Penetapan lokasi terminal penumpang tipe A selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana tersebut diatas, harus memenuhi persyaratan :

a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi, antar kota dalam propinsi;

b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c. Luas lahan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) ha;

d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 200 (duaratus) M.

3. Penetapan lokasi Terminal Penumpang Tipe B selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana yang tersebut diatas, harus memenuhi persyaratan : a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi;

b. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurangkurangnya kelas III B;

c. Luas jalan sekurang-kurangnya 3 (tiga) ha;

d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) meter.

4. Penetapan lokasi terminal penumpang Tipe C selain harus memperhatikan ketentuan sebagaimana yang tersebut diatas, harus memenuhi persyaratan : a. Terletak di dalam kota dan dalam jaringan trayek perkotaan ;

b. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas III A;


(29)

d. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

2.4. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal

Secara garis besar persyaratan sanitasi terminal dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu bagian luar terdiri dari tempat parkir, pembuangan sampah, dan penerangan; dan bagian dalam terdiri dari gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, tempat cuci tangan, pembuangan air hujan dan air kotor, pemadam kebakaran, dan kotak P3K yang dikelompokkan menjadi kelompok kecil, antara lain (Chandra, 2007):

2.4.1. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Luar 2.4.1.1. Tempat Parkir

Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian yang bersifat tidak sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Tujuan fasilitas parkir adalah memberikan tempat istirahat kendaraan (Direktorat Perhubungan Darat, 1998).

Jenis fasilitas parkir menurut penempatannya dibagi 2 macam, yaitu (Warpani, 2002):

1. Parkir di badan jalan (On Street Parking).

Parkir di jalan sudah pasti mengurangi kapasitas ruas jalan yang bersangkutan, dan karena itu tidak dapat dibiarkan begitu saja. Di beberapa negara diberlakukan beberapa ketentuan, diantaranya: parkir di jalan dikenai tarif dan denda sangat tinggi sehingga pengemudi memarkir kendaraan seperlunya saja, sebelum


(30)

dikenai denda karena melewati batas waktu, atau parkir di bangunan parkir meskipun tarifnya agak mahal.

Pada ruas-ruas jalan tertentu perlu diterapkan kebijakan ’bebas parkir’, artinya pada ruas jalan tersebut dilarang memarkir kendaraan, sedangkan pada ruas-ruas jalan lain yang tidak terlalu mengganggu sirkulasi lalu lintas dapat diterapkan kebijakan ’parkir bebas’, dalam pengertian tetap ada batasan waktu dan bisa diterapkan pembebanan biaya parkir.

2. Parkir di luar badan jalan (Off Street Parking)

Perparkiran yang ideal adalah parkir di luar jalan berupa fasilitas pelataran (taman) parkir atau bangunan (gedung) parkir. Di pusat kegiatan kota yang sulit memperoleh lahan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai adalah gedung parkir yang dibangun bertingkat sesuai dengan kebutuhan.

Yang dimaksud dengan di luar jalan antara lain pada kawasan-kawasan tertentu seperti pusat-pusat perbelanjaan, bisnis, maupun perkantoran yang menyediakan fasilitas parkir untuk umum.

Adanya tempat parkir di halaman terminal merupakan suatu keharusan. Dengan adanya pemisahan tempat parkir kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua, dan halaman parkir yang terpelihara dengan baik, maka di samping kecelakaan dapat dihindari juga akan memberikan suasana yang rapi dan enak dipandang (Mukono, 2005).

Persyaratan tempat parkir pada terminal (Chandra, 2007): a. Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih.


(31)

2.4.1.2. Pembuangan Sampah

Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2.4.1.2.1. Pembagian Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007):

1. Berdasarkan zat kmia yang terkandung di dalamnya.

a.Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah. b.Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain. 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

a. Mudah terbakar, misalnya, kertas plastik, daun kering, kayu. b. Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain. 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

a. Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.

b. Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya. 4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.

a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukkan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.


(32)

b. Rubbish, terbagi menjadi dua:

1) rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

2) rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas za-zat anorganik, misalnya, kaca, kaleng, dan sebagainya.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dan industri.

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.

f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes,

rubbish) yang berasal dari perumahan.

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.

j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik.

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

2.4.1.2.2. Pengelolaan Sampah

Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya, tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan tahap pengangkutan (Chandra, 2007).


(33)

1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber.

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, terminal dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya.

Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini:

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.

b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan. c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkat oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak pemerintah.

Untuk membangun sebuah dipo, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:

a. Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah.

b. Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.

c. Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo.


(34)

f. Mudah dijangkau masyarakat. 2. Tahap Pengangkutan

Dari dipo, sampah diangkut ke pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota.

2.4.1.2.3. Hubungan Sampah dan Kesehatan Lingkungan

Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan yang tampak pada 4 aspek (Mukono, 2005):

a. Aspek kesehatan.

1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti: serangga, tikus, cacing, dan jamur.

2) Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit antara lain: a) Diare, kholera, typus, DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).

b) Pes, murine typus.

c) Penyakit kulit dan candidiasis. d) Taenia.

b. Aspek lingkungan. 1) Estetika lingkungan. 2) Penurunan kualitas udara.

3) Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air. c. Aspek sosial masyarakat.

1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat.


(35)

2) Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk berkunjung.

Persyaratan pembuangan sampah pada terminal (Chandra, 2007):

1. Tersedianya tempat pengumpulan sampah sementara sebelum dibuang. 2. Tempat pengumpulan sampah harus tertutup dan kedap air.

2.4.1.3. Penerangan (Pencahayaan)

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi pencahayaan alami yang sumbernya berasal dari sinar matahari, dan pencahayaan buatan yang sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi (Prabu,2009).

Intensitas cahaya di ruang kerja perkantoran minimal 1000 Lux dalam rata-rata pengukuran 8 jam, sedangkan untuk perindustrian, intensitas cahaya minimal di ruang kerja sebagai berikut (Menteri Kesehatan, 1998):


(36)

Tabel 2.1. Intensitas Cahaya Ruang Kerja Perindustrian

Jenis kegiatan Tingkat pencahayaan

minimal (lux)

Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus

100 Ruang penyimpanan dan

ruang peralatan/instalasi

yang memerlukan pekerjaan yang kontinu.

Pekerjaan kasar dan terus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin

dan perakitan kasar.

Pekerjaan rutin 300 Pekerjaan

kantor/administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan/penyusun.

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin

kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan/warna,

pemrosesan, tekstil, pekerjaan mesin halus dan

perakitan halus.

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus.

Pekerjaan detail 3000

Tidak menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Sumber: KepMenKes No. 261/MENKES/SK/II/1998

Bus datang dan berangkat dari terminal tidak hanya siang hari saja tetapi juga malam hari. Dengan demikian di terminal perlu diberi penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan (Chandra, 2007).


(37)

2.4.2. Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Dalam 2.4.2.1. Gedung Perkantoran

Kantor adalah tempat dimana dilakukan berbagai macam kegiatan pelaksanaan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya, tempat yang digunakan unt at at dua jenis, yaitu kantor yang terbesar dan terpenting biasanya dijadikan kantor pusat, sedangkan kantor-kantor lainnya dinamakan kantor cabang (Kurniady, 2011).

Syarat dari gedung perkantoran ini antara lain (Mukono, 2005):

1. Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat dan tidak meresap air. 2. Dinding dibuat dari bahan yang kuat dan tidak meresap air serta tidak mudah

terbakar.

3. Pintu dan jendela yang kuat, bagian luar diberi kawat kassa (kecuali jika ada AC).

4. Penerangan harus cukup dan tidak silau.

5. Ventilasi harus cukup dan memenuhi persyaratan minimal (20% dari luas lantai).

6. Disediakan telepon untuk komunikasi. 2.4.2.2. Ruang Tunggu

Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang tunggu yang nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah didambakan. Dengan ruang tunggu yang terpadu dengan


(38)

ruang-menikmati suasana terminal dengan nyaman dan beraktivitas dengan lebih efisien. Oleh sebab itu penciptaann ruang tunggu terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran di atas adalah dengan menampilkan sebuah ruang tunggu yang meningkatkan pelayanan publik dan dapat mengikis image ruang tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh. Penciptaan ini bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu interior ruang tunggu terminal yang memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior ruang tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah (Padmanaba dkk

Persyaratan ruang tunggu terminal (Chandra, 2007): ,2010).

1. Ruangan bersih.

2. Tempat duduk bersih dan bebas dari kutu busuk. 3. Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.

4. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air.

5. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan. 2.4.2.3. Jamban dan Urinoir (Pengelolaan Kotoran Manusia)

Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Suparmin, 2002).

Mengingat kuantitas dan karakteristik tinja yang dihasilkan manusia, maka diperlukan teknik pembuangan yang memadai agar tinja tidak menimbulkan masalah kenyamanan ataupun kesehatan bagi manusia.


(39)

Pada awalnya, teknik pembuangan tinja hanya diupayakan agar dilakukan di tempat yang agak tersembunyi dari pandangan orang lain. Namun, dewasa ini, teknik pembuangan tinja sudah berkembang sangat pesat, sudah mempertimbangkan serta mengarah pada pemenuhan berbagai keinginan berikut (Suparmin, 2002):

1. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan tenang, tanpa mengganggu privasinya.

2. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan nyaman dalam posisi dan suasana yang disukainya.

3. Sedapat mungkin pembuangan tinja dapat dilakukan oleh orang yang sedang menderita penyakit saluran pencernaan dengan tidak menimbulkan resiko bahaya penularan bagi orang lain.

4. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang dengan semaksimal mungkin memperoleh manfaat dari tinja yang dibuang, yang dapat diproses menjadi kompos atau gas bio.

5. Sedapat mungkin pembuangan tinja dilakukan orang di berbagai daerah dengan teknik yang sesuai dengan kondisi setempat.

2.4.2.3.1. Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Depkes RI, 1995).


(40)

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu:

a. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,

b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman, c. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vektor penyakit,

d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut:

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering, b. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air, c. Tidak ada sampah berserakan,

d. Rumah jamban dalam keadaan baik,

e. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat, f. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,

g. Tersedia alat pembersih,

h. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan : 1. Air selalu tersedia di dalam bak atau ember,

2. Sehabis digunakan lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak bau dan mengundang lalat,

3. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai,


(41)

5. Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja. Jamban yang sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit (Depkes, 2008)

Persyaratan jamban dan urinoir terminal (Chandra, 2007): 1. Digunakan jamban tipe leher angsa.

2. Jamban untuk pria harus terpisah dengan jamban untuk wanita.

3. Urinoir bersih, tidak berbau, dan memiliki air pembersih yang memadai. 4. Terminal dengan kapasitas minimal 250 pengunjung harus memiliki 1 urinoir. 5. Jika pengunjung meningkat menjadi 500 orang , ditambah 1 urinoir.

2.4.2.4. Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor (Air Limbah)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri (industry).

2.4.2.4.1. Sumber Air Limbah

Air limbah bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources) (Suparmin, 2002).

1. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia yang menghasilkan air limbah sangat beragam, sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis aktivitas yang menghasilkan air limbah di antaranya adalah aktivitas dalam bidang rumah tangga, perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian, dan pelayanan jasa.


(42)

2. Aktivitas Alam

Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan air limbah yang disebut air larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke tanah dan sebagian besar lainnya akan mengalir di permukaan tanah menuju sungai, telaga, atau tempat lain yang lebih rendah. Air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah akan menjadi air permukaan (surface water) yang dapat masuk ke saluran limbah cair rumah tangga (sanitary sewer) yang retak atau sambungannya kurang sempurna, sebagai air luapan (inflow). Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan saluran air hujan (storm sewer) teraliri dalam jumlah yang melebihi kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir.

2.4.2.4.2. Pengolahan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut (Chandra, 2007):

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum. 2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air dalam penggunaannya sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit. 5. Tidak terbuka dan harus tertutup.


(43)

2.4.2.4.3. Dampak Buruk Air Limbah

Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu (Mukono, 2005):

1. Terhadap lingkungan

Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hidup lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Terhadap kesehatan masyarakat

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.

Persyaratan pembuangan air hujan dan air kotor terminal (Chandra, 2007): 1. Memiliki sistem pembuangan yang baik

2. Terhubung dengan saluran umum atau dengan septic tank sendiri (untuk pembuangan air kotor).


(44)

2.4.2.5. Lain –Lain

Yang termasuk pada bagian ini adalah tempat cuci tangan, alat pemadam kebakaran, dan kotak P3K (Chandra, 2007).

1. Tempat cuci tangan

Tersedia minimal 1 buah tempat cuci tangan untuk umum yang dilengkapi dengan sabun dan serbet.

2. Pemadam kebakaran

Tersedia alat pemadam kebakaran yang dapat dilihat dan dicapai dengan mudah oleh umum. Pada alat ini harus terdapat cara penggunaannya.

3. Kotak P3K

Tersedia kotak P3K minimal 1 buah yang berisi obat-obatan lengkap untuk P3K. 2.5. Bidang Pengawasan Sanitasi Terminal

Upaya kegiatan serta bidang pengawasan sanitasi terminal menyangkut berbagai aspek, yaitu (Mukono, 2005):

1. Aspek Sosial

Pendekatan pada aspek sosial merupakan pendekatan edukatif yang ditujukan kepada pengelola dan karyawan terminal. Partisipasi dari pengelola dan karyawan sangat diperlukan, sebab berhasil tidaknya program kegiatan higiene dan sanitasi terminal tergantung atas kesadaran pengelola dan karyawan terminal. Diharapkan mereka mengerti dan secara sadar mengetahui bahwa terminal yang tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi akan dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat luas. Partisipasi aktif terutama diharapkan dari pihak pengelola sebagai unsur penentu dan pengawas langsung. Usaha peningkatan pengertian


(45)

dan kesadaran tentang pentingnya higiene dan sanitasi di terminal akan meningkatkan pula kualitas kesehatan karyawan, pengunjung dan anggota masyarakat lainnya.

2. Aspek Teknis

Pada dasarnya usaha higiene sanitasi pada terminal adalah usaha yang dilakukan untuk kepentingan bersama, baik untuk masyarakat umum maupun pengelolanya sendiri. Dengan demikian perlu adanya suatu peraturan/persyaratan yang relevan untuk menjaga agar usaha higiene dan sanitasi tidak merugikan masyarakat luas. Dalam pelaksanannya penerapan peraturan sering terjadi hambatan dikarenakan faktor-faktor berikut:

a.Kurang ada pengertian serta kesadaran dari karyawan terminal mengenai peraturan yang menyangkut upaya higiene sanitasi khususnya dalam rangka pemeliharaan kesehatan.

b.Adanya sikap apatis dari sebagian masyarakat tentang adanya peraturan dari higiene sqanitasi terminal.

3. Aspek Administrasi dan Manajemen

Agar dapat berhasil dengan baik maka usaha higiene sanitasi diperlukan perencanaan program yang baik pula. Perlu diingat bahwa program ini akan melibatkan berbagai instansi lain (lintas sektoral), petugas kesehatan, petugas lalu lintas, petugas keamanan, petugas kebersihan, dan petugas lain.


(46)

Beberapa manfaat penting dari pengawasan sanitasi terminal (Mukono, 2005): a. Menjamin kebersihan terminal.

b. Melindungi para pengunjung dari faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan.

c. Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular dan penyakit akibat kerja.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas. 2.6. Manajemen

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola. Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena tidak dapat dilihat, tetapi terbukti oleh hasil-hasil yang ditimbulkannya atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil-hasil produksi serta jasa yang lebih baik (Terry, 1992).

Seorang manajer harus memiliki salah satu dari tiga kemahiran yang ada, yaitu technical skill, manajerial skill, atau human skill bila menekankan pada aspek hubungan antar manusia (Rais, 1994).


(47)

Keberhasilan manajemen organisasi terminal tergantung pada aspek-aspek (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010):

1. Lokasi

2. Dukungan pemerintah sebagai otoritas, eksekutif yang mengatur semua kepentingan stakeholder dan keperluan pembangunan wilayah.

3. Infrastruktur pelayanan logistik, termasuk dalam hal ini anggaran dana operasional (dalam konteks Negara antara lain APBN/APBD).

4. Kerjasama antara otoritas dengan berbagai pihak, dalam hal ini kerjasama antara pihak terminal dengan perusahaan bis, penyewa lokasi dan reklame serta pihak lain.

5. Kualitas sumber daya manusia (SDM) terminal.

6. Perkembangan sistem informasi manajemen, mekanisme pelaporan, perencanaan, dan pertanggungjawaban (akuntabilitas dan disclosure).

2.6.1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak mempunyai penyelesaian karena harus selalu diadakan perubahan-perubahan baik mengenai sistemnya maupun materinya (Rais, 1994).

Perencanaan efektif haruslah didasarkan atas fakta-fakta dan informasi dan tidak atas emosi dan keinginan. Fakta-fakta yang bersangkutan langsung dengan situasi yang dalam pembahasan, dikaitkan dengan pengalaman dan pengetahuan manajer itu. Cara berfikir reflektif diperlukan: imajinasi dan pandangan ke depan sangat membantu. Dalam perencanaan, para manajer mencoba memandang ke depan,


(48)

memetakan kegiatan-kegiatan, dan mengadakan urutan-urutan yang teratur untuk mencapai tujuan-tujuan (Terry, 1992).

Sebelum menyusun langkah-langkah perencanaan perlu disadari akan adanya tantangan sebagai titik tolak kegiatan tersebut dan kangkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (Rais,1994):

1. Menenukan terlebih dahulu tujuan dan sasaran dari organisasi secara keseluruhan, kemudian ditentukan sasaran yang ada pada setiap unit yang ada, sehingga akan terjadi suatu kebulatan perencanaan dalam seluruh organisasi. 2. Menentukan premis-premis (ramalan) yang berhubungan bila terjadi

masalah-masalah yang kritis yang mungkin terjadi di kemudian hari. 2.6.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil. Seorang manajer harus mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang akan diurus, siapa yang membantu dan siapa yang dibantu, saluran-saluran komunikasi, pengelompokan pekerjaan yang diikuti, hubungan-hubungan antara kelompok-kelompok kerja yang berbeda-beda susunan umum dari kelompok kerja itu (Terry, 1992).


(49)

Pengorganisasian yang dilaksanakan oleh manajer sebagai proses kegiatan secara keseluruhan akan mendatangkan banyak keuntungan, antara lain (Rais, 1994):

1. Setiap anggota yang ada di dalam suatu struktur organisasi akan mengetahui apa saja yang menjadi tugasnya dan kegiatan apa yang harus dilaksanakan.

2. Hubungan kerja, tanggung jawab dan kewenangan diantara para anggota ditentukan secara jelas, sehingga tidak akan terjadi kegiatan yang tumpang tindih.

3. Kegiatan para anggota berdasarkan struktur yang ada dikoordinasikan sehingga akan terdapat kesatuan bertindak secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan yang efisien dan efektif atau berhasil guna dan berdaya guna.

4. Pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab dapat dilaksanakan secara jelas dan tepat berdasarkan struktur organisasi yang telah disusun, sehingga anggota organisasi dijabat oleh orang yang tepat berdasarkan kemampuannya sehingga kegiatannya tidak tergantung semata-mata dari niat baik tetapi berdasarkan kesediaan dan kemampuan yang ada.

5. Para pekerja dan alat perlengkapan yang tersedia dapat digunakan dengan sebaik-baiknya, dan pemborosan dapat diperkecil.

2.6.3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan ialah pendorong semangat kerja dan menggiatkan bawahan agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang tertentu sesuai dengan fungsi merencanakan oleh seorang manajer. George Terry menyatakan bahwa actuating adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka berusaha


(50)

manusia, dimana “Human Relations” peranannya amat menonjol dan segi seni dari manajemen sangat memegang peranan yang penting (Rais, 1994).

Penggerakan sangat erat hubungannya dengan motivasi. Motivasi dapat didefinisikan sebagai membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena orang itu ingin melakukannya. Tugas manajer adalah menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan membangkitkan dan memelihara keinginan yang bersemangat. Seorang manajer yang tidak bermotivasi untuk kemajuan dan berhasil, akan mendapatkan hal yang sangat sulit untuk memotivasi orang-orang lain (Terry, 1992)

2.6.4. Pengawasan (Controlling)

Seorang manajer mengelola agar tercapai hasil-hasil yang diingini atau direncanakan. Keberhasilan atau kegagalan yang disajikan hasil-hasil ini dipertimbangkan dari segi tujuan yang sudah ditentukan. Hal ini mencakup pengawasan, yaitu mengevaluasikan pelaksanaan kerja dan, jika perlu, memperbaiki apa yang sedang dikerjakan untuk menjamin tercapainya hasil-hasil menurut rencana. Pengawasan adalah dalam bentuk pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa yang sudah dikerjakan adalah juga dimaksudkan untuk membuat sang manajer waspada terhadap suatu persoalan potensial sebelum persoalan itu menjadi serius (Terry, 1992).

2.7. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima. Persepsi yang kita miliki ini dapat mempengaruhi tindakan kita. Robbin dalam


(51)

Notoadmodjo (2005), mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya (Notoadmodjo, 2005).

Untuk mempelajari persepsi, kita dapat membaginya menjadi dua bagian besar, yaitu proses sensasi atau merasakan (sensation) yang menyangkut proses sensoris dan proses persepsi yang menyangkut interpretasi kita terhadap objek yang kita lihat atau kita dengar atau kita rasakan (Notoadmodjo, 2005):

1. Sensasi

Sebuah objek berupa stimulus fisik diterima oleh pancaindra kita melalui elemen sensitif yang disebut reseptor. Reseptor ini berhubungan dengan saraf otak. Ketika indra kita dirangsang oleh suatu objek fisik, maka akan terjadi sensasi sesuai dengan indra yang dirangsang. Energi fisik yang kita peroleh dari luar harus diubah menjadi aktivitas pada sistem saraf kita.

2. Persepsi

Setelah stimulus diterima oleh sistem saraf, proses selanjutnya adalah menginterpretasikan stimulus yang tersebut. Interpretasi adalah apa yang keluar dari kepala kita, sedangkan sensasi adalah apa yang kita terima dari luar dan masuk ke kepala kita.

Proses pertama yang harus kita lalui dalam mempersepsikan suatu objek adalah perhatian. Tanpa memusatkan perhatian pada suatu objek, maka kita tidak dapat memersepsikannya. Pemusatan perhatian adalah suatu usaha dari manusia untuk menyeleksi atau membatasi segala stimulus yang ada untuk masuk dalam


(52)

2.8. Peran Serta (Perilaku)

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2003).


(53)

2.9. Kerangka Konsep

Sanitasi Terminal

1. Bagian luar bangunan terminal a. Tempat parkir

b. Pembuangan sampah c. Penerangan

2. Bagian dalam bangunan terminal a. Gedung perkantoran

b. Ruang tunggu c. Jamban dan urinoir

d. Pembuangan air hujan dan air kotor

e. Tempat cuci tangan f. Pemadam kebakaran g. Kotak P3K

Terminal memenuhi syarat berdasarkan UU No. 11 Tahun 1962

Terminal tidak memenuhi syarat berdasarkan UU No. 11 Tahun 1962

1. Persepsi pekerja tentang sanitasi terminal

2. Peran serta pekerja dalam upaya pemeliharaan sarana sanitasi terminal


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yaitu menggambarkan hal yang diamati meliputi tempat parkir, pembuangan sampah, penerangan, gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, pembuangan air hujan dan air kotor, tempat cuci tangan, pemadam kebakaran, dan kotak P3K.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2012 3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris yang meliputi kondisi sanitasi. Dalam penulisan ini juga dilakukan wawancara terhadap pengelola terminal, sebagai informan dan pekerja di terminal, sebagai sampel. Adapun jumlah pekerja yang diwawancarai dihitung dengan menggunakan rumus. 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja di terminal, yaitu orang-orang yang mencari nafkah di terminal. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui, karena banyak dari pekerja yang bekerja di sektor informal.


(55)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini sampel adalah sebagian dari populasi yang berada di wilayah Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.

Karena jumlah populasi tidak diketahui, maka besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus (Sastroasmoro, 2010):

Keterangan: n = besar sampel zα

p = proporsi populasi, asumsi diambil p = 0,50 = z score berdasarkan derajat kepercayaan

d = presisi mutlak (d = 0,10)

= 96

Jadi, besar sampel dalam penelitian ini adalah 96 orang, dimana dari masing-masing terminal diambil 48 orang pekerja.

Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling, dimana semua subyek yang ada dan memenuhi kriteria pemilihan, yaitu pekerja dengan jenis pekerjaan supir bis, kernet bis, pedagang asongan, petugas kebersihan, dan karyawan terminal, dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.


(56)

3.3.3. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah pengelola terminal, yang memberikan informasi tentang pengelolaan sarana sanitasi terminal.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pengelola terminal dan pekerja di terminal dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan, dan penilaian keadaan sarana sanitasi terminal dengan menggunakan formulir penilaian atau lembar observasi

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini berupa data lokasi dan batas wilayah yang diperoleh dari pengelola terminal.

3.5. Definisi Operasional

1. Sanitasi terminal adalah upaya pengawasan yang ditujukan kepada lingkungan bagian dalam terminal dan luar terminal, meliputi tempat parkir, pembuangan sampah, penerangan, ruang tunggu, jamban dan urinoir, pembuangan air hujan dan air kotor, sirkulasi udara, tempat cuci tangan, pemadam kebakaran, dan kotak P3K sehingga menimbulkan kenyamanan bagi penumpang, pengendara, pengunjung, dan petugas terminal.

2. Tempat parkir adalah pelataran di dalam terminal yang disediakan bagi kendaraan umum, mobil bus dan mobil barang untuk beristirahat sementara dan membersihkan kendaraan sebelum melakukan perjalanan.


(57)

3. Pembuangan sampah didefenisikan sebagai sistem pembuangan sampah yang didapat dalam pengamatan terhadap terminal.

4. Penerangan adalah pencahayaan dalam terminal yang cukup dan tidak menyilaukan.

5. Gedung perkantoran adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat dalam melakukan kegiatan administrasi di terminal.

6. Ruang tunggu adalah bangunan peneduh terbuka besar yang berfungsi sebagai tempat istirahat sementara atau duduk-duduk, menunggu bus yang berada dalam terminal.

7. Jamban dan urinoir adalah sarana pembuangan kotoran manusia di terminal, yang memiliki rumah kakus, lantai kedap air, dan kakus berbentuk leher angsa.

8. Pembuangan air hujan dan air kotor didefenisikan sebagai sistem pembuangan air limbah terminal yang layak untuk kesehatan yang meliputi saluran tertutup dan dialiri ke dalam lubang selokan.

9. Tempat cuci tangan adalah tempat untuk membasuh tangan dengan air yang dilengkapi dengan sabun.

10.Pemadam kebakaran adalah alat yang digunakam untuk memadamkan kebakaran di terminal.

11.Kotak P3K adalah kotak yang berisi obat-obatan lengkap untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.

12.Terminal dikatakan memenuhi syarat jika hasil observasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.


(58)

13.Terminal dikatakan tidak memenuhi syarat jika hasil observasi tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

14.Persepsi pekerja adalah pandangan orang-orang yang mencari nafkah di terminal tentang sarana sanitasi di terminal.

15.Peran serta pekerja adalah tindakan yang dilakukan orang-orang yang mencari nafkah di terminal yang berkaitan dengan pemeliharaan sanitasi terminal.

16.Manajemen sanitasi adalah tindakan yang dilakukan pengelola terminal yang berkaitan pemeliharaan dengan sanitasi terminal.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden, yaitu pengelola dan pekerja di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris yang berisi pertanyaan yang berkaitan dukungan pengelola dan pekerja tentang kondisi sanitasi di Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.

3.6.1. Kuesioner Untuk Pengelola Terminal

Kuesioner untuk pengelola terminal berisi 20 pertanyaan yang menambah informasi tentang pengelolaan sarana sanitasi di terminal Amplas dan Pinang Baris, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.

3.6.2. Kuesioner Untuk Pekerja di Terminal

Kuesioner untuk pekerja di terminal berguna untuk mendeskripsikan persepsi pekerja tentang sarana sanitasi terminal dan peran serta pekerja dalam upaya pemeliharaan sarana sanitasi terminal.

1. Persepsi pekerja tentang sarana sanitasi terminal, yang diukur dengan 12 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : jika responden menjawab “a”, maka


(59)

skore = 3; jika responden menjawab “b”, maka skore = 2; jika responden menjawab “c”, maka skore = 1. Sehingga diperoleh skore tertinggi = 36, selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, dan buruk dengan ketentuan sebagai berikut :

a.Baik, jika responden dapat menjawab > 75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore > 27.

b.Sedang, jika responden dapat menjawab 40-75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore 15 - 27.

c. Buruk, jika responden dapat menjawab < 40% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore < 15.

2. Peran serta pekerja dalam upaya pemeliharaan sarana sanitasi terminal, yang diukur dengan 8 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : jika responden menjawab “a”, maka skore = 3; jika responden menjawab “b”, maka skore = 2; jika responden menjawab “c”, maka skore = 1. Sehingga diperoleh skore tertinggi = 24, selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, dan buruk dengan ketentuan sebagai berikut :

a.Baik, jika responden dapat menjawab > 75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore > 18.

b.Sedang, jika responden dapat menjawab 40-75% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore 10 - 18.

c.Buruk, jika responden dapat menjawab < 40% dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skore < 10.


(60)

3.6.3.Observasi Sanitasi Terminal

Untuk penilaian pengamatan dikategorikan dengan dua penilaian yaitu “Ya” dan “Tidak”.

1. Dikatakan memenuhi syarat, apabila semua/seluruh variabel penilaian dijawab dengan ”Ya”

2. Dikatakan tidak memenuhi syarat apabila ada/salah satu dari variabel penilaian dijawab dengan pilihan ”Tidak”.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara dan observasi sanitasi terminal akan ditabulasikan, diolah dengan menggunakan program komputer untuk kemudian dianalisa secara deskriptif, disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan, sehingga didapatkan gambaran kondisi sanitasi Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Terminal Terpadu Pinang Baris

Terminal Terpadu Pinang Baris terletak di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan, dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Jl. Pekerjaan Umum 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Jl. TB Simatupang 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jl. Pekerjaan Umum 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Jl. Swadaya

Terminal Terpadu Pinang Baris telah berdiri sejak tahun 1993, tepatnya pada tanggal 14 Oktober 1993 dan telah dikelola oleh Dinas Perhubungan pada saat tersebut. Terminal Terpadu Pinang Baris memiliki luas lahan ±4 ha (40.000 m2

4.1.2. Gambaran Umum Terminal Terpadu Amplas

) dengan jumlah bus dan mobil pengangkutan umum angkot yang keluar/masuk setiap hari yaitu 3540 unit.

Terminal Terpadu Amplas terletak di Kelurahan Amplas, dengan batas-batas sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Harjo Sari I 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bangun Mulia 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Timbang Deli 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Amplas


(62)

Terminal Terpadu Amplas telah berdiri sejak tahun 1991, tepatnya pada tanggal 18 September 1991 dan telah dikelola oleh Dinas Perhubungan pada saat tersebut. Terminal Terpadu Amplas memiliki luas lahan ±5 ha (50.000 m2

4.2. Hasil Penelitian

) dengan jumlah bus dan mobil pengangkutan umum angkot yang keluar/masuk setiap hari yaitu 4485 unit.

Peneliti melakukan observasi terhadap dua terminal terpadu di Kota Medan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pengelola terminal dan pekerja di terminal dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu.

4.2.1. Karakteristik Pengelola Terminal

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada pengelola terminal terpadu di Kota Medan, diketahui bahwa jabatan dari masing-masing pengelola adalah Kepala Terminal Amplas dan Kepala Urusan Perawatan Kebersihan Terminal Pinang Baris, dengan pendidikan terakhir SLTA dan perguruan tinggi. Untuk karakteristik umur, pengelola terminal berumur 55 tahun dan 50 tahun.

4.2.2. Karakteristik Responden Pekerja di Terminal

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden pekerja di terminal terpadu di Kota Medan, diketahui karakteristik responden pekerja di terminal terpadu di Kota Medan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(63)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 3 3.1

2 Tamat SD 8 8.3

3 Tamat SLTP 22 22.9

4 Tamat SLTA 52 54.2

5 Akademik 1 1.0

6 Perguruan Tinggi 10 10.4

Jumlah 96 100.0

Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa tingkat pendidikan responden pekerja yang paling banyak adalah tamat SLTA yaitu 52 orang (54,2 %).

Tabel 4.2. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Umur di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Umur Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 20 tahun 5 5.2

2 21-35 tahun 39 40.6

3 > 35 tahun 52 54.2

Jumlah 96 100.0

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa umur responden pekerja yang paling banyak adalah > 35 tahun yaitu 52 orang (54,2%) dan umur responden pekerja yang paling sedikit adalah ≤ 20 tahun yaitu 5 orang (5,2%).

Tabel 4.3. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Lama Berada di Terminal dalam Satu Hari di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Lama Jam Kerja per Hari Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 7 jam 22 22.9

2 > 7 jam 74 77.1


(64)

Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa responden pekerja paling banyak berada di terminal selama lebih dari 7 jam/hari sebanyak 74 orang (77,1%), sedangkan responden pekerja yang berada di terminal selama kurang dari sampai 7 jam/hari sebanyak 22 orang (22,9%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Jenis Kelamin di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Perempuan 28 29.2

2 Laki-laki 68 70.8

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa jenis kelamin responden pekerja paling banyak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 68 orang (70,8%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden Pekerja di Terminal Berdasarkan Jenis Pekerjaaan di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Pedagang Asongan 10 10.4

2 Supir 56 58.3

3 Mandor 7 7.3

4 Pedagang Warung 17 17.7

5 PNS 6 6.2

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa jenis pekerjaan responden pekerja yang paling banyak adalah sebagai supir 56 orang (58,3%) diikuti dengan pedagang warung 17 orang (17,7%), dan yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 6 orang (6,2%)


(65)

4.2.3. Penyelenggaraan Sanitasi Terminal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap dua terminal terpadu di Kota Medan, diperoleh gambaran sanitasi terminal yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

4.2.3.1. Tempat Parkir

Hasil observasi peneliti terhadap tempat parkir di dua terminal terpadu di Kota Medan disajikan dalam tabel 4.6. berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Tempat Parkir di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Kriteria Penilaian

Terminal Amplas

Terminal Pinang Baris

Ya Tidak Ya Tidak

1. Bersih (tidak terdapat sampah

yang berserakan) √ √

2. Tertata rapi

3. Rata/tidak bergelombang

4. Kuat

5. Kedap air

6. Tidak becek/ tidak berdebu

7. Tersedia tempat sampah setiap

radius 10 meter √ √

8. Ada jalur dan tanda masuk dan

keluar kendaraan yang jelas √ √

Berdasarkan tabel 4.6. diatas dapat dilihat bahwa, fasilitas tempat parkir yang diteliti tidak memenuhi syarat karena masih ada tempat parkir yang tidak bersih, tidak rapi, tidak rata, berdebu, tidak bersih, tidak rapi, tidak tersedia tempat sampah setiap radius 10 meter.


(66)

4.2.3.2. Pembuangan Sampah

Hasil observasi peneliti terhadap pembuangan sampah di dua terminal terpadu di Kota Medan disajikan dalam tabel 4.7. berikut.

Tabel 4.7. Distribusi Pembuangan Sampah di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Kriteria Penilaian

Terminal Amplas

Terminal Pinang Baris

Ya Tidak Ya Tidak

1. Tersedia minimal 1 buah tempat sampah dalam keadaan baik pada setiap radius 20 meter

√ √

Tempat sampah terbuat dari bahan

2. Kedap air

3. Tidak mudah berkarat

4. Kuat

5. Mudah dibersihkan

6. Ringan

7. Tempat sampah dilengkapi

penutup √ √

8. Tersedia kontainer sebagai tempat pengumpulan sampah sementara

√ √

Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat dilihat bahwa, fasilitas pembuangan sampah yang diteliti tidak memenuhi syarat karena masih ada terminal yang tidak menyediakan minimal 1 buah tempat sampah dalam keadaan baik pada setiap radius 20 meter.


(67)

4.2.3.3. Penerangan

Hasil observasi peneliti terhadap penerangan di dua terminal terpadu di Kota Medan dapat dilihat bahwa, fasilitas penerangan yang diteliti tidak memenuhi syarat karena masih ada terminal yang penerangannya kurang pada malam hari, karena tidak dapat membaca tulisan dengan jelas jika menggunakan cahaya dari lampu tersebut. 4.2.3.4. Ruang Tunggu

Hasil observasi peneliti terhadap ruang tunggu di dua terminal terpadu di Kota Medan disajikan dalam tabel 4.8. berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Ruang Tunggu di Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Kriteria Penilaian

Terminal Amplas

Terminal Pinang Baris

Ya Tidak Ya Tidak

1. Ruangan bersih (tidak terdapat

sampah yang berserakan) √ √

2. Tertata rapi

3. Tempat duduk kuat, bersih,

bebas serangga. √ √

4. Tersedia tempat sampah

Lantai terbuat dari bahan

5. Kuat

6. Bersih

7. Kedap air

8. Rata

9. Tidak licin


(68)

Berdasarkan tabel 4.8. diatas dapat dilihat bahwa, fasilitas ruang tunggu yang diteliti tidak memenuhi syarat karena masih ada ruang tunggu yang tidak menyediakan tempat sampah.

4.2.3.5. Jamban dan Urinoir

Hasil observasi peneliti terhadap jamban dan urinoir di dua terminal terpadu di Kota Medan disajikan dalam tabel 4.9. berikut.


(1)

Gambar Lampiran 5. Penerangan di Lapangan Parkir Terminal Amplas pada Malam Hari

Gambar Lampiran 6. Penerangan di Lapangan Parkir Terminal Pinang Baris pada Malam Hari


(2)

Gambar Lampiran 7. Ruang Tunggu Terminal Amplas


(3)

Gambar Lampiran 9. Jamban dan Urinoir Terminal Amplas


(4)

Gambar Lampiran 11. Ruang Kantor Terminal Amplas


(5)

Gambar Lampiran 13. Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor Terminal Amplas

Gambar Lampiran 14. Pembuangan Air Hujan dan Air Kotor Terminal Pinang Baris


(6)