37
37 pihak yang membuat perjanjiankontrak. Kini, semua perjanjiankontrak dibuat dalam
bentuk tertulis dengan maksud untuk memudahkan pembuktian di kemudian hari”.
66
1. Perjanjian Merupakan Sumber Perikatan
Perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak merupakan sumber perikatan dan mengikat kedua belah pihak atau yang menandatanganinya sejak tanggal
ditandatanganinya perjanjian tersebut. Perjanjian yang dibahas dalam penelitian ini adalah yang dimaksudkan dalam Buku III KUHPerdata. Di dalam KUHPerdata
ditulis mengenai rumusan tentang perikatan yaitu pada Pasal 1233 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa : “tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan maupun
karena undang-undang”. Berdasarkan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa perikatan itu terjadi dikarenakan oleh suatu persetujuan antara kedua belah pihak ataupun oleh
beberapa pihak. “Perikatan itu dapat juga terjadi bukan atas kemauan sendiri tetapi karena dilahirkan oleh undang-undang”.
67
Kata “Perikatan” verbintenis mempunyai arti lebih luas dari pada “Perjanjian”. Menurut R. Subekti :
Buku III BW berjudul Perihal Perikatan, perikatan verbintenis mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan “perjanjian”, sebab dalam buku III itu
diatur juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari
perbuatan yang melanggar hukum onrechtmatige daad dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan
persetujuan zaakwaarneming. Tetapi sebagian besar dari Buku III ditujukan pada perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Adapun
yang dimaksud dengan perikatan oleh Buku III BW itu adalah suatu hubungan
66
Ibid., hal. 5-6.
67
Samuel M.P. Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan Dalam Hukum Perjanjian, Grasindo, Jakarta, 2010, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
38
38 hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua orang yang memberi hak.
Satu orang untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Buku II mengatur
perihal hubungan-hubungan hukum antara orang dengan orang hak-hak perseorangan, meskipun mungkin yang menjadi objek juga suatu benda. Oleh
karena sifat hukum yang memuat dalam Buku III itu selalu berupa suatu tuntut menuntut, maka isi Buku III itu juga dinamakan hukum perhutangan.
Pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak yang berpiutang atau krebitur, sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang
atau debitur. Adapun barang sesuatu yang dapat dituntut dinamakan prestasi, yang menurut undang-undang dapat berupa :
1. Menyerahkan suatu barang. 2. Melakukan suatu perbuatan.
3. Tidak melakukan suatu perbuatan.
68
Buku III KUHPerdata tidak ada memberikan suatu defenisi dari perikatan. Namun ada beberapa ahli hukum memberikan defenisi tentang perikatan. Menurut
Mariam Darus Badrulzaman, “perikatan adalah hubungan yang terjadi di atara dua orang atau lebih yang terletak di dalam lapangan hukum harta kekayaan, dimana
pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”.
69
Sementara itu, J. Satrio menyatakan bahwa : Mengenai istilah verbintenis terjemahannya dalam Bahasa Indonesia masih
belum ada kesatuan pendapat. Ada yang menggunakan istilah “perutangan”, ada yang menggunakan istilah “perikatan”, ada yang menggunakan kedua
istilah tersebut bersama-sama, malahan ada yang mengusulkan istilah “perjanjian” untuk mengganti verbintenis, sekalipun diberikan arti yang luas,
meliputi juga yang muncul dari hukum Adat dan segi lain lebih sempit dari verbintenis yang selama ini dikenal, karena tidak meliputi yang lahir dari
undang-undang
saja uit
de wet
allen dan
yang lahir
dari onrechtmatigedaad.
70
68
R. Subekti, Op.cit., hal. 122-123.
69
Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku ke III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Jakarta, 1998, hal. 1.
70
J. Satrio, Hukum Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
39
39 Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, maka hal tersebut
memberikan kejelasan bahwa suatu perjanjian yang dibuat itu telah menimbulkan perikatan bagi pihak-pihak yang membuatnya dan hak serta kewajiban dengan
sendirinya harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak, seperti halnya jual beli perumahan oleh pengembang atau developer, di mana pihak pengembang atau
developer menjual kapling perumahannya kepada para konsumen yang membeli kapling perumahan tersebut. Para konsumen sebagai pembeli membayar harga rumah
sesuai dengan kesepakatan berdasarkan perjanjian jual beli yang telah ditandatangani oleh para pihak.
2. Asas-Asas Hukum Perjanjian