12
2. Bentuk- Bentuk Kegiatan Hidup Rohani dalam Keluarga
Untuk mencapai hidup rohani yang semakin matang dan mendalam masing- masing pribadi perlu mempererat hubungannya dengan Tuhan: antara lain dengan
mendengarkan sabdaNya dalam Injil melalui hatinya, semakin menghidupkan dan meningkatkan cara berdoa. Berdoa merupakan kegiatan manusia yang paling mulia.
Dalam doa segala segi kehidupan dan iman seseorang menyatu, lalu dihantarkan kepada Tuhan. Panggilan pribadi didengar dan dipertajam dalam doa, karena Tuhan
memanggil kita sebagai anak-Nya yang disayangi-Nya. Oleh karena itu, sebagai anak tugas kita adalah menyapa Tuhan dengan berterimakasih, mengeluh, memuji
atau meminta namun terutama dengan mendengarkan-Nya dalam hati. Dengan demikian, Tuhan sendirilah yang menuntun kita dalam dan melalui berbagai
peristiwa hidup kita Heuken, 2002: 12. Konferensi Waligereja Indonesia dalam buku Pedoman Pastoral Keluarga,
2011 menyatakan bahwa setiap keluarga Katolik harus memperhatikan kehidupan iman anggota keluarganya karena keluarga adalah sekolah nilai-nilai kemanusiaan
dan iman Katolik. Cara yang dilakukan bersama dalam keluarga agar kehidupan iman dan rohaninya semakin berkembang antara lain:
a. Doa Pribadi dan doa bersama
Dalam keluarga perlu dibiasakan untuk berdoa secara teratur, baik secara pribadi maupun secara bersama. Doa pribadi yang teratur oleh masing-masing
anggota keluarga, dapat dilakukan terutama sebelum dan sesudah tidur dan sebelum dan sesudah makan. Sedangkan doa bersama di dalam keluarga dapat dilakukan
terutama ketika ada anggota keluarga yang merayakan ulang tahun, sedang bersedih, atau sedang menghadapi tugas penting. Maka dalam kaitan dengan doa pribadi dan
doa bersama, perlu dijelaskan bahwa berdoa adalah komunikasi dengan Tuhan,
13 sehingga setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengungkapkan isi
hatinya melalui doa-doa spontan. Dalam berdoa keluarga juga perlu menggunakan secara tepat benda-benda rohani seperti salib, patung, gambar, rosario dan lain-lain
Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:35
b. Mengikuti Perayaan Ekaristi
Sejak dini keluarga perlu ikut ambil bagian secara aktif dalam perayaan liturgi, terutama Ekaristi supaya dapat mengenal dan mencintai Tuhan. Hari Raya Natal
dapat digunakan sebagai moment untuk memperkenalkan kepada anak-anak, Pribadi Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Sebaiknya anak juga dilibatkan dalam persiapan perayaan tersebut, misalnya dengan menghias pohon natal atau membantu membuat gua natal.
Perayaan ekaristi khusus untuk anak-anak sangat membantu mereka untuk terlibat di dalamnya. Lagu-lagu yang sederhana, kotbah yang menarik dan mudah
dimengerti, dapat memikat perhatian anak. Dengan cara demikian mereka dibiasakan untuk terlibat dalam perayaan ekaristi. Mungkin pada awalnya anak-anak
hanya menirukan sikap orang tua. Selanjutnya mereka dapat mengungkapkan iman dalam ekaristi.
Bila mereka sudah mampu memahami, orang tua sebaiknya menjelaskan makna perayaan ekaristi yaitu sebagai perjamuan kasih Tuhan. Dalam perjamuan itu Tuhan
memberikan Diri-Nya dan memanggil manusia untuk bersatu dengan-Nya. Maka menyambut tubuh Kristus dalam komuni berarti bersatu dengan Tuhan sendiri. Juga
perlu dijelaskan bahwa perayaan ekaristi adalah perayaan syukur atas karya keselamatan Allah yang terlaksana melalui Yesus Kristus bersatu dengan Tuhan dan
Gereja yang adalah Tubuh Mistik Kristus seri puskat no, 22, 40.
14
c. Membaca dan Merenungkan Kitab Suci
Keluarga Kristiani mempunyai kebiasaan untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. Melalui pembacaan Kitab Suci, keluarga mengenal Allah yang
menyelamatkan manusia dalam sejarah keselamatan yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Dengan membaca dan mendengarkan serta merenungkan Kitab Suci,
hati mereka diarahkan kepada Allah yang hadir melalui sabda-Nya, sehingga anggota keluarga dapat menimba inspirasi untuk hidup iman melalui teladan hidup
Yesus dan tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:35
d. Ikut Aktif dalam Kelompok Pembinaan Iman
Untuk membantu keluarga dalam memberikan pendidikan iman dan menumbuhkan sikap hidup menggereja dalam diri keluarga Kristiani, maka
keluarga Kristiani harus terlibat aktif dalam kegiatan menggereja baik di lingkungan, wilayah, maupun paroki. Maka, sejak kecil, anak-anak sebaiknya didorong untuk
terlibat kegiatan kelompok pembinaan iman, seperti Sekolah Minggu, Pembinaan Iman Anak dan Remaja. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut di atas, iman
anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, anak juga dapat menghayati kebersamaan hidup sebagai anggota Gereja Pedoman Pastoral
Keluarga, 2011:35
e. Ikut Ambil Bagian dalam Rekoleksi, Retret, Ziarah
Rekoleksi, retret, ziarah sudah dikembangkan cukup lama dalam Gereja dan menghasilkan buah-buah yang baik. Maka keluarga Kristiani hendaknya mendorong
dan mendukung seluruh anggota keluarganya untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan tersebut demi pengembangan hidup beriman mereka. Melalui
kegiatan-kegiatan ini setiap anggota keluarga akan semakin terlibat aktif dalam
15 kegiatan di keluarga dan Gereja dan saling terbuka satu dengan yang lain Pedoman
Pastoral Keluarga, 2011:35
f. Refleksi Harian
Refleksi harian merupakan hal yang paling penting dalam hidup manusia, karena dengan refleksi manusia dapat menemukan siapa dirinya sesungguhnya
dengan segala situasi hidup yang dialami dan dirasakan, sehingga dapat memaknai hidup ini begitu berati. Demikian pula dalam hidup berkeluarga, setiap anggota
keluarga mampu merefleksikan setiap pengalaman yang mereka alami dalam hidup sehari-hari sehingga mereka mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan
setiap anggota keluarganya agar hidup mereka semakin sempurna dimana ada cinta kasih timbal balik.
g. Terlibat dalam Perkumpulan Keluarga Katolik ME
Marriage Encounter atau yang disingkat dengan ME adalah sebuah gerekan dari Gereja Katolik untuk pasangan suami istri, atau sebuah program yang biasanya
diberikan pada akhir pekan dimana para pasutri mendapat kesempatan untuk melatih teknik berkomunikasi dengan kasih yang dapat mereka gunakan sampai akhir hayat.
Hal tersebut adalah sebuah kesempatan untuk dapat melihat sejauh mana hubungan mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan Tuhan. Selain itu merupakan
kesempatan untuk berbagi perasaan, harapan, dan mimpi-mimpi dari mereka. Weekend dalam Marriage Encounter merupakan kesempatan untuk membangun
komunikasi antara suami istri. Weekend memberikan suasana yang kondusif bagi pasutri untuk menghabiskan waktu bersama, jauh dari tekanan hidup sehari-hari,
sekaligus mendukung mereka untuk memusatkan perhatiaan pada satu sama lain dan hubungan mereka. Gema Warta.
16
3. Tujuan Hidup Rohani a. Meningkatkan Relasi dengan Tuhan
Hidup merupakan anugerah indah dari Tuhan yang harus selalu terasa indah bila kita hayati sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh Tuhan. Hal yang paling
penting yang harus selalu disadari oleh manusia adalah bahwa Tuhan senantiasa mengasihi dan menyayangi semua makhluk-Nya, termasuk manusia tanpa batas.
Tuhan adalah kasih dan kasih-Nya yang telah kita terima dengan cuma-cuma hendak dibagikan kepada semua makhluk ciptaan sehingga mereka pun mengalami kasih
Tuhan. Sebagai balasannya manusia perlu belajar untuk lebih percaya kepada Tuhan dan menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan agar manusia dapat bersatu erat
dengan Tuhan dan kembali seutuhnya kepada Tuhan Hidya Tjahya, 2011: 24.
b. Memupuk Relasi Kasih dengan Sesama Manusia
Manusia adalah citra Allah. Ia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa- Nya Kej 1: 26-27. Kasih menjadi dasar bagi Allah untuk menciptakan manusia dan
selanjutnya menyelamatkan manusia. Oleh kasih Allah itu, manusia dapat hidup.Maka, sebagai makhluk pribadi sekaligus sebagai mahkluk social, manusia
harus menjalin relasi yang penuh kasih dengan sesama manusia. Dengan itu, manusia dapat hidup dengan aman, damai dan tenteram bersama dengan sesamanya.
c. Membangun Sikap Peduli terhadap Alam Semesta
Akal budi yang menjadi nilai lebih dari manusia yang adalah “gambar dan rupa” Allah Kej 1:26 mewajibkan manusia untuk terlibat untuk menjaga keutuhan dan
kelestarian lingkungan. Dengan akal budinya manusia dituntut untuk memelihara alam. Oleh karena itu, manusia adalah rekan kerja Allah. Meskipun dalam
pemahaman ekologis, manusia memiliki asal usul yang sama dengan segala sesuatu yang ada di dunia, namun manusia adalah makhluk yang istimewa. Keistimewaan
17 manusia terletak pada aspek kesadaran diri self consciousness yang memampukan
manusia untuk membuat distingsi antara yang baik dan yang buruk bagi keberlangsungan hidup ciptaan di dunia ini.
Atas dasar itu, maka peran, kedudukan dan tugas manusia adalah menjadi mitra kerja Allah yang bersama-sama memelihara dan menjaga alam semesta. Manusia
menjadi kolaborator Allah dalam karya penciptaan, bukan menggantikan kedudukan dan peran Allah Surip, 2010:28
B. Keluarga Kristiani 1. Pengertian Keluarga Kristiani
Keluarga Kristiani adalah suatu institusi yang dibentuk melalui sakramen perkawinan. Nilai-nilai yang menggerakan keluarga itu adalah nilai iman, harapan
dan kasih yang ditimba dari Kitab Suci dan Ajaran Gereja. Sebagai suatu komunitas iman, Keluarga Kristiani yang terdiri dari ayah, ibu, anak dipandang sebagai suatu
perwujudan, pewahyuan dan penampakkan yang istimewa dari komunitas Gereja. Dalam kesehariannya, mereka selalu bersama-sama baik itu dalam kesusahan
maupun dalam kebahagiaan. Keluarga menjadi besar karena hadirnya sanak saudara di dalamnya yang selalu memberikan dukungan dan memberikan rasa aman
Konferensi Waligereja Indonesia,1996: 54 Keluarga
adalah komunitas
pertama dan asal mula keberadaan setiap manusia dan merupakan “persekutuan pribadi-pribadi” communion personarum
yang hidupnya berdasarkan dan bersumber pada cinta kasih Pedoman Pastoral Keluarga 2011:10. Kasih sejati yang selalu hadir dalam keluarga akan membuahkan
kebaikan bagi semua anggota keluarga. Maka setiap pribadi dalam keluarga harus
18 mewujudkan cinta kasih dalam tindakan konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan,
dan keselamatan seluruh keluarga. Gaudium et Spes, art. 48 menyatakan bahwa Keluarga Kristiani merupakan
“Gambaran dan partisipasi perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja”. Gambaran dan partisipasi yang dimaksudkan dalam rumusan ini adalah gambaran
dan partisipasi sebuah keluarga yang dibangun berdasarkan perjanjian cinta kasih kepada Kristus dan kepada Gereja, karena perjanjian cinta kasih dalam sebuah
keluarga harus selalu berlandaskan pada cinta kasih akan Kristus yang telah mempersatukan mereka dalam Gereja dan menjadikan sebuah keluarga menjadi
keluarga yang Kristiani. Jika gambaran dan partisipasi akan perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja sudah terwujud maka Keluarga Kristiani dapat dibangun
dengan baik. Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak
yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-
hari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri.Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus.
2. Pokok-Pokok Keluarga Kristiani a. Keluarga adalah Komunitas Pribadi-Pribadi dalam Cinta kasih
Keluarga adalah komunitas pertama dan asal mula keberadaan setiap mnusia dan merupakan “persekutuan pribadi-pribadi”communion personarum yang
hidupnya berdasarkan dan bersumber pada cinta-kasih. Kasih sejati dalam keluarga adalah kasih yang membuahkan kebaikan bagi semua anggota keluarga. Setiap
pribadi dalam keluarga semestinya mewujudkan cinta-kasih melalui tindakan
19 konkret untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan seluruh anggota
keluarganya. Cinta-kasih merupakan kekuatan keluarga yang utama, karena tanpa cinta-kasih
keluarga tidak akan mengalami kerukunan dalam hidup dan tidak dapat berkembang serta menyempurnakan diri sebagai persektuan pribadi-pribadi. Pada hakekatnya
setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dikasihi dan mengasihi. Maka keluarga mempunyai tugas yang utama, yakni menghayati dirinya sebagai persekutuan hidup
yang dilandasi cinta-kasih dan berusaha terus menerus untuk mengembangkan hidup rukun antaranggota keluarganya Pedoman Pastoral Keluarga, 2010: 10.
b. Keluarga adalah Persekutuan Pembela Kehidupan
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan “menurut gambar-Nya” bdk. Kej 1:26-28. Laki-laki dan perempuan itu kemudian diberkati oleh Allah.
“Pemberkatan” ini memang dapat diartikan sebagai “pemberkatan nikah” karena laki-laki dan perempuan yang diberkati itu kemudian diberi tugas untuk
“beranakcucu” dan “menguasai bumi”. Hal ini mau menegaskan bahwa Keluarga yang dibangun adalah sebuah persekutuan yang diutus oleh Tuhan untuk menjada
pembela kehidupan Purwa Hadiwardoyo,1988: 12-13. Laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah untuk menjadi satu daging dan
ikut ambil bagian dalam karya perutusan-Nya. Salah satunya adalah dengan melahirkan anak dan mendidik anak. Melahirkan dan mendidik anak adalah tugas
suami-istri yang paling istimewa dan tak tergantikan. Anak-anak yang dilahirkan merupakan buah cinta antara suami istri maka anak-anak harus diterima dengan
penuh sukacita. Orang tua harus mendidik dan membantu mereka untuk bertumbuh dalam segala segi aspek sehingga menjadi anak yang baik bagi keluarga, Gereja dan
masyarakat Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 12.
20
c. Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga
Gereja merupakan sebuah keluarga. Sebaliknya keluarga adalah Gereja. Keluarga Kristiani tidak hanya merupakan bagian dari seluruh Gereja, namun juga
merupakan sebuah Gereja, artinya : dalam Keluarga Kristiani, nampak adanya unsur paguyuban atau persekutuan iman. Ada kemiripan antara Gereja dan Keluarga Paus
Paulus VI 1994: 17. Keluarga merupakan tempat bertumbuh dan berkembangnya cinta kasih Allah.
Oleh karena itu, setiap anggota keluarga dipanggil untuk mengambil bagian dalam pewartaan kasih Allah baik dalam keluarga maupun di luar keluarga. Selain itu
keluarga Kristiani sebagai Gereja rumah tangga merupakan persekutuan orang beriman yang saling mencintai dan mendukung satu sama lain Kila ,2005: 7.
Dalam hidup sehari-hari anggota keluarga juga melaksanakan tiga tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja.
Yang dimaksud dengan tiga tugas Kristus adalah tiga tugas yang melekat dalam diri semua orang yang telah dibaptis. Sejak seseorang menerima baptisan dan
menjadi anggota Gereja, ia mengemban tugas sebagai imam, nabi dan raja bdk. KHK 204 art. 1.
Tugas sebagai imam, nabi dan raja juga diemban oleh keluarga Kristiani sebagai Gereja Rumah Tangga. Dasar dari tiga tugas Kristus dalam keluarga Kristiani adalah
Baptisan yang telah diterima oleh semua anggotanya. Selain itu, suami-isteri juga dapat mengemban tugas ini berkat Sakramen Perkawinan yang mereka terima. Di
dalam janji perkawinan, mereka sepakat untuk membentuk keluarga yang berdasarkan Injil.
Sebagai nabi, keluarga Kristiani mempunyai tugas berpegang teguh pada kebenaran dan hidup menurut kebenaran yang telah ditetapkan oleh Kristus melalui
21 Gereja-Nya. Keluarga Kristiani diajak untuk turut aktif dalam setiap karya
pewartaan baik melalui katekese atau kesaksian hidup sehari-hari. Sebagai imam, keluarga Kristiani diajak untuk terus berpartisipasi dalam kehidupan sakramen dan
liturgi terutama sakramen Ekaristi dan sakramen tobat. Selain itu keluarga Kristiani juga diajak untuk hidup kudus dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama atas
dasar kasih terhadap Allah. Sebagai raja, keluarga Kristiani diajak dalam tugas pelayanan, pelayanan pastoral dan persaudaraan dengan semua orang.
Keluarga Kristiani bukan hanya merupakan sebuah komunitas basis manusia, melainkan juga komunitas basis Gerejawi. Sebagai komunitas basis Gerejawi,
keluarga Kristiani dipanggil untuk ikut ambil dalam karya penyelamatan Allah dengan melaksanakan lima tugas Gereja yaitu:
1 Persekutuan Koinonia
Keluarga adalah ‘persekutuan seluruh hidup’ consortium totius vitae antara seorang laki-laki dan seorang perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak
dan diteguhkan melalui kesepakatan perkawinan bdk. KHK 1055 art. 1. Ciri pokok dari persekutuan tersebut adalah hidup bersama berdasarkan iman dan cinta
kasih serta kesediaan untuk saling mengembangkan pribadi satu sama lain. Persekutuan dalam keluarga diwujudkan dengan menciptakan saat-saat bersama, doa
bersama, kesetiaan dalam suka dan duka, untung dan malang, ketika sehat maupun sakit. Pedoman Pastoral Keluarga, 2011: 15.
2 Liturgi Leiturgia
Liturgi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, “leitourgia”, yang berarti ‘kerja’ atau ‘pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa’. Dalam
perkembangan selanjutnya, leitourgia mendapat arti kultis yakni pelayanan ibadat. Dalam liturgy juga mengandung kerja bersama. Kerja sama ini memiliki makna
22 peribadatan kepada Allah dan pelaksanaan kasih. Jadi liturgy adalah perayaan
misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus
Martasudjita,1999: 18-27. Kepenuhan hidup umat beriman Katolik tercapai dalam sakramen-sakramen dan
hidup doa. Melalui sakramen-sakramen dan hidup doa, keluarga bertemu dan berdialog dengan Allah. Relasi antara Kristus dengan Gereja terwujud nyata dalam
Sakramen Perkawinan, yang menjadi dasar panggilan dan tugas perutusan suami istri. Suami istri mempunyai tanggungjawab membangun kesejahteraan rohani dan
jasmani keluarganya, dengan setia akan memberi kekuatan iman dalam hidup mereka terutama ketika mereka sedang menghadapi dan mengalami persoalan sulit
dan berat, dan membuahkan berkat rohani, yaitu relasi yang mesra dengan Allah sehingga mereka dapat merasakan hidup dalam kedamaian dan saling meneguhkan
Pedoman Pastoral Keluarga, 2011:16.
3 Pewartaan Injil Kerygma
Keluarga mengambil bagian dalam tugas Gereja untuk mewartakan Injil. Tugas itu dilaksanakan terutama dengan mendengarkan, menghayati, melaksanakan, dan
mewartakan Sabda Allah.“ Keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat Injil disalurkan dan memancarkan sinarnya”. Orangtua tidak sekadar menyampaikan Injil
kepada anak-anak, melainkan dari anak-anak mereka juga mampu menyampaikan Injil. Keluarga Kristiani menerima injil dalam bentuk penghayatan yang mendalam.
Sabda Allah termuat dalam Kitab Suci yang tidak selalu dipahami, maka keluarga sebaiknya ikut mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pendalaman
Kitab Suci Pedoman Pastoral Keluarga, 201: 16.