Keragaman Produk dan Proses Pembelajaran Pendidikan Jamani

Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 3

A. Keragaman Produk dan Proses Pembelajaran Pendidikan Jamani

1. Keragaman Produk Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah mengalami dinamika unik dan bergeser pada wujud aliansi dengan olahraga, kesehatan, rekreasi, dan bahkan kini terkesan kuat sebagai bentuk sosialisasi olahraga. Aliansi ini telah berdampak pada proses belajar- mengajarnya meluas, meskipun menyebabkan pada kehampaan makna belajar siswa, dan berujung pada rendahnya kualitas pendidikan jasmani sebagai proses pendidikan. Indikasi ini terjadi ketika pembentukan perubahan perilaku yang diinginkan, sebagai akibat dari pembelajaran gerak yang disituasikan itu, mengarah pada pembentukan olahraga siswa dalam wujud sosialisasi olahraga. Tekanan kuat dari gerakan sosialisasi olahraga ke dalam lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan menyebabkan nama pendidikan jasmani bermakna olahraga kesehatan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan tentu olahraga pendidikan. Pendidikan jasmani menjadi berbaur dengan olahraga dan kesehatan, dengan arah yang mengerucut pada bentukan sosialisasi olahraga. Derasnya gerakan sosialisasi olahraga menggeser makna pendidikan jasmani menjadi pendidikan olahraga, dan bisa juga pendidikan kesehatanrekreasi, atau bahkan menjadi olahraga prestasi. Pemikiran majemuk tentang pendidikan jasmani terjadi dan tercermin ke dalam orientasi pembauran pendidikan jasmani, olahraga rekreasikesehatan, dan tentu olahraga prestasi. Dalam kaitan ini, sebaiknya sekolah melalui dukungan kebijakan kepala sekolahnya mengembangkan tiga program pendidikan jasmani, ke dalam 1 pembelajaran dengan orientasi pada proses belajar dilakukan di kegiatan intrakurikuler; 2 pembelajaran partisipatif dengan orientasi penggunaan waktu luang siswa di kegiatan ekstrakurikuler; dan 3 pembelajaran yang lebih bersifat pelatihan kecabangan olahraga dengan orientasi SHQDPSLODQ ÀVLNDO WLQJNDW tinggi untuk kemenangan dan prestasi di suatu cabang olahraga, dan diperuntukkan bagi siswa yang berbakat, berminat, dan memiliki potensi kuat untuk menjadi tunas-tunas olahragawan berbakat. Ketiga program ini perlu diposisikan di sekolah dan perlu berada dalam pemilahan yang jelas dan karakter jati diri dan orientasi yang tegas sesuai dengan landasan tujuannya. 2. Keragaman Proses Pembelajaran Pendidikan Manakala pendidikan jasmani bermakna proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani danatau olahraga untuk peraihan tujuan-tujuan pendidikan, pendidikan jasmani menjadi alat untuk pencapaian cita-cita pendidikan. Aktivitas jasmani yang dalam berbagai Di unduh dari : Bukupaket.com 4 Kelas IX SMPMTs spektrumnya meluas pada penafsiran permainan, bermain, gerak badan, dan olahraga kecabangan, dimanfaatkan guru pendidikan jasmani untuk mendidik dan mengedukasi siswa melalui belajar tugas gerak \DQJEHUPDNQDDJDUEHUNHPEDQJVHFDUDXWXKGDULVHJDODSRWHQVLÀVLNDO pikiran, emosi, sosial, dan spiritual siswa. Kegiatan mendidik diarahkan agar siswa mampu mengenali tubuhnya, mengenali identitas geraknya, mengantarkan siswa yang mandiri dan sejahtera karena kepemilikan tubuhnya. Meluasnya tataran aktivitas jasmani ke dalam pemanfaatan proses pendidikan menimbulkan proses belajar siswa meluas ke dalam tataran belajar ke dalam gerak, belajar tentang gerak, dan belajar melalui gerak. Bahkan, manakala gerak diterjemahkan sebagai olahraga, spektrum belajar menjadi makin meluas, menjadi belajar ke dalam olahraga, belajar tentang olahraga, dan belajar melalui olahraga. Spektrum belajar mulai dari belajar ke dalam gerak, belajar tentang, dan belajar melalui gerak menjadi belajar ke dalam, tentang, dan melalui olahraga. Ketiga lapisan spektrum belajar ini pun terpancarkan kembali dalam wujud belajar kontekstual dari pengalaman gerak yang dilakukan dalam pengembangan NRPSHWHQVL EHODMDU NRJQLWLIUHÁHNWLI EHODMDU DIHNWLIHPRVLRQDO EHODMDU sosial-terkait motorik, dan tentu belajar gerak. Spektrum belajar ini kemudian masing-masing memosisikan peran perilaku guru dalam konstalasi implicit learning guru membelajarkan, perilaku siswa dalam konstalasi explicit learning belajar yang sudah ada ditunjukkan siswa, interaksi guru dan siswa dalam konstalasi intuitive learning belajar yang tercipta dari jarak dan kedekatan kompetensi guru mengajar dan kapabilitas siswa belajar; dan aspek yang ingin dikembangkan berada dalam konstalasi situated learning, yaitu belajar yang disituasikan dalam koridor belajar ke dalam gerak, belajar tentang gerak, belajar dari gerak, dan belajar melalui gerak. Belajar menjadi berada dalam lapisan, belajar ke dalam, tentang, dan melalui gerak manusia atau olahraga ini, terkait dengan belajar VHFDUD NRJQLWLIUHÁHNWLI GLPDQIDDWNDQ XQWXN PHQJHPEDQJNDQ kemampuan pengetahuan siswa, belajar afektif-emosional dimanfaatkan untuk pengembangan sikap, belajar sosial, dan tentu belajar motorik dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan motorik siswa. Konstalasi di antara lapisan belajar dan ragam belajar itu sangat ditentukan oleh bagaimana perilaku dan ucapan verbal dari setiap perilaku guru, dalam perannya sebagai teacher-learner, perilaku siswa dalam perannya dalam menampilkan belajar explicit learning, interaksi guru dan siswa dalam menumbuhkan belajar intuitif, serta aspek yang ingin dikembangkan dari interaksi guru dan siswa secara bermakna, bertujuan, dan berkontekstual dengan kebutuhan siswa. Pesan isi dan muatan pengajaran apa yang perlu disampaikan guru sehingga kemudian Di unduh dari : Bukupaket.com Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 5 muncul dalam bentuk model, pendekatan, strategi atau metode pengajaran yang relevan dengan tujuan. Guru perlu memiliki seperangkat kompetensi agar tujuan dapat tercapai. Melalui kemampuan guru mengajar terbentuk struktur warga pembelajar. Guru bersama-sama dengan siswa membangun bahtera belajar-mengajar yang bermakna bagi kemakmuran dan kesejahteraan siswanya kelak.

B. Makna Hakiki Pendidikan Jasmani