38
kegiatan distribusi berdasarkan mata pencaharian yang dominan di wilayah Juwana. Kegiatan produksi meliputi budidaya ikan bandeng dan pembuatan
bandeng presto, sedangkan kegiatan distribusi meliputi penjualan ikan bandeng. Pengumpulan data dengan observasi dilaksanakan dengan cara
terjun langsung ke lapangan, yaitu di tambak budidaya ikan bandeng, Pasar Porda Juwana, dan rumah-rumah industri pembuatan bandeng presto. Peneliti
tinggal di daerah dilaksanakannya penelitian sehingga peneliti hanya mencatat beberapa hal khusus untuk melengkapi data dan menverifikasi data
yang diperoleh dari hasil wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui letak geografis, demografis, desa atau kelurahan, dan pendidikan
di wilayah Juwana. Dokumentasi juga dilakukan dalam wawancara dan observasi yaitu berupa pengambilan video dan foto.
C. Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian disajikan berdasarkan dari hasil observasi dan hasil wawancara dengan sampel 3 tiga petani tambak, 3 tiga pedagang ikan
bandeng dan 3 tiga pengolah bandeng presto. Deskripsi data penelitian merupakan hasil penelitian secara ringkas. Data lengkap disajikan pada
lampiran 4 adalah transkrip wawancara, lampiran 5 adalah hasil observasi dan lampiran 6 adalah dokumentasi penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 sembilan narasumber dan hasil observasi dapat diperoleh informasi sebagai berikut.
1. Budidaya ikan bandeng
a. Penyediaan lahan budidaya
Lahan budidaya ikan bandeng yang digunakan petani adalah lahan sewa dan lahan milik pribadi. 2 dari 3 narasumber
menggunakan lahan sewa sebagai lahan budidaya sedangkan narasumber yang lain menggunakan lahan milik pribadi. Harga sewa
lahan tergantung dari sumber air, kualitas air, dan kualitas tanah dimasing-masing daerah. Harga sewa tambak yang dikelola
39
narasumber pertahun
berkisar Rp5.000.000,00Ha
sampai Rp7.000.000,00Ha.
Salah satu narasumber mengatakan bahwa tambak yang ia kelola adalah tambak lelang. Tambak lelang adalah tambak milik
desa yang disewakan kepada masyarakat dan harga sewanya ditentukan dengan sistem lelang. Harga sewa tambak dengan sistem
lelang tidak bisa dipastikan karena tergantung dari minat petani saat pelelangan harga sewa. Narasumber menjelaskan bahwa selama 4
tahun berturut-turut atau selama 2 periode telah mengelola tambak lelang berukuran 2,5 Ha, dimana harga sewa tambak pada periode
pertama yaitu Rp38.000.000,00 sedangkan pada periode kedua yaitu Rp35.000.000,00.
Petani biasa menyewa tambak selama 2 – 3 tahun. Hal ini
bertujuan untuk memaksimalkan hasil panen dan keuntungan sebab harga sewa tambak naik setiap tahunnya. Terbukti bahwa pada tahun
2001 harga
sewa tambak
pertahun masih
berkisar Rp2.000.000,00Ha sampai Rp2.600.000,00Ha sedangkan tahun
2016 harga sewa tambak pertahun berkisar Rp5.000.000,00Ha sampai Rp7.000.000,00Ha.
40
Gambar 4.1. Denah tambak secara keseluruhan
Lahan yang digunakan untuk budidaya ikan bandeng berukuran 1 Ha atau 10.000 m
2
yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu
“ipukan”, “caren”, “jagalan”, dan tambak budidaya. Beberapa bagian tersebut dibatasi dengan benteng yang disebut
benteng tambak, benteng caren, benteng ipukan, dan benteng jagalan. Benteng tambak adalah pembatas antara tambak yang satu
dengan tambak yang lain. Benteng tambak dibuat lebih tinggi dari permukaan air untuk menghindari luapan air dari sungai maupun
tambak yang lain. Benteng tambak digunakan sebagai jalan oleh petani untuk menuju tambak yang satu dengan tambak yang lain dan
memudahkan petani pada saat proses pemberian makan. Panjang benteng tambak sama dengan panjang tambak, tinggi benteng sesuai
dengan kedalaman tambak dan lebar benteng tambak yaitu .
Ukuran benteng caren, benteng ipukan, dan benteng jagalan lebih kecil dibandingkan ukuran benteng tambak. Panjang benteng
disesuaikan dengan panjang caren, ipukan, dan jagalan yang dibuat petani tambak. Tinggi benteng caren, ipukan, dan jagalan dibuat
lebih rendah dari benteng tambak yaitu sekitar sedangkan lebar
benteng yaitu sekitar .
Ipukan adalah tambak kecil yang berfungsi untuk memelihara benih bandeng atau nener sebelum ditabur di tambak budidaya.
Ipukan biasa ditempatkan di dekat saluran air agar pengisisan air lebih mudah dan praktis. Tidak ada ketentuan mengenai ukuran
ipukan yang baik dan tepat untuk memelihara nener, sebab para petani menentukan ukuran ipukan hanya menggunakan perkiraan.
41
Umumnya, ukuran ipukan menyesuaikan ukuran tambak budidaya, semakin luas tambak budiaya maka semakin luas pula ipukan. Misal
ukuran tambak budidaya adalah 1 berarti petani membutuhkan
ipukan yang cukup luas untuk memelihara lebih dari 10.000 nener. Caren adalah parit kecil yang berada disalah satu sisi tambak
budidaya yang berfungsi untuk mempercepat proses pengaliran air ke tambak. Caren juga mempunyai pintu air yang untuk mengontrol
air yang mengalir dari caren ke tambak budidaya dan sebaliknya. Pintu air tersebut terletak di benteng yang membatasi caren dan
tambak budidaya atau biasa disebut benteng caren. Jagalan adalah kolam kecil yang berisi air. Jagalan digunakan
pada saat panen ikan bandeng dengan cara dibedah. Air tambak yang dibuang melalui saluran air akan menuju ke jagalan kemudian air
tambak turun ke sungai. Saat air tambak surut, semua ikan bandeng akan berkumpul di jagalan sehingga memudahkan petani untuk
memanen ikan bandeng. Lebar jagalan biasanya sama dengan lebar ipukan.
Sirihan yaitu parit-parit kecil di dalam tambak budidaya yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu sirihan besar dan sirihan kecil. Sirihan
digunakan petani saat panen ikan bandeng, prosesnya yaitu saat air mulai surut maka semua ikan bandeng akan turun ke sirihan
kemudian baru turun ke jagalan. Sirihan besar adalah sungai di dalam tambak yang hampir berbentuk diagonal, sedangkan sirihan
kecil berbentuk persegi panjang. Masing-masing mempunyai lebar dengan jarak setiap sirihan adalah.
b. Penempatan saluran air
Setiap tambak mempunyai lebih dari satu saluran air atau pintu air. Di kalangan para petani tambak Juwana, pintu air tambak
biasa disebut “panggilan”. Panggilan ditempatkan di salah satu sisi benteng tambak dan benteng lainnya. Panggilan terbuat dari papan
dan kayu yang dirangkai seperti tanggul kemudian bagian tengah
42
tanggul tersebut disekat dengan papan kayu yang berfungsi sebagai pintu. Petani hanya perlu mengangkat pintu tersebut saat akan
melakukan pengisian air dan pembuangan air. Terdapat dua jenis pintu air atau panggilan, yaitu panggilan
utama dan panggilan bantuan. Umumnya, suatu tambak hanya mempunyai satu panggilan utama. Panggilan utama ditempatkan
disalah satu sisi benteng tambak yang dekat dengan sungai. Jika jarak tambak dengan sungai jauh maka petani membuat parit-parit
kecil untuk membantu mengalirkan air dari sungai ke tambak. Panggilan bantuan berfungsi untuk membantu mengalirkan air dari
sungai yang turun menuju ke jagalan, ke ipukan, ke caren, dan ke tambak budidaya sehingga berjumlah lebih dari satu.
Ketinggian benteng tambak dapat mencapai , sedangkan
pintu panggilan umumnya berukuran . Jika pintu
panggilan utama dibuat dengan ketinggian akan menyulitkan
petani karena menggunakan tenaga manual sehingga pintu panggilan utama disusun menjadi 3 pintu. Lebar panggilan sama dengan lebar
benteng tambak yaitu 5 m, panjang panggilan yaitu 0.5 m, sedangkan tinggi panggilan sesuai dengan ketinggian benteng tambak yang
dibuat petani. Panggilan bantuan lebih kecil dibandingkan panggilan utama dan disesuaikan dengan ukuran benteng caren, ipukan, dan
jagalan yang dibuat petani. Ipukan, caren, dan jagalan mempunyai lebar benteng yang sama yaitu 2 m, sedangkan tinggi masing-masing
benteng berbeda yaitu tinggi benteng ipukan = 0,5 m; tinggi benteng jagalan = 0,3 m; tinggi benteng caren
. Panjang pintu panggilan bantuan sama dengan panjang pintu panggilan utama yaitu
0.5 m. Umumnya setiap panggilan ditutup menggunakan papan kayu yang bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan petani agar tidak
jatuh ke tambak saat melewati panggilan tersebut. Ukuran papan penutup disesuaikan dengan ukuran panggilan yang dibuat.
43
Gambar 4.2 Kerangka Panggilan c.
Pengeringan tambak Tahap pertama sebelum melakukan pengeringan tambak
yaitu membuang air dari tambak ke sungai. Proses pembuangan air tambak tergantung posisi tambak dengan sungai. Jika posisi tambak
lebih tinggi dari sungai maka petani hanya perlu membuka pintu air atau panggilan sehingga air tambak akan turun ke sungai.
Sebaliknya, jika posisi tambak lebih rendah dari sungai maka petani harus menggunakan pompa air untuk memompa air dari tambak ke
sungai, namun hanya sedikit tambak yang memiliki posisi lebih rendah dari sungai.
Waktu yang diperlukan untuk pembuangan air tambak saat ketinggian air mencapai 50 cm melalui pintu air atau panggilan
berukuran , dimana proses pembuangan air
tanpa menggunakan pompa yaitu sekitar 5 jam. Setelah air tambak surut, tambak dikeringkan hingga dasar tambak menjadi retak-retak
44
dan berwarna putih atau “nelo”. Proses pengeringan tergantung cuaca, jika cuaca cerah dan panas akan membutuhkan waktu sekitar
2 minggu, namun jika curah hujan tinggi akan membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu. Selama proses pengeringan, petani selalu
memantau kondisi dasar tambak, jika dasar tambak tergenang air karena curah hujan terlalu tinggi maka air harus dikeluarkan melalui
saluran air. Pengeringan tambak akan membantu meningkatkan kadar garam air tambak setelah pengisian air.
Pengeringan tambak tidak harus selalu dilakukan saat memulai budidaya ikan bandeng. Pengeringan tambak bisa
dilakukan satu kali dalam setahun dengan perkiraan untuk 2 kali budidaya ikan bandeng. Hal tersebut dilakukan petani untuk
menghemat waktu, tenaga, dan biaya pengeringan tambak sehingga petani dapat memaksimalkan keuntungan hasil panen.
Selama proses pengeringan, petani memanfaatkan waktu untuk memasang “pracek”. Pracek adalah bambu-bambu yang
dibenamkan di dalam tambak yang berfungsi untuk melindungi ikan bandeng dari serangan burung. Dibidang pertanian, pracek memiliki
fungsi yang sama dengan orang-orangan sawah. Pracek dibuat dari bambu berukuran
yang dibelah kecil-kecil dan salah satu ujungnya dibuat runcing. Ujung bambu yang runcing dibenamkan di
tanah sedangkan ujung yang lain diikat dengan benang plastik atau benang layang-layang untuk menyambungkan pracek yang satu
dengan yang lain. Jarak setiap pracek sama dengan jarak pracek dengan benteng tambak yaitu
. d.
Pemupukan dasar tambak Setelah dasar tambak terlihat retak
–retak, langkah berikutnya adalah
pemupukan dasar
tambak yang
bertujuan untuk
menggemburkan tanah dan menyuburkan klekap. Klekap adalah pakan alam ikan bandeng yang masih berumur kurang dari 1 bulan.
Jenis pupuk yang digunakan TS dan urea, TS bertujuan untuk
45
menggemburkan tanah
sedangkan urea
bertujuan untuk
menyuburkan klekap atau pakan alam. Penggunaan urea dan TS tergantung kebutuhan, petani bisa menggunakan urea atau TS atau
keduanya. Pemupukan dasar tambak tidak harus selalu dilakukan, sebab
kadar air tambak yang asin bisa menumbuhkan klekap secara alami hanya saja pertumbuhannya tidak maksimal. Pada jaman dahulu
petani belum menggunakan urea dan TS, jumlah nener yang bisa ditebar yaitu sekitar 3000
nener Ha
yang telah melalui proses “ngipuk”. Jika dibandingkan dengan tambak yang melakukan pemupukan,
nener yang bisa ditebar yaitu sekitar 6000
nener Ha
yang telah melalui proses
ngipuk. Pertumbuhan
klekap dapat
mempengaruhi perkembangan ikan bandeng dikarenakan kebutuhan pakan yang
tidak mencukupi sehingga akan mengakibatkan perkembangan ikan menjadi lamban.
Jumlah urea atau TS yang ditebar yaitu sekitar 100
kg Ha
, namun jika menggunakan keduanya maka jumlah urea dan TS
diperkirakan sesuai dengan kebutuhan petani. Harga urea yaitu Rp116.000,00
karung
sedangkan harga TS yaitu Rp95.000
karung
, masing-masing karung berisi 50 kg Setelah penaburan urea dan TS
tambak bisa langsung dialiri air. e.
Pengisian air Setelah pemupukan dasar tambak maka dapat dilakukan
pengisian air tambak secara bertahap. Proses pengisisan air tergantung posisi tambak dengan sungai. Jika posisi tambak lebih
tinggi dari sungai petani harus memompa air dari sungai ke tambak. Sebaliknya, jika posisi tambak lebih rendah dari sungai maka petani
hanya perlu membuka pintu air atau panggilan sehingga air sungai akan turun ke tambak. Pompa air yang digunakan petani biasa
disebut “pompa sodok” yaitu pompa air yang dimodifikasi dengan pralon, kayu dan sebagainya. Bahan bakar yang digunakan pompa
46
sodok yaitu bensin atau solar dengan perhitungan bahan bakar yang digunakan saat memompa yaitu 1
liter jam
. Pengisian air tambak dilakukan secara bertahap. Istilah
pengisian air tambak disebut “nyoroti”, namun pengisian pertama
disebut “nglikek”. Tahap pertama atau nglikek, tambak diisi air
dengan ketinggian 20 cm. Waktu yang diperlukan untuk pengisian air tambak ukuran 1,5 hektar pada dengan ketinggian air 20 cm yaitu
2 hari, tetapi dalam satu hari petani hanya memompa selama 8 jam, jika diakumulasikan berarti petani memompa selama 16 jam. Air
tersebut diamkan sampai surut dan dasar tambak menjadi kering, hal ini bertujuan untuk menumbuhkan klekap dan meningkatkan kadar
garam air saat pengisian kedua. Waktu yang diperlukan agar dasar tambak menjadi kering sekitar 2 minggu, dimana cuaca cerah dan
panas. Tahap kedua, tambak diisi air kembali dengan ketinggian 20 cm. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk pengisian air sama
dengan tahap pertama. Air tambak pada pengisian kedua dibiarkan selama 2 minggu sebelum penaburan nener agar air yang masuk ke
tambak jernih terlebih dahulu. Tahap ketiga, petani harus memperhatikan ketinggian air tambak yang disesuaikan dengan
pertumbuhan ikan bandeng. Saat ikan bandeng berumur 2 bulan ketinggian air harus ditambah menjadi 30 cm. Tahap keempat, ikan
bandeng berumur 3 bulan biasanya mulai pemberian pakan trembel apung. Ikan bandeng akan naik ke permukaan air untuk memakan
trembel apung. Jika ketinggian air tambak tidak sesuai dengan ukuran ikan maka ekor ikan dapat merusak tanah dan air menjadi
keruh. Umumnya, ikan bandeng berumur 3 bulan berbobot 100
gr ekor
atau sekitar 10
ekor kg
dan ketinggian air yang sesuai adalah 40 cm. Tahap terakhir petani harus selalu memantau perkembangan ikan
bandeng. Ikan bandeng berumur 4 bulan berbobot 150
gr ekor
atau sekitar 7
ekor kg
dan ketinggian air yang sesuai adalah 50 cm. Ketinggian air ternyata tidak tetap, sebab hujan dan panas matahari
47
bisa mengakibatkan ketinggian air bertambah atau berkurang. Misalnya, pada saat musim kemarau, cuaca sangat panas sehingga
air tambak berkurang. Mengatasi hal tersebut maka petani harus melalukan pengisian air tambak, tetapi biasanya penambahan air
hanya 2 cm sampai 3 cm. f.
Penebaran benih atau nener Benih ikan bandeng atau nener biasa didapatkan dari para
pedagang nener. Harga nener sekitar Rp15,00
ekor
sampai Rp20,00
ekor
tergantung jumlah nener dipasaran, jika jumlah nener dipasaran sedikit maka harga nener mencapai Rp20,00
ekor
. Cara memperkirakan jumlah benih ikan bandeng atau nener yang ditebar
sesuai dengan kapasitas tambak yang dikelola yaitu 10.000
nener Ha
. Proses penebaran yaitu nener ditaruh di tambak kecil atau ipukan
terlebih dahulu sebelum ditebar di tambak besar. Setelah nener didalam ipukan berumur 36 hari baru dipindah di tambak yang besar
atau tambak budidaya. Setelah 36 hari kemungkinan jumlah nener yang masih hidup yaitu sekitar 6.000 nener dari jumlah sebelumnya
yaitu 10.000 nener. g.
Pemberian pakan Jenis pakan ikan bandeng yang digunakan petani di daerah
Juwana ialah trembel apung dan trembel tenggelam. Perbedaan trembel tenggelam dan trembel apung terletak pada penggunaannya.
Keunggulan trembel apung yaitu petani dapat mengontrol pemberian pakan karena sifat trembel yang mengapung sehingga saat ikan
sudah kenyang dan tidak mau makan maka petani dapat menghentikan pemberian pakan, serta butiran trembel apung tidak
mudah hancur saat terendam air. Butiran trembel tenggelam mudah hancur saat terendam air sehingga pemberian pakan berupa trembel
tenggelam yang tepat adalah saat ikan bandeng berumur 1 bulan sampai 3 bulan karena ikan tergolong masih bayi. Setelah umur 3
bulan pemberian pakan berupa trembel apung. Hal ini dikarenakan
48
saat ukuran ikan bandeng mulai besar atau sekitar berumur 3 bulan keatas, pemberian pakan trembel tenggelam akan membuat tanah
mudah rusak. Harga trembel yaitu Rp250.000,00
karung
, bedanya trembel apung berisi 30
kg karung
sedangkan trembel tenggelam 50
kg karung
sehingga harga trembel apung lebih mahal dibandingkan trembel tenggelam.
Pemberian pakan ikan bandeng dimulai saat ikan berumur sekitar 1 bulan sampai 2 bulan atau menyesuaikan pertumbuhan ikan
bandeng. Setiap pertumbuhan ikan berarti ada perbedaan jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan untuk 6.000 nener berumur
1 – 2 bulan yaitu sekitar 2
kg hari,
nener berumur 2 – 3 bulan yaitu
sekitar 3
kg hari
, nener berumur 3 – 4 bulan yaitu sekitar 5
kg hari
, Setelah ikan bandeng berumur 4 bulan keatas pemberian pakan
sekitar 10
kg hari
. h.
Panen ikan bandeng Ikan bandeng siap dipanen minimal berumur 4 bulan, tetapi
tidak menutup kemungkinan ikan bandeng dipanen saat berumur kurang dari 4 bulan karena terjadinya gagal panen. Umumnya, ikan
bandeng beumur 4 bulan mencapai 6
ekor kg
atau tergantung dari pertumbuhan ikan bandeng. Ukuran ikan bandeng 6
ekor kg
sampai 7
ekor kg
adalah ukuran yang laris dipasaran. Jika terjadi gagal panen pada ikan bandeng yang berumur sekitar 3 bulan biasanya hanya
mencapai 10
ekor kg
, Hasil panen dapat diprediksi dengan cara melihat ukuran ikan
yang akan dipanen. Jumlah hasil panen yaitu jumlah ekor nener yang ditebar setelah melalui proses ngipuk
jumlah ekor ikan perkg yang akan dipanen. Misal jumlah ikan yang ditebar yaitu 9.000 nener
yang sudah melalui proses ngipuk, kemudian dipanen saat ukuran ikan mencapai 6
ekor kg
, maka hasil panen akan mencapai sekitar 1,5 ton.
49
Ikan bandeng dapat dipanen dengan cara dijaring dan dibedah. Sistem panen dibedah yaitu air tambak dibuang melalui
saluran air. Pembuangan air saat panen tergantung ketinggian air sungai. Meskipun posisi tambak lebih tinggi dari sungai, tetapi jika
air sungai sedang meluap maka petani menyiasati hal tersebut dengan menggunakan pompa air. Waktu dan bahan bakar yang
digunakan selama mempompa tergantung ketinggian air tambak saat akan dipanen. Jika ikan bandeng dipanen saat ukuran ikan mencapai
6
ekor kg
artinya ketinggian air tambak mencapai 50 cm. Air tersebut dipompa sampai air tambak habis kemudian ikan akan berkumpul di
jagalan dan diangkat ke benteng tambak lalu dipindahkan ke krondo. Alat yang digunakan untuk panen ikan bandeng dengan sistem bedah
yaitu pompa air, seser dan krondo. Sistem panen kedua yaitu di jaring. Alat yang digunakan untuk panen ikan bandeng dengan
sistem jaring yaitu jaring selebar ukuran tambak, seser, dan krondo. Jaring selebar ukuran tambak akan digerakan dari ujung tambang ke
ujung tambak yang lain. Harga sewa jaring yaitu Rp300.000,00 untuk sekali panen. Saat jaring telah dipenuhi ikan bandeng, jaring
akan diangkat ke benteng tambak dan dipindahkan ke krondo. Proses menjaring dilakukan berkali-kali hingga semua ikan bandeng di
dalam tambak telah terjaring. Kelebihan dari sistem panen dijaring yaitu air tambak dapat digunakan untuk budidaya selanjutnya, waktu
yang diperlukan lebih singkat sebab tidak perlu melakukan pengeringan tambak.
Selain petani tambak, pihak-pihak yang dilibatkan dalam proses panen yaitu tukang jaring dan “pocokan”. Pocokan yaitu
orang yang bertugas mengangkut ikan bandeng dari tambak ke pasar. Kendaraan yang biasa digunakan para kuli adalah motor dan sepeda.
Jumlah kuli yang dibutuhkan petani tergantung dari perkiraan jumlah ikan yang akan dipanen. Jika petani memperkirakan memanen 10 ton
ikan badeng maka jumlah kuli yang dibutuhkan yaitu 10 orang.
50
Setiap kuli akan membawa 2 krondo yang masing-masing dapat memuat 50 kg ikan bandeng, jadi setiap kuli akan membawa sekitar
100 kg
ikan bandeng.
Gaji kuli
atau pocokan
yaitu Rp100.000,00
orang
, namun sesuai dengan tradisi di daerah Juwana kuli akan mendapat tambahan berupa “lawuhan” atau ikan hasil
panen dari petani. Jumlah lawuhan yang didapat tergantung ukuran ikan bandeng yang dipanen. Jika ukuran ikan bandeng yang dipanen
sekitar 6
ekor kg
maka masing-masing kuli akan mendapat 10 ekor sampai 15 ekor. Selain kuli, tukang jaring juga mendapat lawuhan
dari petani. Jumlah lawuhan yang didapat tukang jaring lebih banyak dari kuli yaitu 15 ekor sampai 20 ekor sebab tukang jaring tidak
mendapat gaji dari petani. Petani tidak menggaji kuli sebab gaji kuli ditanggung oleh pemilik jaring sehingga petani cukup membayar
sewa jaring. Biaya sewa jaring yaitu Rp300.000,00 untuk sekali panen.
i. Memaksimalkan hasil panen atau keuntungan
Para petani tambak di daerah Juwana mengaku jarang mengalami gagal panen. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan
petani tambak mengalami gagal panen yaitu jumlah nener yang ditebar tidak sesuai dengan kapasitas tambak, banjir dan kemarau
panjang yang mengakibatkan kadar garam dalam air terlalu tinggi. Jika jumlah nener yang ditebar terlalu banyak maka air tambak akan
cepat rusak sehingga perkembangan ikan bandeng tidak maksimal bahkan bisa mati. Jika gagal panen disebabkan karena banjir maka
petani mengalami kerugian yang cukup besar, sebab petani kehilangan biaya pembelian nener, pupuk, pakan, solar, tenaga dan
waktu. Jika gagal panen disebabkan karena kemarau panjang maka petani masih dapat menjual ikan bandeng untuk mengembalikan
modal budidaya meskipun ukuran ikan masih terlalu kecil. Usaha yang dilakukan petani untuk mencegah terjadinya gagal panen yaitu
memantau kadar garam dalam air dan perkembangan ikan saat
51
kemarau panjang, jika kadar garam dalam air terlalu tinggi maka petani dapat menambah air tambak. Namun hal tersebut tergantung
apakah masih ada air sungai yang dapat dialirkan ke tambak. Beberapa usaha yang dilakukan petani tambak untuk
memaksimalkan hasil panen atau keuntungan yaitu; pertama menyewa tambak minimal 2 tahun, sebab jika budiaya ikan bandeng
pada tahun pertama tidak mendapat untung maka dapat memaksimalkan hasil panen pada tahun kedua. Selain itu, jika petani
hanya menyewa 1 tahun maka petani akan dirugikan oleh biaya pemasangan pintu air, pembuatan gubuk, pengeringan tambak dan
sebagainya. Kedua, petani tambak tidak hanya budidaya ikan bandeng namun juga budidaya udang. Terkadang petani membagi
lahan untuk budidaya ikan bandeng dan budidaya udang, namun ada juga petani yang membudidaya udang setelah budidaya ikan
bandengnya telah mengalami kerugiaan atau gagal panen. Jenis udang yang dibudidayakan oleh para petani tambak di daerah
Juwana ialah udang windu dan udang paname. j.
Memanfaatkan keuntungan Para petani menfaatkan sebagian besar keuntungan hasil
budidaya untuk kebutuhan makan sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Jika kebutuhan rumah tangga telah tercukupi maka
petani menyisihkan uang untuk menyewa tambak dan membeli kebutuhan tambak. Petani tidak melakukan manajemen keuangan
dan pembukuan untuk mengelola keuntungannya.
2. Penjualan ikan bandeng