Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Free Faty Acid FFA pada

Dari Tabel 4.7. di atas terlihat bahwa kelima pedagang gorengan kaki lima seluruhnya menggunakan minyak goreng jenis curah yang baru dan digunakan mulai dari awal menggoreng hingga minyak tersebut habis atau sisa sedikit dan digunakan untuk menggoreng sampai sore hari. Lokasi tempat berjualan kelima pedagang gorengan juga berada di pinggir jalan, ruangan terbuka yang bisa terkontaminasi debu, polusi sisa pembakaran kendaraan bermotor, kotoran lainnya yang tersapu oleh angin. Dan minyak goreng jenis curah yang dipakai pedagang gorengan seluruhnya terlihat minyak tampak berbusa, banyak asap, kental viskositas tinggi.

4.4 Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Free Faty Acid FFA pada

Minyak Goreng Jenis Curah Sebelum dan Sesudah Digunakan Pemeriksaan Kadar Asam Lemak BebasFree Faty Acid FFA pada minyak goreng jenis curah yang digunakan pedagang gorengan kaki lima, di mana sampel minyak goreng yang di uji adalah minyak goreng jenis curah sebelum digunakan dan minyak goreng curah yang telah digunakan sebanyak 3 x menggoreng dan 6 x menggoreng. Pemeriksaan ini dilakukan di Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Balai Laboratorium Kesehatan Medan dengan menggunakan metode Asidi- Alkalimetri Asam-Basa. Dibawah ini diperoleh hasil pemeriksaan kadar Asam Lemak BebasFree Faty Acid FFA pada minyak goreng jenis curah dengan menggunakan metode Asidi-Alkalimetri Asam-Basa. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kadar Asam Lemak Bebas Free Faty Acid FFA Pada Minyak Goreng Jenis Curah Berdasarkan Waktu Pemakaiannya No Sampel Minyak Goreng Jenis Curah Berat Sampel Minyak Curah gram Volume Titrasi ml Kadar Free Faty Acid FFA Kadar FFA Menurut SNI 3741- 1995 1 1. Minyak curah yang belum dipakai 1A. Minyak 3 x Menggoreng 1B. Minyak 6 x Menggoreng 5,0987 5,0215 5,0634 0,65 1,0 1,45 0,35 0,56 0,8 0,3 0,3 0,3 2 2. Minyak curah yang belum dipakai 2 A. Minyak 3 x Menggoreng 2 B. Minyak 6 x Menggoreng 5,0215 5,0892 5,0508 0,80 1,75 2,75 0,45 0,96 1,53 0,3 0,3 0,3 3 3. Minyak curah yang belum dipakai 3 A. Minyak 3 x Menggoreng 3 B. Minyak 6 x Menggoreng 5,0977 5,0115 5,0255 0,70 1,05 1,70 0,38 0,59 0,95 0,3 0,3 0,3 4 4. Minyak curah yang belum dipakai 4 A. Minyak 3 x Menggoreng 4 B. Minyak 6 x Menggoreng 5,0988 5,0675 5,0259 0,55 0,85 1,35 0,3 0,47 0,75 0,3 0,3 0,3 5 5. Minyak curah yang belum dipakai 5 A. Minyak 3 x Menggoreng 5 B. Minyak 6 x menggoreng 5,0145 5,0985 5,0258 0,75 1,60 2,60 0,42 0,88 1,45 0,3 0,3 0,3 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Grafik Batang Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Curah Berdasarkan Tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kadar Asam Lemak BebasFree Faty Acid FFA dari minyak yang belum digunakan hingga minyak yang digunakan sampai 6x. Pemeriksaan ini menggunakan titrasi N a OH 0,1 N yang menunjukkan terjadinya perubahan warna menjadi merah jambu yang tidak hilang selama 30 detik. Secara keseluruhan dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata seluruh sampel penelitian mulai dari 3x menggoreng sampai 6x menggoreng kadar asam lemak bebas sudah melebihi standar mutu minyak goreng sesuai dengan SNI 3741-1995 maksimal 0,3 sedangkan pada minyak goreng jenis curah yang belum pernah dipakai kadar asam lemak bebas pada empat pedagang kaki lima sudah 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 Pedagang 1 Pedagang 2 Pedagang 3 Pedagang 4 Pedagang 5 Minyak Curah Belum dipakai Minyak 3x Menggoreng Minyak 6x Menggoreng Universitas Sumatera Utara melebihi standar mutu minyak goreng sesuai dengan SNI 3741-1995 maksimal 0,3. Hanya satu pedagang yang didapatkan kadar asam lemak bebasnya masih memenuhi syarat SNI 3741-1995 yaitu 0,3. Kadar Asam Lemak BebasFree Faty Acid FFA pada minyak goreng jenis curah yang belum pernah dipakai dengan kadar terendah pada sampel 4 sebesar 0,3 sedangkan tertinggi pada sampel 2 sebesar 0,45. Kadar Asam Lemak BebasFree Faty Acid FFA pada minyak goreng setelah 3x menggoreng dengan kadar terendah pada sampel 4 sebesar 0,47 dan kadar tertinggi pada sampel 2 sebesar 0,96. Kadar Asam Lemak BebasFree Faty Acid FFA pada minyak goreng setelah 6x menggoreng dengan kadar terendah pada sampel 4 sebesar 0,75 dan kadar tertinggi pada sampel 2 sebesar 1,53. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Pedagang Gorenagn Kaki Lima di Kelurahan Padang Bulan

5.1.1. Jenis Kelamin

Setelah dilakukan wawancara melalui lembar kuesioner pada kelima pedagang gorengan kaki lima di Kelurahan Padang Bulan Medan 2012 semua jenis kelamin pedagang gorengan kaki lima adalah perempuan. Kelima pedagang kaki lima adalah ibu rumah tangga yang mencari tambahan penghasilan selain dari penghasilan suaminya. Hal ini dikarenakan perempuan lebih sabar, lebih bijak dan lebih telaten bila dibandingkan dengan laki-laki dalam menggoreng. Hal ini sesuai dengan penelitian Silaen 2012 yang menemukan bahwa pembuat susu kedelai yang paling banyak adalah perempuan, hal ini disebabkan karena perempuan lebih baik dalam hal melaksanakan hygiene sanitasi daripada laki-laki, begitu juga dengan penjual gorengan kaki lima. 5.1.2. Umur Setelah dilakukan wawancara melalui lembar kuesioner pada kelima pedagang gorengan kaki lima di Kelurahan Padang Bulan Medan 2012 diperoleh bahwa umur paling muda adalah 30 tahun dan umur paling tua adalah 45 tahun. Faktor umur tidak dapat mempengaruhi kualitas minyak goreng yang digunakan karena usia pedagang yang lebih tua maupun yang lebih muda umumnya tidak memperhatikan berapa kali minyak itu sudah digunakan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, umur pedagang kaki lima tidak mempengaruhi penggunaan minyak berulang, karena pedagang Universitas Sumatera Utara