aktivitas dimana guru dan siswa dapat saling berinteraksi. Selama proses pembelajaran, terjadi komunikasi dua arah, antara guru dengan siswanya. Dengan
melibatkan siswa dalam pembelajaran, diharapkan dapat menjadikan mereka aktif sehingga terciptalah suasana pembelajaran yang kondusif.
2.2. Teori Belajar
Psikologi belajar atau disebut pola teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual mental peserta didik. Suherman,dkk
2003: 27, mengemukakan bahwa teori belajar terdiri atas dua hal, yaitu: a uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual
peserta didik, dan b uraian tentang kegiatan intelektual peserta didik mengenai hal-hal yang
dapat dipikirkan pada usia tertentu. Ada beberapa teori belajar yang menjadi dasar penelitian ini. Teori-teori tersebut
antara lain sebagai berikut.
2.2.1. Teori Belajar Vigotsky
Menurut Anni, dkk 2007: 53 teori ini berpandangan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan budaya. Vigotsky mengemukakan
beberapa ide mengenai zone of proximal developmental ZPD. Zone of proximal developmental ZPD
adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak
yeng lebih mampu. ZPD menunjukkan adanya pengaruh aspek sosial terhadap kemampuan
kognitif anak. Menurut Vigotsky sebagaimana dikutip oleh Slavin 2005: 37,
pengaruh kegiatan kolaboratif pada pembelajaran terbentuk secara kolektif di dalam hubungan antara anak-anak dan kemudian menjadi fungsi mental bagi
masing-masing individu dan pemikiran muncul dari argumen. Selain itu juga ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya. Kualitas
berpikir siswa dibangun di dalam ruangan kelas, sedangkan aktivitas siswanya dikembangkan dalam bentuk kerja sama antara pelajar lainnya yang lebih mampu
di bawah bimbingan orang dewasa yang dalam hal ini guru Isjoni, 2012: 56-57. Hubungan pendekatan teori vigotsky dengan penelitian ini adalah bahwa
dalam pembelajaran yang dilakukan diperkenankan siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain melalui kelompok dan menumbuhkan keaktifan siswa di dalam
kelas melalui pembelajaran yang diterapkan disamping dengan adanya pemberian tugas yang sulit mendorong siswa untuk mengasah keingintahuan mereka
sehingga mereka mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang baik.
2.2.2. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Rifa ’i Anni 2011: 138, teori konstruktivisme memfokuskan
pada siswa mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pemikiran itu, teori konstruktivisme menetapkan
empat asumsi tentang belajar sebagai berikut Rifa ’i Anni, 2011: 138:
a. Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh siswa yang terlibat dalam
belajar aktif. b.
Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh siswa yang membuat representasi atas keinginannya sendiri.
c. Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh siswa yang menyampaikan
maknanya kepada orang lain. d.
Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh siswa yang mencoba menjelaskan objek yang tidak benar-benar dipahaminya.
Teori kostruktivisme dalam penelitian ini berkaitan erat ketika siswa membangun pengetahuannya sendiri dengan cara terlibat aktif dalam
memecahkan masalah bersama kelompoknya kemudian menyampaikan hasil temuannya kepada orang lain. Guru disini berperan sebagai pembimbing kegiatan
siswa dan penentu arah belajar siswa. Hal ini terlihat pada model Problem Based Learning, dimana guru
memberikan masalah kontekstual kepada siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dalam menyelesaikan masalah kemudian menyusun penyelesaian
dengan metode mind map pada LKS. Teori konstruktivisme ini berhubungan pula dengan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berpikir kreatif siswa dapat terlihat
dari bagaimana mereka membangun pengetahuannya sendiri. Dalam membangun pengetahuannya, siswa mengkreasikan alur berpikir mereka untuk dapat
menyelesaikan masalah. Hands on activity juga berhubungan dengan teori konstruktivisme karena berkaitan dengan pengetahuan secara simbolik yang
dijelaskan pada teori ini.
2.2.3. Teori Belajar Piaget