Struktur Kristal Selulosa Alomorf dan Ukuran Kristal dari Bambu Setelah Pra-perlakuan

lignin pada bilangan gelombang 1512 cm -1 gugus aromatik skeletal dalam lignin terhadap puncak karbohidrat yaitu pada bilangan gelombang 1736 C=O dalam xylan, 1373 deformasi C-H dalam selulosa dan hemiselulosa, 1165 vibrasi C-O-C dalam selulosa dan hemiselulosa, 897 cm -1 deformasi C-H atau regangan C-O- C pada ikatan β glikosida sebagai karakteristik selulosa dihitung dari tinggi puncak dan luas daerahnya Pandey dan Pitman 2003. Gambar 3.4 Spektra FTIR pada bambu setelah pra-perlakuan gelombang mikro pada 1 1736 cm -1 , 2 1512 cm -1 , 3 1373 cm -1 , 4 1165 cm -1 ,5 897 cm -1 . 330 W 770 W 550 W Nisbah ligninkarbohidrat I 1512 I 1736 kecuali pada iradiasi 7.5 menit cenderung meningkat pada semua daya gelombang mikro. Sedangkan untuk nisbah lain menunjukkan kecenderungan peningkatan hanya sampai iradiasi 7.5 menit, setelah itu cenderung menurun. Peningkatan nisbah ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kemampuan mendegradasi lignin secara selektif. Pada waktu iradiasi yang sama, peningkatan daya cenderung menurunkan nisbah ini sebagai indikasi penurunan tingkat selektifitasnya. Meningkatnya nisbah ini sebagai indikasi lebih tingginya tingkat degradasi hemiselulosa dan selulosa. Pada daya 770 W, umumnya tingkat selektifitas meningkat sampai iradiasi 7.5 menit, perpanjangan waktu iradiasi menurunkan selektifitasnya. Kehilangan gugus fungsional pada bilangan gelombang 1736 cm -1 pada daya 770 W selama 12.5 menit menyebabkan nisbah ligninkarbohidrat tidak bisa dihitung. Tabel 3.4. Pola degradasi bambu setelah pra-perlakuan gelombang mikro pada berbagai kondisi daya dan waktu iradiasi Pra-perlakuan Gelombang mikro Intensitas relatif vibrasi gugus aromatik I 1512 terhadap jenis pita karbohidrat Daya W Iradiasi menit I 1512 I 1736 I 1512 I 1373 I 1512 I 1165 I 1512 I 897 1.041.06 1.021.06 0.980.95 1.281.29 330 5 1.020.89 0.920.57 0.850.39 1.190.59 7.5 1.000.60 0.980.60 0.940.43 1.243.00 10 1.070.60 0.910.60 0.840.38 1.033.00 12.5 1.141.28 0.810.88 0.670.48 1.250.98 550 5 1.150.91 0.850.71 0.830.40 1.220.86 7.5 1.040.50 0.960.50 0.930.38 1.133.00 10 1.050.50 0.950.50 0.870.38 1.113.00 12.5 1.250.90 0.780.71 0.630.40 1.250.72 770 5 1.081.13 0.860.87 0.670.18 1.230.82 7.5 1.020.50 0.960.50 0.920.40 1.191.50 10 1.061.00 0.941.00 0.890.78 1.133.50 12.5 -- 0.880.79 0.700.44 1.120.63 Intensitas relatif dihitung menggunakan tinggi puncak diluar tanda kurung dan luas dalam tanda kurung

3.3.6 Indeks Kristalinitas Bahan dan LOI

Perubahan indeks kristalinitas bahan dan LOI selama pra-perlakuan gelombang mikro ditunjukkan dalam Tabel 3.5. Perubahan selulosa setelah pra-perlakuan dapat evaluasi dengan perubahan indeks kristalinitas bahan dimana secara alami, rantai selulosa terdiri dari daerah kristalin teratur dan daerah amorf kurang teratur. CI mendiskripsikan jumlah relatif porsi daerah kristalin dibandingkan dengan porsi daerah amorf. Indeks ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi hidrolisis enzimatis Lu dan Zhou 2011; Rezanka dan Sigler 2008. Untuk memperbaiki proses konversi polimer selulosa menjadi gula pereduksi maka struktur kristalin selulosa perlu dibuka. Pemanasan gelombang mikro dapat membantu untuk merusak