Karakteristik Morfologi Bambu Hasil dan Pembahasan .1 Perubahan Komponen Kimia
Tabel 2.2 Struktur kristal selulosa alomorf dari bambu setelah pra-perlakuan biologis
Inokulum Inkubasi
hari Struktur kristal alomorf
Jenis kristal
alomorf d 101 nm
d 10-1 nm Z
45 0.566041
0.534862 -73.13
I
β
5 15
0.588426 0.522358
-23.96 I
β
30 0.615201
0.521747 21.92
Iα 45
0.615201 0.546641
-0.53 I
β
10 15
0.588426 0.566041
-63.36 I
β
30 0.616903
0.520533 25.89
Iα 45
0.602733 0.535504
-11.59 I
β
Selulosa monoklinik I
β
secara termodinamika lebih stabil dibandingkan dengan triklinik I
α
, karena tidak hanya padat, tetapi cenderung menjadi produk akhir dalam pemanasan dari semua selulosa Sassi et al. 2000. Struktur monoklinik
dari selulosa berubah menjadi struktur triklinik pada pra-perlakuan jamur selama 30 hari. Penentuan Z-diskriminan dilakukan berbasis pada bidang 101 and 10-
1 dari sampel bambu. Struktur triklinik diharapkan beprengaruh lebih baik terhadap kinerja hidrolisis karena fase I
α
lebih mudah terdegradasi daripada I
β
Wada dan Okano 2001. Selulosa I
α
bersifat meta-stabil dan lebih reaktif daripada I
β
O’Sullivan 1997. Selain itu, selulase Tricoderma viride lebih memilih mendegradasi selulosa
Iα dibandingkan selulosa I
β
dan dengan bertambahnya waktu, mikro kristalin yang tertinggal menjadi kaya I
β
Hayashi et al
.1998a,b. Selulosa fase Iα memiliki reaktivitas yang lebih tinggi daripada fase I
β
Sassi et al. 2000 dan fase ini lebih banyak pada permukaan mikro kristal Hayashi et al. 1998a,b.
Gambar 2.4 Spektra FTIR pada bilangan gelombang 750-760 cm
-1
vibrasi CH
2
dalam selulosa I
α
dan 710 cm
-1
vibrasi CH
2
dalam selulosa I
β
Puncak pada bilangan gelombang sekitar 750-760 cm
-1
dan 710 cm
-1
diidentifikasi sebagai vibrasi CH
2
dalam selulosa I
α
dan selulosa I
β
. Seperti tampak pada Gambar 2.4, tidak ada puncak pada bilangan gelombang 750-760
cm
-1
dan 710 cm
-1
. Perubahan sruktur kristal selulosa alomorf hanya tampak berdasarkan analisis XRD, tetapi tidak tampak pada analisis FTIR.