terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru Hurlock, 1980 dikutip Desiyani, 2003. Periode ini merupakan suatu tahapan kehidupan
yang unik. Pada tahap ini mahasiswa belum dapat dikatakan dewasa, namun juga bukan remaja lagi. Seorang mahasiswa mulai menghadapi harapan-harapan baik
dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya, dan juga harus mulai mempersiapkan diri dalam hal pemilihan karir yang akan mempengaruhi gaya
hidup dan interaksi sosialnya. Berdasarkan definisi diatas, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah
sebutan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-
pelajaran di Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah orang yang sedang menjalankan studi di Perguruan Tinggi
Institut Pertanian Bogor, tahun ajaran 20072008 yaitu mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama TPB.
2.1.2 Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti
“menggerakkan”. Menurut Cropley 1985 dikutip Suciati dan Prasetya 2006, motivasi merupakan “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”.
Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu agar tujuannya dapat tercapai, sebagaimana Sardiman 2006
menuturkan bahwa, motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan ditulis kembali oleh Sardiman 2006, manusia hidup dengan memiliki berbagai
kebutuhan, yaitu: kebutuhan untuk berbuat suatu aktivitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk
mengatasi kesulitan. Menurut Carlita 2006, dengan adanya motivasi, manusia secara sadar atau tidak sadar, mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan
tertentu. Meskipun motivasi secara umum terkait dengan upaya ke arah sasaran apa saja, namun dalam penelitian ini, sasaran akan dipersempit pada tujuan
kegiatan belajar. Menurut jenisnya, motivasi dibedakan atas dua bentuk Winkel, 1991
dikutip Dewi, 1999: 1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi
aktivitas itu sendiri. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal, seperti minat dan rasa ingin tahu. Siswa yang termotivasi secara intrinsik
memperoleh kepuasan dari kegiatan yang dilakukannya. Partisipasi dalam suatu tugas merupakan reward tersendiri baginya. Siswa dengan motivasi
intrinsik yang tinggi tidak membutuhkan reward dari luar sendiri. 2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi
alasan tertentu. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti reward, pujian, dan penghindaran diri dari hukuman. Siswa yang termotivasi
secara ekstrinsik melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam tugas tersebut akan mendatangkan hasil yang diharapkan. Walaupun
demikian, motivasi ektrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar siswa, sebab motivasi selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati
oleh individu itu sendiri, walaupun orang lain mungkin memegang peranan penting dalam menimbulkan motivasi tersebut.
Pintrich dan Schunk 1996 dikutip Dewi 1999, menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu
dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini disebabkan karena siswa yang termotivasi secara intrinsik biasanya selalu berusaha untuk
meningkatkan belajar mereka. Mereka memperhatikan informasi-informasi baru, mengorganisasikan pengetahuan, dan menghubungkannya dengan pengetahuan
yang telah mereka ketahui, lalu mengaplikasikan keahlian dan pengetahuan tersebut ke dalam konteks yang berbeda. Walaupun demikian, bukan berarti
motivasi ekstrinsik tidak penting. Kedua bentuk motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar siswa. Siswa cenderung termotivasi secara intrinsik dan
ekstrinsik. Siswa mengharapkan kepuasan dari apa yang telah dilakukan, namun mereka juga membutuhkan pengakuan atau reward dari luar atas prestasi yang
telah mereka hasilkan Cole dan Chan, 1987 dikutip Dewi, 1999. Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar,
seperti yang diungkapkan Bloom 1985, “Motivation is an essential condition of learning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Motivasi
menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Menurut Auliyawati 2005 motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.
Pengertian belajar menurut Baharuddin dan Esa 2007, merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya
melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan. Menurut Hilgrad dan Bower dikutip Baharuddin dan Esa 2007, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan atau menemukan informasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksinya dengan lingkungan Hamalik, 2005.
Pengertian ini menekankan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar, dan melalui
pengalaman-pengalaman itulah diharapakan adanya perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya
aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu Fudyartanto, 2002 dikutip Baharuddin dan Esa, 2007.
Berdasarkan pengertian tentang motivasi dan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu
dapat tercapai. Menurut Ginting 2003, orang yang bermotivasi adalah orang yang mempunyai kecenderungan dalam dirinya untuk berupaya mencapai tujuan
guna memuaskan kebutuhannya. Dia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi, jadi motivasi belajar seseorang menentukan besarnya upaya belajar yang
dilakukan. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar Sardiman, 2006.
Prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran menurut Keller 1983 dikutip Suciati 2006, disebut sebagai model ARCS, yaitu
Attention perhatian; Relevance relevansi; Confidence percaya diri; dan Satisfaction kepuasan.
1. Perhatian Perhatian mahasiswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa
ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga mahasiswa akan memberikan perhatian.
2. Relevansi Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi perkuliahan dengan
kebutuhan dan kondisi mahasiswa. Motivasi mahasiswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi
atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi basic needs dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu:
1 nilai motif pribadi personal motive value, menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu: a kebutuhan untuk berprestasi needs for
achievement, b kebutuhan untuk memiliki kuasa needs for power, dan c kebutuhan untuk berafiliasi needs fo affiliation.
2 nilai yang bersifat instrumental, keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
3 nilai kultural, tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang.
3. Percaya diri Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat
berinterkasi secara positif dengan lingkungan. Bandura 1977 dikutip Suciati 2006 mengembangkan konsep self-efficacy, konsep tersebut berhubungan
dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
4. Kepuasan Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan
mahasiswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi
yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar mahasiswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat
menggunakan pemberian penguatan reinforcement berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip seperti perhatian, relevansi dan percaya diri adalah prinsip pembelajaran untuk
membangkitkan motivasi intrinsik mahasiswa, karena motivasi intrinsik merupakan motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri.
Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal. Perhatian dikatakan dapat membangkitkan motivasi intrinsik sebab perhatian muncul karena adanya
dorongan rasa ingin tahu dalam diri seseorang. Dorongan inilah yang dikatakan sebagai motif. Motif ingin tahu yaitu dorongan yang ada dalam diri mahasiswa
yang disebabkan karena adanya rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa tentang suatu hal mengenai pelajaran yang tidak ia ketahui sebelumnya, sehingga
mahasiswa tersebut berkeinginan untuk memperhatikan pelajaran agar rasa ingin tahu mahasiswa tersebut dapat terpenuhi.
Relevansi juga dapat membangkitkan motivasi intrinsik, karena seseorang akan termotivasi untuk belajar karena adanya relevansi antara materi perkuliahan
dengan kebutuhan atau keadaan mahasiswa saat ini. Adanya relevansi inilah yang menyebabkan mahasiswa termotivasi untuk belajar, yang disebut juga sebagai
motif relevansi. Motif relevansi adalah dorongan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara mendapatkan relevansi antara materi pelajaran dengan
apa yang dibutuhkannya atau keadaannya saat ini, sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar.
Rasa percaya diri yang dimiliki mahasiswa juga dapat membangkitkan motivasi intrinsik yang ada dalam diri mahasiswa, karena rasa percaya diri
tumbuh dalam diri seseorang karena merasa diri kompeten atau mampu melakukan sesuatu, disebut juga motif percaya diri. Motif percaya diri yaitu
dorongan dalam diri mahasiswa untuk memiliki keyakinan dalam dirinya karena merasa mampu melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Kepuasan bisa membangkitkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi alasan tertentu.
Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti reward, pujian, dan penghindaran diri dari hukuman. Mahasiswa yang termotivasi secara ekstrinsik
melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam tugas tersebut akan mendatangkan hasil yang diharapkan yang akan berujung pada kepuasan.
Kepuasan untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar mahasiswa. Untuk meningkatkan
dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat menggunakan pemberian penguatan reinforcement berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain
sebagainya. Motif kepuasan, yaitu dorongan yang dimiliki oleh mahasiswa untuk memperoleh kepuasan atas hasil belajarnya.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar