BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang. Sampai satu dasawarsa terakhir pengujung abad ke-20,
dunia pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Menurut Syafaruddin 2002, fenomena ini ditandai dari rendahnya
mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih berorientasi proyek. Contohnya pada tahun 2004 diberlakukan Kurikulum
Berbasis Kompetensi KBK. Kurikulum ini dianggap sebagai sebuah proyek Chan dan Tuti, 2006. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan
masyarakat. Bahkan Sumberdaya Manusia SDM yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan. Menurut
Yulianti 2007, kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha perlu terus dikembangkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan untuk pemenuhan
kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil. Pendidikan seharusnya relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Menurut Syah 2006, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, informal, dan nonformal.
Pendidikan formal ditempuh melalui pendidikan di sekolah seperti SDsederajat, SMPsederajat, SMAsederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal
biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan nonformal dapat diperoleh melalui kursus, pelatihan dan seminar.
Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur
dan moral yang baik. Pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM, baik fisik, mental maupun spiritual. Untuk
menciptakan SDM yang berkualitas, kuncinya adalah pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi IPTEK, serta tuntutan perkembangan pembangunan.
Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau
inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian Dewi 1999 diketahui bahwa inteligensi memberikan sumbangan yang
signifikan terhadap prestasi belajar, selain itu motivasi berprestasi juga memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar.
Menurut Dewi 1999, motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses belajar. Motivasi belajar adalah daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain faktor internal dan
faktor eksternal Suryabrata, 2005. Faktor internal antara lain usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal terbagi menjadi dua
yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Faktor lingkungan sosial yang dimaksud disini meliputi kondisi, keadaan
dan interaksi manusia Zastrow dan Ashman, 1987. Manusia merupakan makhluk sosial, bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain.
Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, dalam
kehidupan semacam ini terjadi interaksi. Kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi.
Menurut Sardiman 2004, dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran, dengan kata lain disebut interaksi belajar mengajar.
Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak,
dengan warga belajar yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Interaksi antara pengajar dan warga belajar, diharapkan merupakan proses
motivasi, karena hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Menurut Sardiman 2006, salah satu fungsi motivasi adalah sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar mahasiswa menunjukkan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar mahasiswa. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Walberg dkk 1983 dikutip Suciati dan Prasetya 2006, menyimpulkan bahwa motivasi
mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati dan Prasetya 2006 menyimpulkan bahwa kontribusi
motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland dikutip Suciati dan Prasetya 2006, menunjukkan bahwa motivasi berprestasi achievement motivation
mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Menurut Ginting 2003, salah satu hal yang berhubungan dengan motivasi
belajar di Perguruan Tinggi yaitu prestasi achievement. Prestasi yang baik harus dicapai dengan belajar yang giat. Rasa ingin berhasil dalam studi di Perguruan
Tinggi merupakan motivasi untuk belajar Ginting, 2003. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, hanya melihat hubungan antara
motivasi dengan prestasi belajar saja, tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, seperti lingkungan sosial, untuk itu, peneliti
tertarik menyoroti hubungan lingkungan sosial dan motivasi belajar kaitannya dengan pencapaian prestasi akademik mahasiswa, karena lingkungan sosial dan
motivasi belajar dianggap penting dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa.
Penelitian ini dilakukan karena relevan dengan realitas sosial yang peneliti temui. Oleh karena itu, peneliti mengambil kasus terhadap Mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama TPB tahun ajaran 20072008. Berdasarkan data Direktorat Pendidikan TPB-IPB, Indeks prestasi mahasiswa TPB secara umum mengalami
peningkatan. Namun ironisnya, pada tahun 2006 justru semakin meningkat pula persentase mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50. Pada tahun 2005,
mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50 persentasenya sebesar 1,27 persen, sedangkan pada tahun 2006 persentasenya meningkat menjadi 2,57
persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang menampilkan sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB tahun akademik 20052006 dan 20062007.
Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 20052006
Program Studi
Jalur Masuk
INDEKS PRESTASI TOTAL
MHS IP 1.50 1.50IP2.00
2.00 IP 2.76