Pengkulturan pakan kerang mutiara stadia spat

Lee et al, 1976 in Sudibyaningsih, 1983 maka didapatkan nilai Perairan Sekotong termasuk perairan yang tidak tercemar untuk kelima stasiun pengamatan hal ini didukung dengan tidak adanya daerah industri di sekitar perairan ini, dan Teluk Tawun jauh dari perlintasan kapal sehingga perairan ini cukup ideal untuk budidaya kerang mutiara.

4.4.5. COD

Nilai COD dipakai sebagai petunjuk tingkat pencemaran air limbah dari kegiatan industri Mahida, 1981. Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air Alaerts, 1987. Kelayakan COD maksimum yang diizinkan di perairan adalah kurang dari 100 ppm Dirjen Migas, 1981. Nilai COD yang juga didapat dari data sekunder PT. BGHM di stasiun-stasiun yang sama dengan penelitian ini, menunjukkan kisaran antara 1,05-4,89 ppm COD, ini artinya nilai COD di Perairan Sekotong ini cukup rendah. Nilai COD yang didapatkan menunjukan bahwa kisaran nilai berada jauh di bawah 100 ppm, yang artinya Perairan Sekotong ini tidak tercemar oleh air limbah dan zat-zat organik lainnya.

4.5. Pengkulturan pakan kerang mutiara stadia spat

Makanan utama dari kerang mutiara adalah plankton. Kerang mutiara memperoleh sumber makanan dengan cara menyaring plankton dari air laut secara alami, dan ada juga sumber makanan yang melalui bantuan manusia, dimana setiap harinya dikondisikan sama jam pemberian makan berupa plankton yang telah di kultur masal di dalam laboratorium. Tahapan pembuatan pakan kerang mutiara di dalam laboratorium, baik untuk stadia spat yang dikembangkan di dalam laboratorium dan stadia dewasa yang dikembangkan di laut lepas. Pertama-tama jenis plankton dibeli dalam ukuran tube berukuran 500 ml dengan kisaran harga Rp. 50.000,- di daerah Gondol Balai Budidaya Laut, Bali. Satu Tube bisa dipergunakan untuk 4 tahun ke depan, berdasarkan nama planktonnya antara lain: Tet Tetraselmis, Pa Paclova, SG Secoceras grasilis, SC Secoceras complex, G Isochrysis galbana, T Isochrysis tahiti, dan N Anami. Botol Tube yang telah dimiliki tadi sesampainya di dalam laboratorium dikultur masal dalam botol kultur ukuran 5 liter, lalu disimpan di ruang bibit plankton dengan suhu yang dipertahankan sekitar 20 o C lampiran 15, setelah itu dipindahkan kembali kedalam botol kultur masal berupa ember transparan berukuran 20 liter yang telah diberi label berdasarkan harian hidupnya 1 hari, 2 hari, 3 hari dan 4 hari, dimana di setiap ember transparan itu diberi aerator atau gelembung udara untuk mensuplai oksigen di tiap ember transparan. Sampai pada tipe umur 4 hari barulah layak untuk dijadikan pakan kerang mutiara stadia spat di dalam laboratorium. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara budidaya tidak hanya mengandalkan keberadaan dan ketersediaan plankton di perairan saja tetapi juga dari kultur massal di dalam laboratorium. Kelimpahan plankton berdasarkan data sekunder dari data PT. BGHM untuk daerah Sekotong, Lombok Barat berkisar antara 1,688-1,869 Indl. Kelimpahan plankton di Perairan Sekotong ini dapat dikatakan cukup seragam, walau di lain sisi memiliki kisaran kecerahan yang cukup sebagai salah satu faktor pembatas dari produksi primer tetapi dari data sekunder dapat kita ketahui bahwa perairan ini memiliki kandungan zat hara atau nutrien yang cukup karena adanya run-off dari daratan Sungai Pandanan, dan tipe substrat berpasir dan berlumpur serta adanya sedikit pecahan karang didalamnya.

4.6. Hasil penentuan kelayakan stasiun