1.55 1.6
1.65 1.7
1.75 1.8
1.85 1.9
K el
im pahan
pl an
kt on
1 2
3 4
5
Stasiun
Gambar 2. Grafik pengukuran kelimpahan plankton indl tiap stasiun pengamatan terhadap parameter biologi di Teluk Sekotong pada bulan
Oktober 2005.
Stasiun 1 juga memiliki kelimpahan yang cukup tinggi dibandingkan dengan stasiun 2 karena letaknya juga dekat dengan daratan sehingga mendapat pengaruh
run-off dari Sungai Pandanan. Stasiun 2 memiliki kelimpahan cukup rendah
dibandingkan dengan stasiun lain kemungkinan karena letaknya yang mulai jauh dari daratan dan lokasi Perairan Sekotong yang berada di daerah teluk
menyebabkan penyebaran plankton oleh arus kurang berjalan maksimal di daerah yang konstan. Distribusi kelimpahan plankton sangat dipengaruhi oleh pola arus
yang terbentuk. Arus yang berbeda antara permukaan dan dibawah permukaan laut menyebabkan penyebaran kelimpahan plankton menjadi tidak merata.
4.3. Hasil pengukuran parameter fisika
Parameter fisika yang diukur untuk menentukan kelangsungan hidup terhadap pertumbuhan kerang mutiara antara lain suhu, kedalaman dan kecerahan. Grafik
pengukuran terhadap parameter fisika dapat dilihat pada gambar 3.
5 10
15 20
25 30
N ila
i P en
g u
k u
ra n
1 2
3 4
5
Stasiun
Suhu Air oC Suhu Udara oC
Kecerahan m Kedalaman m
Gambar 3. Grafik pengukuran suhu air
o
C, suhu udara
o
C, kecerahan m dan kedalaman m tiap stasiun pengamatan terhadap parameter fisika di
Teluk Sekotong pada bulan Oktober 2005.
4.3.1. Suhu perairan
Kisaran suhu perairan pada lima stasiun pengamatan memiliki kisaran antara 26 sampai 28,5
o
C dengan suhu terendah dapat kita jumpai pada stasiun 2 sebesar 26
o
C dan tertinggi pada stasiun 5 sebesar 28,5
o
C. Suhu yang teramati masih berada dalam kisaran suhu yang normal untuk pertumbuhan terbaik kerang
mutiara dialam yaitu kisaran 26-30
o
C untuk daerah tropis karena memiliki perairan yang hangat sepanjang tahun Setyobudiandi, 1989.
4.3.2. Suhu udara
Suhu udara diperoleh dari data sekunder PT. BGHM di lokasi stasiun yang sama. Masing-masing berkisar antara 26,5–29
o
C, suhu udara tertinggi terdapat pada stasiun 5 dan suhu udara terendah ada pada stasiun 3.
Dikaitkan dengan perbedaan suhu air dengan suhu udara yang tidak terlalu berbeda jauh. Hal ini menjelaskan bahwa suhu air itu ditentukan oleh suhu udara
dan kedalaman perairan. Penelitian suhu udara menunjukan bahwa suhu mengalami kenaikan dari
stasiun 1 sampai stasiun 2 lalu mengalami penurunan di stasiun 3 dan pada akhirnya mengalami kenaikan kembali di stasiun 4 sampai stasiun 5.
4.3.3. Kecerahan
Perairan Sekotong selama pengukuran memiliki kisaran kecerahan sebesar 6- 7,5 meter dengan nilai kecerahan tertinggi ditemui pada stasiun 1 yaitu sebesar 7,5
meter. Nilai kisaran kecerahan Perairan Sekotong ini berada diatas nilai kisaran kecerahan yang layak untuk keperluan budidaya kerang mutiara, yaitu sebesar
4,5-6,5 meter Sutaman, 1993. Stasiun 2 memiliki kecerahan terendah yaitu sebesar 6 meter, hal ini disebabkan penelitian dilakukan di Teluk Perairan
Sekotong, Lombok Barat, NTB dan juga di sekitar Perairan Sekotong itu terdapat run-off
2 sungai dari daratan diantaranya Sungai Pandanan. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa di sekitar stasiun 2 lebih keruh dibandingkan dengan stasiun
lainnya, karena banyaknya sedimen dan material yang masuk dari daratan. Kecerahan mempengaruhi tingkat masuknya intensitas cahaya dalam suatu
perairan, dimana intensitas cahaya merupakan salah satu faktor pembatas kelimpahan fitoplankton. Semakin rendah kecerahan perairan tersebut, maka
semakin dangkal sinar yang menembus perairan dan sebaliknya, jika kecerahan rendah maka penetrasi cahaya rendah, rendahnya penetrasi tersebut akan
menghalangi proses fotosintesis yang berdampak produktifitas primer perairan rendah.
Harus kita ingat, suatu perairan dengan kecerahan tinggi belum tentu memiliki produktifitas primer yang tinggi jika kandungan nutrien di perairan tersebut
rendah. Dalam menentukan produktifitas dapat kita golongkan menjadi tinggi harus melihat dari beberapa aspek lainnya.
4.3.4. Tipe substrat dasar perairan
Tipe substrat yang bertempat di PT. Buana Gemilang Hamparan Mutiara Dusun Pandanan,Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok
Barat. Berada di Teluk Tawun sehingga tempat ini terlindung sekali dari arus kuat laut lepas.
Teluk Tawun memiliki tipe substrat yang di dominasi oleh dasar berpasir dan sedikit berlumpur di bagian muara sungai dimana terdapat run-off dari daratan.
Dasar perairan berlumpur ditemukan pada stasiun 4, sehingga stasiun 4 kurang layak untuk lokasi budidaya kerang mutiara. Dasar perairan berlumpur dapat
menyebabkan perubahan dasar perairan sedimen akibat banjir hingga dasar perairan tertutup lumpur yang sering menimbulkan kematian kerang muda. Dasar
perairan berpasir ditemukan pada stasiun 1, 2, 3 dan 5. Hal ini menunjukan daerah yang masih cukup layak untuk budidaya kerang mutiara ditinjau dari dasar
perairan adalah stasiun 1 ke stasiun 2, stasiun 2 ke stasiun 3, dari stasiun 5 ke arah dermaga dengan tipe substrat berpasir.
4.3.5. Kedalaman
Kedalaman yang paling ideal menurut sistem penilaian kelayakan lokasi budidaya kerang mutiara berada pada kisaran 15-25 meter Winanto et al, 1992 in
Sutaman, 1993. Kedalaman perairan di lokasi budidaya mempunyai pengaruh
yang cukup besar terhadap kualitas mutiara. Semakin dalam letak kerang yang dipelihara, maka kualitas mutiara yang dihasilkan akan semakin baik. Kedalaman
perairan yang cocok untuk budidaya kerang mutiara adalah antara 15-20 meter. Pada kedalaman ini, pertumbuhan kerang mutiara akan lebih baik
Sutaman, 1993. Kedalaman dari kelima stasiun pengamatan yang layak untuk budidaya kerang
mutiara adalah stasiun 1 dan 5, kedalaman yang masih cukup layak untuk budidaya di lokasi tersebut dengan tingkat kedalaman lebih dari 25 meter adalah stasiun 2, 3
dan 4. Secara keseluruhan kedalaman di kelima stasiun ini masih dapat dikatakan layak untuk lokasi budidaya kerang mutiara.
4.3.6. Kondisi angin Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah dengan kecepatan angin rata-rata
23 knot. Kecepatan maksimum terjadi pada bulan Oktober dan November yaitu sekitar 23 knot sedangkan kecepatan minimum terjadi pada bulan Juni dan Juli
sebesar 12 knot. Kelembaban udara berkisar antara 75 sampai 85 . Kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Desember sebesar 85
sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan September sebesar 75 . Penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 91 dan
penyinaran matahari minimum terjadi pada bulan Desember sebesar 24 .
4.3.7. Pasang surut
Pasang surut yang ada di daerah Perairan Sekotong menurut data sekunder adalah jenis pasang surut campuran condong ke harian ganda mixed tide,
prevailing semidiumal.
Karakteristik pasang surut terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi berbeda dalam tinggi dan waktunya. Jenis pasang surut ini terdapat
di sebagian besar Perairan Indonesia Bagian Timur Nontji, 1993. Karena daerah ini terlindung dengan adanya daerah teluk, sehingga tidak ada
pengaruh langsung dari pasang surut, kalaupun ada pengaruhnya sangatlah kecil sekali.
4.3.8. Hujan
Kabupaten Lombok Barat menurut data sekunder termasuk wilayah beriklim tropis dengan temperatur rata-rata berkisar antara 25,70-27,80
o
C. Suhu maksimum terjadi pada bulan Juli dengan suhu 32,8
o
C dan minimum pada bulan Mei sebesar 22,10
o
C. Tekanan udara rata-rata 1011,68 bar yang ditandai dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Tabel 9. Data temperatur maksimum dan minimum
o
C, tekanan udara bar, kecepatan angin maksimum knot dan curah hujan mmthn di
Kabupaten Lombok Barat tiap bulannya pada tahun 2005.
Temperatur
o
C Bulan
Max Min
Tekanan Udara
Bar Kecepatan
Angin Max Knot
Curah Hujan mmthn
Januari 31,90 24,90 1010,50
20 26,30
Pebruari 32,50 24,40 1011,30 20
181,00 M a r e t
32,10 24,30
1011,10 20
137,00 April 32,00
23,70 1011,80
12 183,00
M e i 32,60
22,10 1011,90
15 -
J u n i 32,40
22,60 1011,40
12 21,20
J u l i 32,80
22,20 1013,00
12 80,60
Agustus 32,40 22,50 1013,50 20
10,60 September 32,30 22,90
1013,40 18
35,70 Oktober 31,90 24,30 1012,40
15 261,10
November 31,80 24,10 1011,40
23 272,00
Desember 31,30 24,30 1008,50
20 301,70
Sumber Data : BPS Lombok Barat dari Stasiun Meterologi Selaparang Badan Metrologi dan Geofisika Mataram.
Tipe iklim adalah tipe E dengan curah hujan basah berkisar antara 5-6 bulan. Keadaan curah hujan pada tahun 2005 yaitu 101 mmbulan dengan hujan harian
rata-rata 7 HHbulan.
4.4. Hasil pengukuran parameter kimia