Hasil pengukuran parameter kimia

Tipe iklim adalah tipe E dengan curah hujan basah berkisar antara 5-6 bulan. Keadaan curah hujan pada tahun 2005 yaitu 101 mmbulan dengan hujan harian rata-rata 7 HHbulan.

4.4. Hasil pengukuran parameter kimia

Berikut ini grafik pengukuran parameter kimia lengkap, dimana didalamnya terdapat parameter kualitas perairan dan parameter kesuburan perairan seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik pengukuran salinitas 00 , pH-, DO ppm, BOD ppm, COD ppm, nitrat ppm, ortofosfat ppm dan silikat ppm tiap stasiun pengamatan terhadap parameter kimia lengkap di Teluk Sekotong pada bulan Oktober 2005. 5 10 15 20 25 30 35 N ilai P en g u k u ra n 1 2 3 4 5 Stasiun Salinitas o p H DO p p m BOD p p m COD p p m Nitrat p p m Ortofosfat p p m Silikat p p m

4.4.1. Salinitas

Kerang mutiara mampu hidup pada rentang salinitas yang lebar yaitu antara 24-50 00 , karena hewan ini termasuk Euryhaline yang artinya dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar. Salinitas yang ekstrim dapat menyebabkan kematian bagi kerang mutiara, salinitas ektrim adalah salinitas di bawah 14 00 atau di atas 55 00 . Pengukuran rata-rata parameter salinitas di Perairan Sekotong didapatkan kisaran antara 30-33 00, sesuai dengan karakteristik salinitas massa air yang didominasi oleh Samudra Hindia yaitu dibawah 33 00. Pengukuran salinitas pada kisaran minimum sedikit dibawah nilai kisaran terbaik, tetapi secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan masih memenuhi kebutuhan salinitas untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara. Salinitas tertinggi terlihat pada stasiun 4, dengan nilai salinitas 33 00. Hal ini terjadi karena letak stasiun 4 atau spot gabus putih berada di daerah tengah laut walau sudah ke arah daratan yang memungkinkan memperoleh pengaruh langsung dari laut di luar teluk. Salinitas terendah terlihat pada stasiun 1, dengan nilai salinitas 30 00. Hal ini terjadi karena stasiun 1 berada di dekat daratan dan muara Sungai Pandanan, sehingga memungkinkan adanya pengaruh run-off dari daratan.

4.4.2. pH

Menurut Nybakken 1988, pH atau Derajat keasaman adalah jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan. pH air laut agak basa. Nilai pH di laut umumnya berkisar antara 7,5-8,4. Nilai pH yang tertinggi biasanya terdapat pada lapisan permukaan atau di dekat lapisan permukaan. Menurut Banarjea 1967, tingkat kualitas perairan berdasarkan kisaran nilai pH dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Klasifikasi kualitas perairan berdasarkan kisaran pH Banarjea, 1967. Kisaran pH Klasifikasi Kualitas Perairan 5,5-6,5 Tidak produktif 6,5-7,5 Produktif 7,5-8,5 Sangat produktif pH di dekat daerah pantai lebih rendah dibandingkan dengan yang di laut karena di daerah pantai biasanya terjadi pencampuran dengan air dari daratan atau sungai-sungai di daerah teluk Odum, 1971. Derajat keasaman pH di perairan Teluk Sekotong memiliki kisaran 7,94-8,09. Nilai pH terendah berada pada stasiun 2 sebesar 7,94 dan tertinggi pada stasiun 3 sebesar 8,09. Sebaran nilai pH antar stasiun relatif homogen. Nilai pH yang sesuai dengan keterangan Odum 1971, semakin dekat ke daratan maka pH akan semakin rendah adalah mulai dari stasiun 3, stasiun 4 dan stasiun 5 sampai mencapai bibir dermaga menuju pantai. Tingkat kualitas perairan berdasarkan kisaran pH menurut Banarjea 1967 menunjukkan bahwa Perairan Teluk Sekotong memiliki nilai klasifikasi kualitas perairan sangat produktif dengan kisaran antara 7,5-8,5. 5 10 15 20 25 30 35 N ila i P eng ukur a n 1 2 3 4 5 Stasiun Salinitas o p H DO p pm BOD p pm COD p pm Gambar 5. Grafik pengukuran salinitas 00 , pH -, DO ppm, BOD ppm dan COD ppm tiap stasiun pengamatan terhadap parameter kimia kualitas perairan di Teluk Sekotong pada bulan Oktober 2005.

4.4.3. DO

DO atau Oksigen terlarut merupakan salah satu senyawa kimia penunjang utama kehidupan yang dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh organisme Sverdrup et al., 1942 in Januar 1998. Sedangkan menurut Paryono 1995 in Usfar 1996, Klasifikasi kualitas air ditinjau dari kandungan O 2 terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Klasifikasi kualitas air ditinjau dari kandungan oksigen terlarut ppm Paryono, 1995 in Usfar, 1996. Kandungan Oksigen Terlarut ppm Kualitas Air 2,0 tercemar berat 2,0 – 4,4 Tercemar sedang 4,5 – 6,4 tercemar ringan 6,5 tidak tercemar Hasil data sekunder PT. BGHM nilai oksigen terlarut di Perairan Sekotong didapatkan kisaran nilai oksigen terlarut sebesar 5,4-5,7 ppm. Kisaran nilai konsentrasi oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 5,4 ppm, hal ini dikarenakan stasiun 1 berada di dekat muara Sungai Pandanan sehingga mendapat pengaruh run-off dari daratan dan juga mendapat asupan massa air dari sungai. Nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 3 sebesar 5,7 ppm, stasiun 3 yang terletak cukup jauh dari daratan dan berada di garis terluar lokasi budidaya mutiara menyebabkan oksigen terlarut di daerah ini paling tinggi di antara stasiun lain. Kadar oksigen terlarut di Perairan Teluk Sekotong sendiri memiliki kisaran rata-rata di atas 5 ppm setiap stasiunnya, sehingga kandungan oksigen terlarut berada pada standar baku mutu ketetapan yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 lampiran 2 bahwa oksigen terlarut di dalam air harus lebih dari 5 ppm. Kadar oksigen terlarut jika dibandingan dengan klasifikasi kualitas air menurut Paryono, 1995 in Usfar, 1996 maka di dapat Perairan Sekotong tergolong tercemar ringan namun masih layak untuk budidaya mutiara.

4.4.4. BOD

Untuk melihat pencemaran, ada beberapa parameter kualitas air yang perlu diketahui antara lain, Chemical Oxygen DemandCOD, Biochemical Oxygen Demand BOD, oksigen terlarut Dissolved OxygenDO, fosfat, dan nitrat. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri dan juga untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut Alaert, 1987. Menurut Lee et al. 1976 in Sudibyaningsih 1983, hubungan nilai Biochemical Oxygen Demand BOD dengan kualitas air disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Kriteria Pencemaran BOD 5 berdasarkan kualitas air ppm Lee et al., 1976 in Sudibyaningsih, 1983. Parameter Kriteria Kualitas Air ppm Keterangan 3,0 tidak tercemar 3,0 – 4,9 tercemar ringan 5,0 – 15,0 tercemar sedang BOD 5 15,0 tercemar berat Nilai BOD yang diperoleh dari data sekunder PT.BGHM didapat berkisar antara 0,86-2,25 mgl atau ppm BOD. Nilai BOD tertinggi pada stasiun 1 sebesar 2,25 ppm BOD, dan nilai BOD terendah terdapat pada stasiun 4 sebesar 0,86 ppm BOD. Berdasarkan hubungan nilai BOD dengan kualitas air menurut Lee et al, 1976 in Sudibyaningsih, 1983 maka didapatkan nilai Perairan Sekotong termasuk perairan yang tidak tercemar untuk kelima stasiun pengamatan hal ini didukung dengan tidak adanya daerah industri di sekitar perairan ini, dan Teluk Tawun jauh dari perlintasan kapal sehingga perairan ini cukup ideal untuk budidaya kerang mutiara.

4.4.5. COD

Nilai COD dipakai sebagai petunjuk tingkat pencemaran air limbah dari kegiatan industri Mahida, 1981. Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air Alaerts, 1987. Kelayakan COD maksimum yang diizinkan di perairan adalah kurang dari 100 ppm Dirjen Migas, 1981. Nilai COD yang juga didapat dari data sekunder PT. BGHM di stasiun-stasiun yang sama dengan penelitian ini, menunjukkan kisaran antara 1,05-4,89 ppm COD, ini artinya nilai COD di Perairan Sekotong ini cukup rendah. Nilai COD yang didapatkan menunjukan bahwa kisaran nilai berada jauh di bawah 100 ppm, yang artinya Perairan Sekotong ini tidak tercemar oleh air limbah dan zat-zat organik lainnya.

4.5. Pengkulturan pakan kerang mutiara stadia spat