Konsep Dasar Kepuasan Konsumen

8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Kepuasan Konsumen

Kepuasan konsumen adalah salah satu ukuran dari kualitas jasa yang disampaikan, dimulai dari analisas tentang kepuasan konsumen dan berakhir dengan kepuasan konsumen Farida, 2005:199. Oliver mendefinisikan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat reaksi emosional dari layanan yang didapat konsumen atas suatu produk Rahman, 2012:57. Kepuasan konsumen didefinisikan sebagai respon konsumen terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian Rangkuti, 2006:30. Selain itu, kepuasan dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya Kotler, 2000:52. Tingkatan kepuasan konsumen ada tiga tingkatan. Pertama, jika kinerja perusahaan berada di bawah harapan konsumen maka konsumen akan kecewa. Kedua, jika kinerja perusahaan sesuai dengan harapan konsumen maka konsumen puas. Ketiga, jika kinerja perusahaan melebihi dengan apa yang diharapkan konsumen maka konsumen akan puas, senang, dan gembira. Secara umum dapat dikatakan bahwa kepuasan adalah evaluasi setelah pembelian dimana apa yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melebihi harapan konsumen. Konsumen dikatakan memperoleh kepuasan apabila konsumen mengkonfirmasikan harapannya setelah melakukan pembelian. Hal ini, memberikan dasar yang baik untuk konsumen melakukan pembelian ulang dan membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan Tjiptono, 2000:24. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa kepuasan konsumen adalah kelebihan harapan dari konsumen setelah melakukan pembelian suatu produk. Jika apa yang diharapkan melebihi dengan apa yang diterima maka konsumen akan merasa puas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu nilai, daya saing, persepsi konsumen, harga, citra, kualitas pelayanan, momen pelayanan, dan tingkat kepentingan konsumen Rangkuti, 2002:30. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dapat dijelaskan melalui model teoretikal, di antaranya adalah model diskonfirmasi harapan expectancy disconfirmation model, equity theory, attribution theory, dan experientially- based affective feelings Tjiptono, 2000:96. 1. Expectancy Disconfirmation Model Model teori ini mendefinisikan kepuasan konsumen sebagi evaluasi yang memberikan hasil di mana pengalaman yang dirasakan setidaknya sama baiknya dengan yang diharapkan. Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh kinerja aktual yang meliputi kinerja merek, jasa, atau penyedia jasa. 2. Equity Theory Model teori ini menjelaskan bahwa untuk mengetahui kepuasan konsumen orang menganalisis rasio input dan hasilnya outcome dengan rasio input dan hasil mitra pertukaran. Selain itu, kepuasan konsumen dipengaruhi oleh perbandingan terhadap rasio hasil dan input konsumen lain. Jadi evaluasi terhadap keadilan keseluruhan dalam transaksi pembelian produk berpengaruh terhadap kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. 3. Attribution Theory Attribution theory mengidentifikasi proses yang dilakukan seseorang dalam menentukan penyebab aksi atau tindakan dirinya, orang lain, dan obyek tertentu. Atribut yang dilakukan seseorang dapat mempengaruhi kepuasan purnabelinya terhadap produk, karena atribut produk atau jasa itu sendiri dan factor keadaan atau tindakan memoderasi puas atau tidak puas. 4. Experientially-Based Affective Feelings Pendekatan eksperiensial berpendapat bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi perasaan positif dan negatif yang diasosiasikan konsumen dengan barang atau jasa tertentu setelah konsumen melakukan keputusan pembelian. Konsep yang diukur dalam kepuasan konsumen meliputi, 1 kepuasan pelanggan keseluruhan Overall Customer Satisfaction, 2 dimensi kepuasan pelanggan, 3 konfirmasi harapan Confirmation of Expectations, 4 minat pembelian ulang Repurchase Intent, 5 kesediaan untuk merekomendasikan Willingness to Recommend, dan 6 ketidakpuasan pelanggan Customer Dissatisfaction Tjiptono, 2000:101. Dalam penelitian ini menggunakan tiga indikator untuk mengukur kepuasan konsumen yang telah disesuaikan dengan kondisi konsumen di tempat penelitian, yaitu:

1. Konfirmasi Harapan

Konfirmasi harapan memiliki yaitu kesediaan konsumen untuk mengkonfirmasikan harapannya, apakah harapan konsumen sudah sesuai atau tidak sesuai dengan kinerja perusahaan. Kesesuaian harapan merupakan gabungan dari kemampuan suatu produk atau jasa dan perusahaan yang diandalkan, sehingga suatu produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan apa yang dijanjikan perusahaan Tumpal, 2012:3.

2. Minat Pembelian Ulang

Minat pembelian ulang yaitu kesediaan konsumen untuk memakai dan membeli kembali atas produk yang ditawarkan perusahaan Kotler, 2000:258. Apabila apa yang diinginkan konsumen dapat dipenuhi perusahaan maka konsumen merasa puas. Setelah konsumen puas, mereka tidak akan beralih ke produk lainnya dan bersedia membeli kembali produk perusahaan. 3. Kesediaan Untuk Merekomendasikan Kesediaan untuk merekomendasikan yaitu kesediaan konsumen untuk merekomendasikan produk terhadap teman atau keluarganya atau orang lain Supriatin dan Sugiharto, 2009:5. Konsumen-konsumen baru biasanya lebih percaya dan bersedia melakukan pembelian atas suatu produk perusahaan dari teman atau keluarga daripada melihat dari iklan dan promosi. Sehingga rekomendasi dari mulut ke mulut sangat penting daripada melakukan promosi dan iklan. Untuk mengetahui seberapa besar kepuasan konsumen, perusahaan dapat memperolehnya dengan berbagai cara atau metode pengukuran. Ragam cara dapat dipilih oleh perusahaan untuk menganalisis kepuasan konsumen dengan menyesuaikan kondisi yang dialami perusahaan. Perusahaan dapat melakukan survei langsung kepada konsumen untuk mengatahui seberapa besar kepuasan mereka terhadap produk perusahaan. Survei langsung dapat dilakukan perusahaan dengan memberikan pertanyaan tentang seberapa besar ungkapan mereka tentang produk perusahaan baik melalui telepon, pos, atau wawancara langsung. Selain itu, konsumen juga dapat menuliskan kritik dan sarannya setelah menikmati produk yang ditawarkan perusahaan. Namun, perusahaan juga dapat mengambil langkah untuk menghubungi kembali konsumen yang telah berhenti membeli kemudian menanyakan mengapa hal itu terjadi sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perusahaan. Cara pengukuran survei langsung tersebut juga dinyatakan oleh Rangkuti 2002:24. Bahwa ada empat cara pengukuran survei langsung kepuasan konsumen, meliputi : 1 pengukuran dapat dilihat dari ungkapan langsung dari konsumen seperti, sangat tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas, dan sangat puas; 2 responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar yang mereka harapkan; 3 Responden diminta menuliskan masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan produk perusahaan dan menuliskan saran untuk perusahaan; 4 responden diminta meranking elemen produk perusahaan dan seberapa baik kinerja perusahaan di setiap elemen. Cara serupa dilakukan oleh Kotler 2000:54 yang mengamati dan mengukur kepuasan konsumen. Pengukuran dilakukan dengan sistem keluhan saran dan survei kepuasan konsumen. Biasanya perusahaan yang berwawasan konsumen mempermudah konsumennya untuk memberikan saran dan keluhan. Perusahaan dapat memberikan formulir kepada konsumen untuk melaporkan kesukaan dan keluhan mereka. Alur informasi ini memberikan banyak gagasan baik dan perusahaan dapat bergerak lebih cepat untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan konsumen.

2.2. Posisi Kepuasan Konsumen dalam Pemasaran Koperasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN MELALUI KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI MAXX COFFEE YOGYAKARTA

0 4 16

Pengaruh Citra Merek, Harga, Dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Konsumen Melalui Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Intervening.

0 3 20

PENGARUH MOTIVASI DAN KUALITAS PELAYANAN KOPERASI TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA DI KUD CEPOGO Pengaruh Motivasi Dan Kualitas Pelayanan Koperasi Terhadap Partisipasi Anggota Di KUD Cepogo Boyolali Tahun 2014.

0 2 17

(ABSTRAK) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MELALUI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BUS RAPID TRANSIT DI SEMARANG.

0 0 2

(ABSTRAK) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MELALUI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BUS RAPID TRANSIT DI SEMARANG.

0 0 2

Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan Konsumen Melalui Keputusan Pembelian sebagai Variabel Intervening pada Bus Rapid Transit di Semarang.

0 2 129

(ABSTRAK) Pengaruh Pelayanan dan Kepercayaan Anggota terhadap Kepuasan Anggota dan Loyalitas Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mekar Ungaran.

0 0 3

(ABSTRAK) PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MELALUI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA HOTEL UNGARAN CANTIK DI KABUPATEN SEMARANG.

0 0 2

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MELALUI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA HOTEL UNGARAN CANTIK DI KABUPATEN SEMARANG.

0 1 121

PENGARUH CITRA KOPERASI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA SETIA KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO.

1 16 149