II.4. OUTCOME STROKE
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai
impairment , disabilitas dan
handicaps .
World Health Organization WHO membuat batasan sebagai berikut Caplan,2000 :
1. Impairment
adalah suatu kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi atau struktur anatomis.
2. Disabilitas adalah setiap keterbatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu aktivitas dengan cara atau dalam rentang yang
dianggap normal untuk orang sehat. 3.
Handicap adalah gangguan yang dialami oleh individu akibat
impairment atau disabilitas tersebut, yang membatasi perannya sebagai manusia normal.
Penelitian klinis tentang stroke secara rutin menggunakan mortalitas sebagai
outcome , namun terdapat
outcome lainnya yang
penting untuk investigasi klinis dan relevan dengan pasien, mencakup perubahan fungsi tubuh dan disabilitas. Sejumlah instrumen untuk menilai
fungsi dan disabilitas telah dikembangkan. Pada berbagai penelitian klinis, skala
Barthel Index dan
Modified Rankin Scale umumnya digunakan untuk
menilai outcome
karena mudah digunakan dan merupakan pengukuran yang sensitif terhadap derajat keparahan stroke.Weimar dkk, 2002.
Modified Rankin Scale mengukur tingkat ketergantungan, baik
mental maupun adaptasi fisik yang digabungkan dengan defisit neurologis. Skala ini terdiri dari 6 derajat, yaitu dari 0-5, dimana 0 berarti
Universitas Sumatera Utara
tidak ada gejala dan 5 berarti cacatketidakmampuan yang berat. Weimar dkk,2002.
National Institute of Health Stroke Scale NIHSS digunakan untuk
menilai impairment
, yang terdiri dari 12 pertanyaan—tingkat kesadaran, respon terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah,
gaze palsy ,
pemeriksaan lapangan pandang, facial palsy
, motorik, ataksia, sensori, bahasa, disartria dan inatensi. Skala ini telah banyak digunakan pada
berbagai penelitian tentang terapi stroke akut dan merupakan pemeriksaan standar dalam penelitian klinis. Meyer dkk,2002; Schlegel
dkk,2003. Skor ini tidak hanya membantu untuk mengukur derajat defisit
neurologis,namun juga untuk memfasilitasi komunikasi antara penyedia layanan kesehatan, mengidentifikasi kemungkinan lokasi oklusi pembuluh
darah, menyediakan prognosis awal, dan membantu mengidentifikasi eligibilitas pasien untuk berbagai intervensi dan potensial komplikasi.
Adams dkk, 2007. Penilaian retrospektif untuk menilai keparahan stroke dengan NIHSS menunjukkan bahwa skor ini
reliable dan tidak bias
bahkan jika elemen pemeriksaan fisik ada yang hilang dari rekam medis pasien. Williams dkk, 2000.
Barthel Index telah dikembangkan sejak tahun 1965, yang kemudian
dimodifikasi oleh Granger dkk sebagai suatu teknik mengukur performa pasien dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang dikelompokkan menjadi 2
yaitu :
Universitas Sumatera Utara
- Bagian yang berhubungan dengan perawatan diri antara lain : makan, membersihkan diri, mandi, berpakaian, perawatan buang air
besar dan buang air kecil, penggunaan toilet - Bagian yang berhubungan dengan mobilitas antara lain : berjalan,
berpindah dan naik tangga. Skor BI maksimum adalah 100 yang menunjukkan bahwa fungsi
fisik pasien benar-benar tanpa bantuan, dan nilai terendah adalah 0 yang menunjukkan ketergantungan total. Sulter dkk,1999
Universitas Sumatera Utara
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL