2.8.2. Sifat Salmonella sp.
Salmonella sp. tumbuh dengan cepat pada pembenihan biasa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa. Bakteri ini menghasilkan asam dan beberapa gas dari
glukosa dan manosa. Bakteri ini cenderung menghasilkan hidrogen sulfida H
2
Salmonella sp. resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brillian, natrium tetratiumat dan natrium dioksikholat. Senyawa ini menghambat kuman
koliform karena itu bermanfaat untuk isolasi Salmonella sp. dari tinja. Bastian, 2003 S.
Bakteri ini dapat hidup di dalam air yang dibekukan untuk waktu yang lama.
2.8.3. Patogenesis Salmonella sp.
Organisme ini sebenarnya selalu masuk melalui mulut, biasanya dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella sp. Sebagian kuman mati
oleh asam lambung tetapi yang lolos masuk ke usus halus dan berkembang biak di illeum. Disini terjadi fagositosis oleh sel kelenjar getah bening yang kemudian
menyebar ke aliran darah, kelenjar getah bening dan ke usus. Dosis infektif bagi manusia adalah 10
5
-10
8
Dua tipe Salmonella sp. yaitu S. enteriditis dan S. typhimurium merupakan penyebab kira-kira setengah dari seluruh infeksi pada manusia. Pada manusia semua
Salmonella sp. menimbulkan penyakit yang pada umumnya disebut Salmonellosis, dibagi menjadi 3 golongan. Bastian, 2003
Salmonella sp. Diantara faktor- faktor tuan rumah yang menyebabkan resisten terhadap infeksi Salmonella sp adalah
keasaman lambung, jasad renik flora normal usus, dan daya tahan usus setempat.
1. Golongan Gastroenteritis Food Poisoning
Universitas Sumatera Utara
Merupakan gejala yang paling sering dari infeksi Salmonella sp. Gejala ini terutama ditimbulkan oleh S. enteriditis dan S. typhimurium. Biasanya terjadi demam,
kejang perut dan diare yang terjadi antara 12-72 jam setelah mengkonsumsi minuman yang terkontaminasi.
Penyakit tersebut dapat berlangsung selama 4-7 hari dan kebanyakan sembuh tanpa pengobatan atau pemberian antibiotik, akan tetapi diare akan bertambah parah
den mengharuskan penderita berobat ke rumah sakit terutama untuk penggantian cairan elektrolit.
Penyakit ini berakibat fatal jika orang tua dan bayi yang kekebalannya rendah mengkonsumsi minuman yang terkontaminasi kuman tersebut. Pada penderita ini,
infeksi biasanya menyebar dari usus ke pembuluh darah kemudian ke seluruh jaringan tubuh dan dapat menyebabkan kematian kecuali jika penderita cepat
memperoleh pengobatan dengan antibiotik. Pada awalnya khloramfenikol merupakan obat pilihan untuk infeksi
Salmonella sp. kemudian ampisilin, akan tetapi lama kelamaan Salmonella sp. resisten terhadap obat-obatan tersebut. Trinetropin sulfametoksazol merupakan obat
pengganti kedua obat diatas. Bastian, 2003 2.
Golongan Bakterimia Septikemia Biasanya ini dihubungkan dengan S. cholerasius tetapi dapat disebabkan oleh
setiap serotip Salmonella sp. infasi dini dalam darah setelah infeksi melalui mulut dengan kemungkinan lesi fokal di paru-paru, tulang, selaput otak, dan sebagainya.
Tetapi sering tidak ada manifestasi usus, biakan darah tetap positif. 3.
Golongan Entericfever Tyhoid Fever Typhus Abdominalis
Universitas Sumatera Utara
Disebabkan oleh S. typhi, S. paratyphi A, S. schootmulleri. Salmonella sp. yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke kelenjar getah bening lalu dibawa
ke aliran darah. Kuman dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk usus dimana organisme ini berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresi dalam
tinja. Setelah masa inkubasi 10-14 hari maka timbul demam, lemah, sakit kepala,
konstipasi, bradikardia dan mialgia, demam sangat tinggi, limfa serta hati menjadi besar. Pada beberapa kasus terlihat bintik-bintik merah Rose Spots yang
berlangsung sebentar. Jumlah sel darah putih normal atau rendah. Komplikasi utama demam enteric adalah perdarahan usus dan perforasi.
2.9. Salmonella sp. pada Susu Kedelai