Rancangan Kebijakan yang Sesuai Untuk Penetapan Kawasan Tanpa

Jadi nanti misalnya ada dosen bandel tetap merokok di dalam kelasruangan, mahasiswanya melapor, selesailah itu dosennya, panggil langsung. Kalo saya sendiri yang ngerokok, kalian boleh mengadu ke rektor. Itu pak dekan kami merokok juga, padahal peraturan sudah ada, boleh... Menurut peneliti, setiap informan memiliki komitmen yang kuat dalam menetapkan kawasan tanpa rokok sebagai kebijakan kesehatan di FKM USU. Hal itu terlihat dari pernyataan informan 1 yang bersedia mengikuti peraturan yang dia buat sendiri dan bersedia menjalani sanksi jika terjadi pelanggaran.

5.7. Rancangan Kebijakan yang Sesuai Untuk Penetapan Kawasan Tanpa

Rokok di FKM USU Dari hasil wawancara, informan 1, informan 5, dan informan 6 mengatakan rancangan kebijakan untuk kawasan tanpa rokok berupa aturan tertulis beserta sanksi- sanksinya. Seperti pernyataan berikut: Nanti isi rancangan itu pertama lingkungan dalam dan luar gedung yang mana kawasan itu disebut kawasan FKM sampai batas parit itu akan ada kawasan tanpa rokok, lengkap dengan aturan tertulis beserta sanksinya. Dan saya gak mau main-main, ini mau tegas-tegas... Kalau saya tegas aja, dilarang merokok di sekitar kampus, dengan aturan tertulis. Ada aturannya dan ada sanksinya. Ada larangan gak ada sanksi, ya gak akan efektif... Ya kita cari suatu kawasan dimana kita boleh merokok, kan. Lalu kita berikan sanksi hukum bagi yang merokok seperti yang diterapkan di UNDIP... Menurut Notoatmodjo 2005 mengatakan bahwa lingkungn fisik, ekonomi, dan sosial, menentukan akses alternatif pilihan yang berpengaruh atas kesehatan mereka serta lingkungan tersebut diciptakan oleh keputusan yang dibuat oleh individu, organisasi atau pemerintah. Mereka yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan individu maupun masyarakat, perlu terlibat atau mempengaruhi Universitas Sumatera Utara keputusan tersebut. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, membangun koalisi untuk arah keputusan yang diinginkan. Artinya tindakan tersebut memerlukan pemimpin, praktisi atau ahli, peneliti promosi kesehatan untuk mengembangkan instrumen dan keterampilan yang diperlukan untuk menjamin partisipasi atau kontribusi dalam pembuatan keputusan itu sehingga menciptakan kondisi yang mendukung hidup sehat. Seperti yang dikatan informan di atas, arah kebijakan untuk menetapkan kawasan tanpa rokok adalah melalui peratutan tertulis beserta sanksi sehingga ada ketegasan dalam melakukan suatu tindakan dan memiliki dasar hukum yang kuat. Dari pernyataan informan 1 dan informan 6 dapat dilihat bahwa rancangan kebijakan pembentukan kawasan tanpa rokok merujuk pada penetapan tempat khusus merokok, yaitu ruangan yang diperuntukkan khusus untuk kegiatan merokok yang berada di dalam kawasan tanpa rokok. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan yang lainnya dari informan 1 yakni: ... Jika didalam ruangan masih merokok dikenakan sanksi, saya cabut mata kuliahnya kalau perlu. Semuanya nanti akan dijadikan kawasan tanpa rokok. Mungkin dua tahap kebijakannya, dijam-jam tertentu orang boleh merokok, dikasih tempatnya, ngertikan. Tarok di atas sana, di lantai empat, pegawai itu. Tidak boleh di ruangan lagi Dari pernyataan informan 1, dapat dilihat bahwa adanya usulan untuk menyediakan tempat khusus merokok bagi perokok aktif di lantai 4 gedung FKM USU. Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188MENKESPBI2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok pada pasal 4 dinyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses Universitas Sumatera Utara belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah dan angkutan umum dilarang menyediakan tempat khusus merokok dan merupakan Kawasan Tanpa Rokok KTR yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar. Sedangkan pasal 5 menyatakan bahwa tempat kerja dan tempat umum dapat menyediakan tempat khusus merokok dengan syarat merupakan ruang terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar, terpisah dari gedungtempatruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas, jauh dari pintu masuk dan keluar, serta jauh dari tempat orang berlalu- lalang. Menurut peneliti, berdasarkan pernyataan informan tersebut, bahwa lantai 4 gedung tempat aktivitas pegawai yang dimaksud tidak bisa dijadikan tempat khusus merokok karena masih merupakan bagian dari gedung yang merupakan tempat utama untuk beraktivitas. Para informan memiliki gambaran bahwa kawasan tanpa rokok memiliki ruangan khusus yang disediakan bagi peokok. Jika dilihat dari lokasi FKM USU sendiri, sangat sulit untuk menentukan tempat khusus bagi perokok. Apabila ditinjau dari pernyataan informan, tidak memungkin jika lantai 4 dan parkiran dijadikan untuk tempat khusus merokok. Adapun tempat kosong yang berupa semak-semak antara FKM dan Keperawatan, kemungkinan besar bisa dimanfaatkan menjadi tempat khusus merokok, itupun kalau tidak ada peraturan yang menyatakan bahwa tempat khusus merokok memiliki jarak tertentu dari gedung atau tempata yang menjadi kawasan tanpa rokok. Sedangkan informan 2 belum memiliki gambaran mengenai rancangan tersebut. Dapat dilihat dari pernyataannya: Universitas Sumatera Utara Saya merasa gak ada gambaran mengenai seperti apa rancangan kebijakan kawasan tanpa rokok. Saya merasa merokok itu adalah hak.. Informan 2 belum memiliki gambaran tentang rancangan tersebut karena informan mengatakan merokok merupakan hak seseorang. Berbicara tentang hak berarti berbicara tentang kewajiban. Disini dapat dilihat kurangnya pemahaman dalam menghormati hak orang lain. Informan 3 dan informan 4 mengatakan bahwa rancangan kebijakan kawasan tanpa rokok diawali dengan himbauan, lebih bersifat pada penyadaran dengan meggunakan tahapan-tahapan promosi kesehatan. Saya rasa pada tahap awal itu berupa himbauan, terutama himbauan dari unsur pimpinan itu tadi. Terus poster-poster tentang kita jangan merokok di ruangan ini . Di departemen ini kita juga memasang forbidden anti rokok ya. Mudah-mudahan dengan himabuan dan kesadaran itu saja sudah bisa sambil tersenyum... Ya di FKM ini ada tingkatnya, ya tingkat promosi. Tak bisa langsung dengan aturan, ya sadarkan dulu. Merubah perilaku itu tak segampang membalikkan tangan... Penetapan kawasan tanpa rokok yang diawali dengan himbauan dan kesadaran individu akan memakan waktu yang cukup lama. Menurut WHO, perubahan perilaku dengan pemberian informasi atau himbauan tentang cara-cara hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, cara menghindari faktor risiko penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal itu. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya Universitas Sumatera Utara itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng. Melihat kondisi saat ini, penyadaran untuk tidak merokok di tempat umum ataupun institusi pendidikan tidak sesuai karena seseorang akan berubah jika ada reward atau sanksi dari perilakunya tersebut. Tanpa ada tekanan peraturan sangat sulit untuk melakukan perubahan perilaku. Dalam teori strategi perubahan perilaku menurut WHO, seperti yang terdapat dalam perubahan perilaku dengan menggunakan kekuatan atau kekuasaan dorongan, dimana cara ini memaksa sasaran untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh dengan adanya peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat walaupun tidak didasari oleh kesadaran. Dari pernyataan informan, dapat dilihat bahwa secara umum informan menggambarkan kawasan tanpa rokok merupakan area yang bebas dari asap rokok dan tersedianya tempat khusus merokok dalam area tersebut. Oleh karena itu diperlukan sosialisaasi tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok kepada sivitas akademik dan mahasiswa melalui himbauan, poster, seminar dan diskusi interaktif tentang kawasan tanpa rokok. Universitas Sumatera Utara

5.8. Kawasan Tanpa Rokok dari Analisis SWOT Strength, Weakness,