BAB V PEMBAHASAN
Kawasan tanpa rokok merupakan salah satu upaya dalam pengendalian dampak tembakau bagi kesehatan. Adanya kawasan tersebut akan melindungi
perokok pasif dari asap rokok, mencegah rasa tidak nyaman, mengembangkan opini bahwa tidak merokok adalah perilaku yang lebih normal, dan kawasan tanpa rokok
mengurangi secara bermakna konsumsi rokok. Persepsi tentang kawasan tanpa rokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan pentingnya menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat serta Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai
lingkungan pendidikan yang menciptakan tenaga kesehatan sebagai pengayom masyarakat dan konseptor kesehatan. Persepsi unsur pimpinan FKM USU, jika
kawasan tanpa rokok di realisasikan di fakultas ini, komitmen mereka tentang kawasan tersebut, dan rancangan kebijakannya, diharapkan akan dapat mewujudkan
kawasan tanpa rokok sebagai upaya meningkatkan kesehatan.
5.1. Persepsi Informan Mengenai Kawasan Tanpa Rokok yang Telah
Menjadi Ketetapan Suatu Aturan di Beberapa Daerah dan Beberapa Universitas di Indonesia UI, UGM, dan UNAIR
Beberapa daerah di Indonesia telah menerapkan aturan kawasan tanpa rokok seperti Jakarta, Bogor, Palembang, Yogyakarta, dan Padang Panjang, serta beberapa
universitas di Indonesia seperti UI, UGM, dan UNAIR. Dari hasil wawancara yang
Universitas Sumatera Utara
telah dilakukan, semua informan mengungkapkan persepsi mereka kalau mereka setuju dengan adanya kawasan tanpa rokok yang telah direalisasikan dibeberapa
daerah dan universitas di Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh informan 1 dan informan 3:
Saya setuju dan kita sedang menuju kesitu untuk menerapkan kawasan bebas rokok, sedang diproses PD Pembantu Dekan 3
Kalau menurut saya, ya saya setuju, apalagi untuk FKM karena memang perlu kawasan bebas asap rokok
Menurut Crofton dan Simpson 2002 kawasan tanpa rokok mencakup semua failitas pelayanan kesehatan, sekolah dan universitas, transportasi, kantor-kantor
pelayanan publik, tempat-tempat hiburan termasuk bioskop dan restoran, bar serta hotel. Sedangkan menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
yaitu pasal 115 ayat 1 menyatakan kawasan tanpa rokok antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat
ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum serta tempat lain yang ditetapkan. Ayat 2 menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan
tanpa rokok di wilayahnya. Teori di atas menunjukkan bahwa kawasan tanpa rokok di daerah wajib
ditetapkan, tapi sampai saat ini hanya beberapa daerah saja yang baru menetapkan peraturan tersebut. Masih banyak daerah-daerah yang belum mempunyai komitmen
untuk menerapkan dan menindaklanjuti peraturan tersebut dalam bentuk regulasi yang memadai dan diimplementasikan dengan konsisten. Begitu pula halnya dengan
beberapa universitas di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Crofton dan Simpson 2002, salah satu tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah mengurangi secara bermakna konsumsi rokok dengan menciptakan
lingkungan yang mendorong perokok untuk berhenti atau mengurangi konsumsi rokoknya. Hal ini dibuktikan dari penelitian Prabandari dkk pada tahun 2003 dan
2007. Dari hasil penelitiannya dapat dilihat bahwa adanya penurunan jumlah perokok di kalangan mahasiswa FK UGM yang disebabkan oleh pemberlakuan kebijakan
kawasan tanpa rokok. Di antara mahasiswa laki-laki FK UGM, proporsi mahasiswa FK UGM yang merokok turun dari 10,9 pada tahun 2003 menjadi 8,5 pada tahun
2007, dan jumlah perokok eksprimen tidak selalu merokok setiap hari turun dari 36 pada tahun 2003 menjadi 21 pada tahun 2007. Jumlah mahasiswi yang
merokok juga turun dari 0,7 pada tahun 2003 menjadi 0,4 pada tahun 2007 dan jumlah mahasiswi perokok eksprimen turun dari 9,2 menjadi 7,3.
Selain setuju dengan adanya kawasan tanpa rokok di beberapa daerah dan universitas di Indonesia, informan juga berharap agar di FKM USU ditetapkan
sebagai kawasan tanpa rokok dapat dilihat dari pernyataan di atas. Kawasan tanpa rokok juga bertujuan untuk melindungi bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan,
seperti yang diungkapkan informan berikut:
Adanya kawasan tanpa rokok, baguslah kurang risiko rokok Sangat bagus. Bagus. Menyehatkan orang sehat, orang sehat tidak sakit
Hal ini disebabkan oleh kandungan zat kimia yang berbahaya pada asap rokok yaitu 4.000 jenis zat kimia sehingga berisiko bagi kesehatan Litin, 2002. Kawasan
tanpa rokok merupakan salah satu upaya kesehatan untuk mengurangi faktor risiko
Universitas Sumatera Utara
penyakit akibat rokok dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan baik individu, kelompok ataupun masyarakat. Jadi yang sehat tetap sehat dan tidak sakit.
Selain itu, salah satu informan mengatakan di satu sisi dia setuju dengan adanya kawasan tanpa rokok, tapi di sisi lain dia mengatakan kawasan tanpa rokok
tidak ada gunanya jika harga rokok masih murah, seperti yang diungkapkan oleh informan 2:
Mungkin ini adalah salah satu hal yang berat bagi negara karena produksi rokok itu memberikan devisa yang cukup besar bagi negara. Jadi untuk
kawasan itu memang setuju, Kita lihat sekarang ini, harga rokok semakin murah. Jadi apapun dibilang, kawasan bebas rokok tidak ada gunanya,
walaupun secara sepintas, sekilas itu merupakan peringatan, mengenai kebijakan itu sebenarnya gak tepat, tapi yang paling tepat adalah kurangi
produksi rokok ataupun masih ada produksi rokok, tingkatkan harga rokok setinggi-tingginya, supaya orang tidak mau beli
Berdasarkan mitos dan fakta yang dikutip dari SEATCA Southeast Asia Tobacco Control Alliance mengatakan bahwa industri rokok memberikan kontribusi
pemasukan devisa negara dengan jumlah besar, hal tersebut merupakan mitos. Faktanya, penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok merupakan
kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok pajak dan sebagainya mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian
langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang
disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena
mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Biaya besar lainnya yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya kualitas hidup para perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif. Selain itu penderitaan juga bagi mereka yang
harus kehilangan orang yang dicintainya karena merokok. Semua ini merupakan biaya tinggi yang harus ditanggung. Pernyataan ini juga didukung oleh informan 5:
coba lihat pada masalah realnya yang dihitung. Masalah yang disebabkan rokok tadi, disebabkan kerugian akibat rokok tadi dibandingkan dengan pajak
yang diberikan pemerintah, secara realnya mana yang lebih untung? Coba dihitung kembali. Orang yang kena dampak rokok tadi, misalnya lah kanker
paru, mulai dari perawatan sampai dia akhirnya mati, berapa biaya yang dikeluarkan. Dampak akibat rokok itu lebih besar daripada dampak hasil
produksi pabrik rokok tersebut.
Konsumsi rokok menimbulkan kerugian langsung bagi perokok dan keluarganya, terlebih bagi keluarga miskin. Rata-rata pengeluaran keluarga miskin
untuk konsumsi rokok cukup besar. Alih-alih untuk perbaikan gizi keluarga dan pendidikan anak, justru pendapatan yang terbatas dibelanjakan untuk rokok. Padahal
dengan mengurangi konsumsi rokok di kalangan keluarga miskin, maka subsidi pemerintah untuk pelayanan kesehatan yang menderita penyakit-penyakit akibat
rokok dapat dikurangi Hendriyanto, 2010.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, secara jelas menyatakan pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif yang
meliputi tembakau dan produk yang mengandung tembakau harus memenuhi standar danatau persyaratan yang ditetapkan. Selain itu, setiap orang yang memproduksi dan
atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Dalam UU itu juga mengatur tentang kawasan tanpa rokok guna
melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Dampak Kawasan Tanpa Rokok bagi Dunia Pendidikan dan Kesehatan