Frekuensi kolonisasi bakteri pada serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 30 ppt seperti yang
disajikan pada Tabel 4.5. Frekuensi kolonisasi bakteri yang paling banyak adalah Bacillus sp. 1 yaitu 70,5, yang muncul 6 kali selama pengamatan. Frekuensi
kolonisasi yang paling sedikit didapatkan pada 2 jenis bakteri yaitu Staphylococcus sp dan Planococcus sp. 1 sebesar 12,5, yang muncul 1 kali
selama pengamatan. Terjadi pola perubahan suksesi mikroorganisme selama proses dekomposisi pada serasah daun R. apiculata yang ditunjukkan adanya
pergantian jenis bakteri tiap kali pengamatan. Kemunculan jenis bakteri ini bersifat dinamis yaitu saling bergantian dari waktu ke waktu. Jumlah koloni dan
keanekaragaman bakteri pada serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas cenderung tinggi pada minggu-
minggu awal terutama dalam kisaran 30 sampai 75 hari setelah masa dekomposisi. Bakteri merupakan satu diantara beberapa komponen penting yang
berperan dalam penguraian serasah daun di ekosistem mangrove. Aktivitas bakteri mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui proses mineralisasi karbon
dan asimilasi nitrogen Blum et al., 1988. Berdasarkan jumlah koloni bakteri rata-rata yang didapatkan pada proses dekomposisi serasah daun R. apiculata pada
salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt dan 20-30 ppt, dan 30 ppt, jenis bakteri Bacillus sp. 1 merupakan jumlah koloni bakteri rata-rata terbanyak, yaitu antara 16,21 sampai
22,29 x 10
7
CFUml. Hal ini mungkin disebabkan bakteri ini mampu beradaptasi
terhadap kondisi yang terdapat pada sersah daun R. apiculata dan mampu menggunakan bahan organik yang terkandung dalam serasah sebagai nutrien
dalam metabolismenya. Menurut Mann 1986 bakteri dekomposer akan berkembang dengan baik, apabila menemukan substrat dan lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhannya
4.5. Penentuan Laju Dekomposisi Serasah Daun
R. apiculata pada Berbagai Tingkat Salinitas
Serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi mulai dari hari ke-15 sampai hari ke- 120 terjadi penurunan bobot kering. Perubahan bobot
kering serasah daun R. apiculata dari keempat tingkat salinitas dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa tingkat salinitas 0-10 ppt lebih cepat terdekomposisi sehingga laju dekomposisinya lebih tinggi daripada tingkat
salinitas yang lainnya. Besarnya bobot kering sisa serasah R. apiculata dengan lama masa dekomposisi 15 hari diduga karena waktu dekomposisi yang terlalu
singkat sehingga serasah daun R. apiculata yang di tempatkan di lapangan belum terurai sepenuhnya. Tingkat salinitas 20-30 ppt menunjukkan nilai laju
dekomposisi terendah dengan bobot kering rata-rata setelah 120 hari yaitu sebesar 13,2 g, hal ini mungkin disebabkan jenis bakteri yang terdapat pada salinitas ini
tidak terlalu efektif dalam mendekomposisi serasah daun R. apiculata dibandingkan jenis bakteri yang terdapat pada tingkat salinitas lainnya. Selain itu
faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi laju dekomposisi. Menurut Sunarto 2003, kecepatan proses dekomposisi pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan tersebut umumnya mempengaruhi pertumbuhan dekomposer.
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
30
15 30
45 60
75 90
105 120
Si sa
seras ah
Lama masa dekomposisi hari
0-10 ppt 10-20 ppt
20-30 ppt 30 ppt
Gambar 4.3. Perbandingan Bobot Kering Serasah Daun R. apiculata pada
Berbagai Tingkat Salinitas
Tingkat salinitas 0-10 ppt menunjukkan nilai laju dekomposisi tertinggi yaitu dengan bobot kering rata-rata setelah 120 hari yaitu sebesar 8,1 g. Hal ini
mungkin disebabkan kondisi pada tingkat salinitas 0-10 ppt merupakan air tawar sehingga proses dekomposisinya lebih cepat karena tidak terpengaruh oleh faktor
Universitas Sumatera Utara
lingkungan seperti salinitas. Hal ini dapat dilihat pada tingkat salinitas 0-10 ppt dengan lama masa dekomposisi 120 hari pada kantong serasah yang berisi daun
R. apiculata mulai terjadi proses humifikasi hal ini menunjukkan proses dekomposisinya hampir sempurna. Proses humifikasi dipengaruhi oleh iklim atau
keadaan lingkungan. Terjadinya proses humifikasi tergantung pada kondisi tanah, tumbuhan penutup, aktivitas mikroorganisme tanah dan fauna tanah, pengaruh
iklim, serta aktivitas manusia. Menurut Sunarto 2003 bahwa kecepatan terdekomposisi mungkin berbeda dari waktu ke waktu tergantung faktor yang
mempengaruhinya. Laju dekomposisi serasah daun R. apiculata pada tingkat salinitas 0-10 ppt
yaitu 0,60, tingkat salinitas 10-20 ppt yaitu 0,51, tingkat salinitas 20-30 ppt yaitu 0,44 dan tingkat salinitas 30 ppt yaitu 0,45 dapat dilihat pada Gambar 4.4. Laju
dekomposisi tertinggi terdapat pada serasah daun R. apiculata yang mengalami masa dekomposisi pada tingkat salinitas 0-10 ppt yaitu 0,60. Sedangkan laju
terendah ditemukan pada serasah daun R. apiculata yang mengalami masa dekomposisi pada tingkat salinitas 20-30 ppt yaitu sebesar 0,44 Gambar 4.4.
0.6 0.5
0.44 0.45
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7
0-10 10-20
20-30 30
L aj
u D
ek o
m p
o si
si Rat
a- rat
a
Tingkat Salinitas ppt
Gambar 4.4.Laju Dekomposisi Rata-rata Serasah Daun R. apiculata selama
120 hari pada berbagai tingkat salinitas
Sisa serasah dari pengamatan hari ke-15 sampai hari ke-120 mengalami penurunan bobot basah secara penampakan fisiknya menunjukkan cercahan daun
R. apiculata semakin menuju hari ke-120 berubah menjadi partikel yang lebih kecil dan semakin menurun bobot keringnya. Untuk lebih jelasnya serasah daun
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar4.5. Bentuk Serasah Daun R. apiculata yang Mengalami Dekomposisi
Selama 15 – 120 Hari pada Tingkat Salinitas 10-20 ppt dengan:
A. Kontrol; B. 15 Hari; C. 30 Hari; D. 45 Hari; E. 60 Hari; F. 75 Hari; G. 90 Hari; H. 105 Hari; I. 120 Hari
B A
I C
D E
F
H J
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan salinitas dapat menyebabkan terjadi penghambatan aktivitas mikroorganisme. Kecepatan dekomposisi dipengaruhi oleh tipe daun, aktivitas
mikroorganisme, kecepatan air water velocity dan lama masa terendam di bawah permukaan air Benner dkk., 1986. Laju dekomposisi serasah dapat dilihat
berdasarkan kecepatan penyusutan bobot kering serasah daun R. apiculata yang mengalami dekomposisi selama 15 sampai 120 hari pada semua tingkat salinitas,
ini disebabkan oleh proses-proses fisik berupa kehancuran serasah yang besar. Selain itu disebabkan oleh jenis organisme lain yang hidup pada lokasi tempat
serasah mengalami dekomposisi. Kecepatan dekomposisi serasah dipengaruhi oleh kecepatan serasah tersebut terpecah-pecah fragmented. Keberadaan cacing
dan siput yang ditemukan pada kantong serasah daun R. apiculata di duga dapat menyebabkan pemecahan fragmented serasah daun tersebut lebih cepat
berlangsung. Menurut Whitmore 1984 bahwa peran makrofauna sebagai organisme
penghancur sangat penting. Berbagai jenis hewan tersebut memecah serasah menjadi partikel-partikel kecil sehingga luas permukaan menjadi lebih besar dan
akibatnya penguraian serasah tersebut oleh bakteri dan fungi menjadi lebih mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Macnae 1978 bahwa makrobentos
termasuk salah satu dekomposer awal sebelum mikroorganisme tanah yang lebih kecil, misalnya bakteri dan fungi. Makrobentos ini akan mencacah substansi
serasah daun menjadi bagian yang lebih kecil kemudian proses dekomposisi akan dilanjutkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Cacing, kepiting
maupun sebangsanya pada umumnya memanfaatkan sisa-sisa tumbuhan yang sudah tidak berfungsi lagi seperti daun , ranting, bunga, akar dan batang. Sisa-sisa
tumbuhan ini akan dimakan dan mengalami pembusukan sebagai hasil ekskresi.
4.6. Kandungan Unsur C, N dan P Serasah Daun