suatu ekosistem yang secara fisik terkendali, yaitu ekosistem yang dipengaruhi oleh faktor pembatas fitokimia yang kuat salah satunya adalah salinitas. Menurut
Magurran 1987 makin stabil suatu iklim, meliputi suhu, kelembaban, salinitas dan pH dalam suatu lingkungan akan mempengaruhi derajat naik turunnya suatu
indeks keanekaragaman. Pada umumnya nilai indeks keanekaragaman akan menurun ketika satu jenis populasi meningkat kepadatannya serta didominasi oleh
satu jenis populasi saja. Magurran 1987 menyatakan bahwa indeks keanekaragaman digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies
jumlah spesies dan keragaman spesies.
4.4. Frekuensi Kolonisasi Tiap Jenis Bakteri
Frekuensi kolonisasi tiap-tiap jenis bakteri pada serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi selama 15-120 hari pada tingkat salinitas 0-
10 ppt disajikan pada Tabel 4.2. Frekuensi kolonisasi yang tertinggi didapatkan pada Bacillus sp. 1 yaitu 87,5, yang muncul 7 kali dalam pengamatan. Frekuensi
kolonisasi yang paling sedikit didapatkan pada 3 jenis bakteri yaitu Flavobacterium sp, Sporosarcina sp. 1 dan Staphylococcus sp sebesar 25,0,
yang muncul 2 kali selama pengamatan. Frekuensi kolonisasi tiap-tiap jenis bakteri pada serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi
selama 15-120 hari pada tingkat salinitas 10-20 ppt disajikan pada Tabel 4.3. Frekuensi kolonisasi bakteri yang paling banyak pada serasah daun R. apiculata
ditempati oleh Bacillus sp. 1 yaitu 62,5, artinya jenis bakteri muncul 5 kali selama pengamatan. Frekuensi kolonisasi yang sedikit didapatkan pada 8 jenis
bakteri yaitu Flavobacterium sp, Sporosarcina sp. 1, Staphylococcus sp, Pseudomonas sp, Planococcus sp. 1, Mycobacterium sp, Micrococcus sp. 1 dan
Planococcus sp. 2 sebesar 12,5, yang muncul 1 kali selama pengamatan. Frekuensi kolonisasi bakteri pada serasah daun yang mengalami proses
dekomposisi pada tingkat salinitas 20-30 ppt disajikan pada Tabel 4.4. Frekuensi kolonisasi bakteri yang paling banyak ditempati oleh Bacillus sp. 1 yaitu 87,5,
yang muncul 7 kali selama pengamatan. Frekuensi kolonisasi yang paling sedikit didapatkan pada 3 jenis bakteri yaitu Staphylococcus sp, Pseudomonas sp,
Sporosarcina sp. 2 sebesar 12,5, yang muncul 1 kali selama pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi kolonisasi bakteri pada serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas 30 ppt seperti yang
disajikan pada Tabel 4.5. Frekuensi kolonisasi bakteri yang paling banyak adalah Bacillus sp. 1 yaitu 70,5, yang muncul 6 kali selama pengamatan. Frekuensi
kolonisasi yang paling sedikit didapatkan pada 2 jenis bakteri yaitu Staphylococcus sp dan Planococcus sp. 1 sebesar 12,5, yang muncul 1 kali
selama pengamatan. Terjadi pola perubahan suksesi mikroorganisme selama proses dekomposisi pada serasah daun R. apiculata yang ditunjukkan adanya
pergantian jenis bakteri tiap kali pengamatan. Kemunculan jenis bakteri ini bersifat dinamis yaitu saling bergantian dari waktu ke waktu. Jumlah koloni dan
keanekaragaman bakteri pada serasah daun R. apiculata yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas cenderung tinggi pada minggu-
minggu awal terutama dalam kisaran 30 sampai 75 hari setelah masa dekomposisi. Bakteri merupakan satu diantara beberapa komponen penting yang
berperan dalam penguraian serasah daun di ekosistem mangrove. Aktivitas bakteri mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui proses mineralisasi karbon
dan asimilasi nitrogen Blum et al., 1988. Berdasarkan jumlah koloni bakteri rata-rata yang didapatkan pada proses dekomposisi serasah daun R. apiculata pada
salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt dan 20-30 ppt, dan 30 ppt, jenis bakteri Bacillus sp. 1 merupakan jumlah koloni bakteri rata-rata terbanyak, yaitu antara 16,21 sampai
22,29 x 10
7
CFUml. Hal ini mungkin disebabkan bakteri ini mampu beradaptasi
terhadap kondisi yang terdapat pada sersah daun R. apiculata dan mampu menggunakan bahan organik yang terkandung dalam serasah sebagai nutrien
dalam metabolismenya. Menurut Mann 1986 bakteri dekomposer akan berkembang dengan baik, apabila menemukan substrat dan lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhannya
4.5. Penentuan Laju Dekomposisi Serasah Daun