HUBUNGAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN KEMAMPUAN CIVIC VIRTUE PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 4 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2010 2011
SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU DENGAN KEMAMPUAN
CIVIC VIRTUE
PADA SISWA KELAS IX
SMP NEGERI 4 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011
(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha Pembelaan Negara)
SISWOKO
K6407047
(2)
commit to user
ii
Oleh
SISWOKO
K6407047
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
DENGAN KEMAMPUAN
CIVIC VIRTUE
PADA SISWA KELAS IX
SMP NEGERI 4 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2010/2011
(3)
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi telah ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pesetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. ES. Ardinarto,MPd
Drs.Hassan Suryono, SH,MPd,MH
(4)
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Senin
Tanggal : 27 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
:
Drs.Machmud Al Rasyid,SH,MSi
1 ………
Sekertaris
: Drs.H.Utomo,MPd
2. ………
Anggota I
: Drs.ES Ardinarto,MPd
3. ………
Anggota II
: Drs.Hassan Suryono,SH,MPd,MH
4. ………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah,MPd
NIP. 19600727 198702 1 001
(5)
commit to user
v
ABSTRAK
Siswoko.
HUBUNGAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU DENGAN KEMAMPUAN
CIVIC VIRTUE
PADA
SISWA KELAS IX SMP NEGERI 4 TAWANGSARI TAHUN AJARAN
2010/2011(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2010
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang
positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru
dengan kemampuan
civic virtue
pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari tahun
ajaran 2010/2011(kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha
pembelaan negara)
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari tahun ajaran
2010/2011 yang berjumlah 146 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah
proporsional random sampling
sejumlah 48 siswa
(dibulatkan). Teknik pengumpulan data menggunakan angket yaitu jenis angket
tertutup berbentuk pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah
koefisien
Product Moment
, uji keberartian hubungan dan regresi sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan yang positif
dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan
kemampuan
civic virtue
pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari tahun ajaran
2010/2011(kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan
negara), yang dibuktikan dengan besarnya r
xylebih besar r
tabelatau 0,374 > 0.284,
sedangkan signifikansi atau keberartian hubungan kedua variabel dibuktikan dengan
harga
t
hitunglebih besar
t
tabelatau 2,735
> 1,684. Sumbangan (kontribusi) variabel X
terhadap variabel Y sebesar 14,02 % dan sisanya ditentukan faktor lain. Kemudian
mengenai naik turunnya atau besar kecilnya kemampuan
civic virtue
dapat diprediksi
(6)
commit to user
vi
ABSTRACT
Siswoko.CORRELATION BETWEEN STUDENTS PERCEPTION ABOUT
TEACHER PROFESIONAL COMPETENCE WITH CIVIC VIRTUE ABILITY
TOWARD STUDENT
’S
OF GRADE ELEVEN SMP NEGERI 4 TAWANGSARI
IN ACADEMIC YEAR 2010/2011(Basic Competence: Menampilkan Peran Serta
Dalam Usaha Pembelaan Negara). Thesis, Surakarta : Teacher Training and
Education faculty. Surakarta Sebelas Maret University, December 2010.
The aim of this research is to find out whether or not there is significant
positive correlation between students perception about teacher profesional
competence with civic virtue ability to eleven grade students SMP Negeri 4
Tawangsari in academic year 2010/2011(Basic Competence: Menampilkan Peran
Serta Dalam Usaha Pembelaan Negara)
This research is used quantitative correlation method. The population is all
students of grade eleveen SMP Negeri 4 Tawangsari in academic year 2010/2011.
That all the number of students are 146. The technique of sampling used by the writer
in this research is proporsional random, numbered 48 students. The technique of
collecting data is used questionaire which in the form of multiple choice. The data
analysis technique that is used is that the coeficien of product moment, meaningful
test relation and simple regression.
Based on the result of this research, it can be concluded that there is
positive and significant correlation between students perception about teacher
profesional competence with civic virtue ability to eleven grade students SMP Negeri
4 Tawangsari in academic year 2010/2011 (basic competence: menampilkan peran
serta dalam usaha pembelaan negara ), that is proved with r
xymore than r
tableor
0,374 > 0,284, meanwhile the significant or meaningful relation of both variable is
proved with price t
countmore than t
tableor 2,35 > 1,684. The contribution of X
variable about statistic ability of civic virtue can be predict through the line
equivalent
Ŷ = 32,063 + 0,37
1X.
(7)
commit to user
vii
MOTTO
”Objek pendidikan adalah pembentukan karakter. Dan tujuan pendidikan yang luhur
bukanlah pengetahuan,
melainkan tindakan.”
( Herbert Spencer )
”Ilmu itu bagaikan air jernih yang mengalir, apabila disampaikan dengan di
sertai
pengamalan”
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ayah dan ibu tercinta,yang tak
henti-hentinya memeras keringat
demi membahagiakan kedua
putranya
Adik tersayang, teruslah belajar
Seluruh kerabat dan keluarga
Teman-teman seperjuangan PPKn
terutama angkatan 2007, terima
kasih atas kenangannya
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayah dan ibu tercinta, yang tak
henti-hentinya memeras keringat demi
membahagiakan kedua putranya
Adik tersayang, teruslah belajar
Seluruh kerabat dan keluarga
Teman-teman seperjuangan PPKn
terutama angkatan 2007, terima kasih
atas kenangannya
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul ”Hubungan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional G
uru
Dengan Kemampuan
Civic Virtue
Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari
Tahun Ajaran 2010/2011(Kompetensi Dasar :Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara)”
.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari prasyarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Selama penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, MPd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penulisan skripsi;
2.
Drs. Saiful Bachri, MPd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang telah memberikan persetujuan skripsi;
3.
Dr. Sri Haryati, MPd, Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4.
Drs.
ES.
Ardinarto,MPd,
Pembimbing
I
yang
telah
memberikan
bimbingan,arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan lancar;
5.
Drs. Hassan Suryono, SH MPd MH, Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan,arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan lancar;
(10)
commit to user
x
6.
Rima Vien PH, SH, MH, Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan,arahan serta motivasi dalam belajar;
7.
Suyono,SH,MH, Kepala bidang Penelitian dan Pengembangan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo yang telah
memberikan izin penelitian untuk penyusunan skripsi;
8.
Drs. Sriyono, Kepala SMP Negeri 4 Tawangsari yang telah memberikan izin
penelitian untuk penyusunan skripsi;
9.
Drs. Santoso, Guru Pendidikan Kewarganegaran SMP Negeri 4 Tawangsari yang
dengan sabar dan senang hati membantu dalam pengumpulan data yang penulis
perlukan dalam penyusunan skripsi;
10.
Siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari yang telah membantu dalam
pengumpulan data yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi;
11.
Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis berdoa, semoga amal kebaikan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan karena keterbatasan
penulis. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat
menambah wawasan bagi para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Desember 2010
(11)
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PENGAJUAN ...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iv
ABSTRAK ...
v
ABSTRAC
...
vi
MOTTO ...
vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ...
ix
DAFTAR ISI ...
xi
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang Masalah ...
1
B. Identifikasi Masalah ...
4
C. Pembatasan Masalah ...
5
D. Perumusan Masalah...
5
E. Tujuan Penelitian ...
5
F. Manfaat Penelitian ...
6
BAB II LANDASAN TEORI ...
7
A. Tinjauan Pustaka ...
7
1. Tinjauan Tentang Persepsi Siswa mengenai Kompetensi Profesional
Guru ...
7
a. Pengertian Persepsi Siswa ...
7
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...
8
c. Pengertian Kompetensi Guru ...
10
d. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ...
12
e. Definisi Konseptual Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru ...
14
(12)
commit to user
xii
f. Definisi Operasional Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru ...
14
2. Tinjauan Tentang Kemampuan
Civic Virtue
...
14
a. Pengertian Kemampuan ...
14
b. Pengertian
Civic Virtue
...
15
1)
Civic Disposition
...
15
2)
Civic Commitments
...
16
c. Kompetensi Dasar Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara ...
17
1) Contoh Tindakan Usaha Pembelaan Negara ...
17
2) Partisipasi Dalam Usaha Pembelaan Negara Di Lingkungan ...
19
d. Definisi Konseptual Kemampuan
Civic Virtue
...
21
e. Definisi Operasional Kemampuan
Civic Virtue
...
21
B. Kerangka Berpikir ...
22
C. Hipotesis ...
24
BAB III METODOLOGI ...
25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...
25
1. Tempat Penelitian...
25
2. Waktu Penelitian ...
25
B. Metode Penelitian ...
26
1. Pengertian Metode Penelitian ...
26
2. Jenis-Jenis Metode Penelitian ...
26
C. Populasi dan Sampel ...
27
1. Populasi Penelitian ...
27
2. Sampel Penelitian ...
28
3. Teknik Pengambilan Sampel...
29
D. Teknik Pengumpulan Data ...
30
E. Teknik Analisis Data ...
38
(13)
commit to user
xiii
2. Uji Prasyarat Analisis ...
39
3. Menguji Hipotesis ...
43
BAB IV HASIL PENELITIAN ...
45
A. Deskripsi Data ...
45
B. Uji Prasyaratan Analisis ...
48
1. Uji Normalitas Data ...
48
2. Uji Linier dan Keberartian Regresi Linier ...
48
C. Pengujian Hipotesis ...
50
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...
51
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...
54
A. Kesimpulan ...
54
B. Implikasi ...
54
C. Saran ...
55
DAFTAR PUSTAKA ...
56
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ...
25
Tabel 2. Skala Jawaban dan Bobot menurut Skala
Likert
...
35
Tabel 3. Interpretasi Koefisien Korelasi ...
38
Tabel 4. Jumlah Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari Tahun 2010 ...
45
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Variabel Persepsi Siswa Mengenai
Kompetensi Profesional Guru (X) ...
47
(15)
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir ...
23
Gambar 2. Grafik Histrogram Data Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru (X) ...
47
(16)
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nama Responden Uji Coba Angket ...
60
Lamipran 2. Kisi-kisi Uji Coba Angket Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru ...
61
Lampiran 3. Kisi-kisi Uji Coba Angket Kemampuan
Civic Virtue
(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara) ...
62
Lampiran 4. Angket Uji Coba Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional
Guru Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara) ...
64
Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Angket Siswa Mengenai
Kompetensi Profesional Guru ...
78
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Validitas Angket Variabel Persepsi Siswa
Mengenai Kompetensi Profesional Guru(X) dan Perhitungan
Reliabilitas Angket Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru(X) ...
84
Lamipran 7. Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian Angket Kemampuan
Civic
Virtue
(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara) ...
86
Lampiran 8. Contoh Perhitungan Validitas Angket Variabel Kemampuan
Civic
Virtue
dan Perhitungan Reliabilitas Angket Variabel Kemampuan
Civic Virtue
...
96
Lampiran 9. Daftar Nama Responden Angket Penelitian ...
98
Lampiran 10.Kisi-kisi Angket Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional
Guru (X) ... 100
Lampiran 11. Kisi-kisi Angket Kemampuan
Civic Virtue
(17)
commit to user
xvii
Pembelaan Negara) ... 101
Lampiran 12. Angket Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional Guru
Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha
Pembelaan Negara) ... 103
Lampiran 13. Pengubahan Data Mentah Menjadi Data Baku / Menaikkan Data
Ordinal Menjadi Data Interval ... 113
Lampiran 14. Data Induk Penelitian ... 116
Lampiran 15. Uji Normalitas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru (X) ... 118
Lampiran 16. Uji Normalitas Variabel Kemampuan
Civic Virtue
... 121
Lampiran 17. Uji Linieritas Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Y) ... 124
Lampiran 18. Uji Keberartian Regresi Linier Variabel Persepsi Siswa
Mengenai Kompetensi Profesional Guru Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Y) ... 127
Lampiran 19. Uji Korelasi Variabel Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru (X) Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Y) ... 131
Lampiran 20. Menghitung Besarnya Sumbangan (Kontribusi) Variabel (X)
Terhadap Variabel (Y) ... 133
Lampiran 21. Uji Keberartian Koefisien Kerelasi Variabel Persepsi Siswa
Mengenai Kompetensi Profesional Guru (X) Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Y) ... 133
Lampiran 22. Regresi Sederhana Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru (X) Dengan Kemampuan
Civic Virtue
(Y) ... 134
Lampiran 23 Form Pengajuan Judul Skripsi ... 142
Lampiran 24. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 143
Lampiran 25. Surat Keputusan Dekan Ijin Skripsi ... 144
(18)
commit to user
xviii
Lampiran 27. Surat Permohonan Penelitian Kepada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo ... 146
Lampiran 28. Surat Izin Penelitian / Survey Penelitian Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo ... 147
Lampiran 29. Surat Keterangan Selesai Penelitian di SMP Negeri 4 Tawangsari ... 148
(19)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.Hal ini berdasarkan Pasal 3 Undang ± Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas maka dibutuhkan tenaga pendidik salah satunya yakni guru. Berdasarkan pasal 1 Undang ± Undang Nomor 14
7DKXQ WHQWDQJ *XUX GDQ 'RVHQ \DQJ EHUEXQ\L ´*XUX DGDODK SHQGLGik
profesional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menenJDK´+al tersebut ini menunjukkan bahwa kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.
Dalam kompetensi profesional guru, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan penguasaan materi yang luas dan mendalam yang memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas sebagai suatu profesi maka guru wajib untuk menguasai kompetensi profesional.
Sementara itu berdasarkan Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, disebutkan bahwa salah satu ruang lingkup kompetensi profesional adalah mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.Berdasarkan hal tersebut maka kompetensi profesional seorang guru dalam hal ini kemampuan guru dalam
(20)
mengembangkan materi pembelajaran dituntut untuk kreatif dalam mengajar. Hal ini dapat terlihat dari cara guru mengajar dengan melakukan variasi dalam setiap kegiatan belajar. Lebih lanjut kreatifitas guru dalam mengembangkan materi pelajaran menciptakan suasana yang kondusif dan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Mengingat arti penting kompetensi profesional dalam mencapai keberhasilan belajar maka kompetensi profesional wajib dimiliki oleh guru.
Namun pada saat ini masih diketemukan guru yang berpandangan bahwa mengajar berarti menyampaikan materi pembelajaran, cenderung untuk bersikap konservatif atau cenderung mempertahankan cara mengajar dengan hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini penulis ketahui berdasarkan wawancara dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menegah Pertama Negeri 4 Tawangsari. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa guru hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran tanpa menggunakan mengolah materi pelajaran secara kreatif sehingga menjadi monoton dan membosankan. Sebaliknya, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah upaya memberi kemudahan belajar, selalu mempertanyakan apakah tugas mengajar yang dilaksanakan sudah berupaya memberi kemudahan bagi peserta didik untuk belajar. Guru yang demikian itu biasanya selalu melihat hasil belajar peserta didik sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan tugas. Hasil belajar peserta didik dijadikan balikan untuk menilai keberhasilan dirinya dalam mengajar. Berdasarkan balikan itu selalu diupayakan untuk memperbaiki, sehingga kualitas atau mutu keberhasilannya selalu meningkat
.
%HUGDVDUNDQ KDVLO SHQHOLWLDQ ´3RWUHW 3URIHVLRQDOLWDV *XUX .RWD Yogyakarta dalam Kegiatan Belajar MenJDMDU´\DQJGLODNXNDQMDULQJDQ3HQHOLWLDQ Pendidikan Kota Yogyakarta (JP2KY) awal tahun 2010 menunjukkan, 75 persen guru peserta penelitian belum menmggunakan media pembelajaran dalam PHQJDMDU ´%HQGD-benda yang ada di dalam kelas saja belum banyak dimanfaatkan untuk alat bantu mengajar, apalagi menyiapkan media pembelajaran
GDUL UXPDK´ WXWXU 8MDQJ )DKPL SHQHOLWL -3.< GL
(21)
Para guru sepatutnya menyadari, bahwa menduduki jabatan profesional sebagai guru, tidak semata-mata menuntut pelaksanaan tugas sebagaimana adanya, tetapi juga memperdulikan apa yang seharusnya dicapai dari pelaksanaan tugasnya. Dengan adanya keperdulian terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam melaksanakan tugas, dapat diharapkan tumbuh sikap inovatif, yaitu kecenderungan untuk selalu berupaya memperbaiki hasil yang selama ini telah dicapai, sehingga tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya selalu dilaksanakan dan diupayakan untuk selalu meningkat.
Selain itu guru masih kurang mengikuti perkembangan teknologi, dengan adanya berbagai perkembangan dalam dunia pendidikan dapat meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah, jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan biasanya menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan mendukung. Sarana dan prasarana itu tidak harus berupa berbagai peralatan yang canggih, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang memungkinkan untuk diwujudkan. Betapa pun lengkap dan canggihnya sarana yang tersedia, jika masih ada masalah-masalah seperti gurunya konservatif tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi serta motivasi untuk meningkatkan kinerja lemah, maka ada kecenderungan pengadaan sarana dan prasarana kurang bermanfaat. Sebaliknya, jika masalah-masalah itu dapat diatasi, sarana dan prasarananya terbatas, maka tidak akan mendukung keberhasilan pendidikan atau pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk menjadi guru yang profesional maka dituntut untuk yang bukan hanya menguasai Proses Belajar Mengajar tetapi juga penguasaan pengetahuan yang luas dan mendalam sesuai bidangnya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dalam kemajuan pendidikan selain itu penguasaan terhadap IPTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan belajar siswa.
Fenomena guru kurang profesional diatas pada guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menegah Pertama Negeri 4 Tawangsari, hal ini
(22)
diketahui setelah penulis melakukan observasi dan wawancara dengan siswa sekolah tersebut dan dari observasi dan wawancara tersebut penulis menyimpulkan bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menegah Pertama Negeri 4 Tawangsari kurang memiliki kompetensi profesional. Hal ini ditunjukkan dapat ditunjukkan dengan guru kurang dapat mengolah materi pelajaran secara kreatif, guru cenderung berpandangan bahwa mengajar hanya menyampaikan materi pelajaran hal ini dikarenakan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak dimasukkan dalam ujian nasional, sehingga tanggung jawab guru Pendidikan Kewarganegaraan tidak berat seperti mata pelajaran lain yang dimasukkan dalam ujian nasional. sehingga kegiatan belajar menjadi monoton dan siswa kurang aktif dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan serta siswa cenderung menggagap sepele pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Padahal keberhasilan belajar siswa harus dilihat dari kemampuan kognitif,afektif dan psikomotorik.
Tak terkecuali dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mana salah satu kemampuan siswa dalam belajar Pkn yakni kemampuan afektif, dalam hal ini kemampuan civic virtue. Hal ini dapat terwujud dalam penaatan terhadap tata tertib sekolah. Namun pada kenyataannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Tawangsari masih diketemukan siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah misalnya memakai celana dibawah lutut, merokok di lingkungan sekolah. Hal ini menunjukkan masih kurangnya kemampuan civic
virtue siswa. sehingga kompetensi profesional kemungkinan memberikan
dampak terhadap kemampuan civic virtue siswa.
Dengan adanya tuntutan guru untuk memiliki kompetensi profesional sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka seharusnya guru Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menegah Pertama Negeri 4 Tawangsari mengolah materi pelajaran secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian materi pelajaran yang bervariasi dengan pengembangan model pembelajaran yang tepat dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan
(23)
menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Bertolak dari uraian diatas maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue dengan judul ´+XEXQJDQ SHUVHSVL VLVZD PHQJHQDL NRPSHWHQVL SURIHVLRQDO JXUu
dengan kemampuan civic virtue pada siswa kelas IX SMP Negeri 4
Tawangsari tahun ajaran 2010/2011(Kompetensi dasar : menampilkan peran
VHUWDGDODPXVDKDSHPEHODDQQHJDUD´.
B. Indetifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat penulis indentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kompetensi profesional guru yang rendah menjadi penghambat keberhasilan belajar.
2. Persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru kemungkinan berhubungan dengan kemampuan afektif siswa.
3. Persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru kemungkinan berpengaruh dengan kemampuan civic virtue.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan peneliti agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Dari sekian permasalahan yang sebagaimana tersebut diatas. Peneliti membatasi pada masalah nomor 3, yaitu Persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru kemungkinan berpengaruh dengan kemampuan civic virtue.
Agar mengarah pada permasalahan yang diteliti, dibawah ini dikemukakan pembatasan sebagai berikut:
1. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah Siswa Kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari Tahun Ajaran 2010/2011
(24)
2. Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah:
a. Persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru (sebagai variabel X) b. Kemampuan civic virtue (sebagai variabel Y)
c. Kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara (sebagai materi acuan untuk mengukur kemampuan civic virtue)
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas maka dapat peneliti merumuskan masalah : Adakah hubungan yang positif dan signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue
pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari tahun ajaran 2010/2011(kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue
pada siswa kelas IX SMP Negeri 4 Tawangsari tahun ajaran 2010/2011(kompetensi dasar: menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara).
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya mengenai hubungan persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue.
(25)
b. Menjadi pedoman dan bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan pada siswa agar giat belajar untuk mendapatkan keberhasilan belajar.
b. Memberikan masukan pada siswa untuk membangun kemampuan civic virtue.
c. Memberikan masukan pada guru untuk meningkatkan kompetensi profesional.
(26)
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional Guru
a. Pengertian Persepsi Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud
,
2005:647) menyatakan bahwa ³3ersepsi berarti tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan juga berarti proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya´6HMDODQLWXPHQXUXW El Zul Fajri,dkk dalam Kamus Lengkap %DKDVD ,QGRQHVLD PHQ\DWDNDQ EDKZD ³3HUVHSVL PHUXSDNDQ WDQJJDSDQODQJVXQJDWDVVHVXDWX´Selain itu menurut Gitosudarmo yang dikutip oleh Sopiah (2008 : 18) : ³3HUVHSVL VHEDJDL VXDWX SURVHV PHPSHUKDWLNDQ GDQ PHQ\HOHNVL PHQJRUJDQLVDVLNDQ GDQ PHQDIVLUNDQ VWLPXOXV OLQJNXQJDQ´ 6HMDODQ GHQJDQ LWX PHQXUXW 0LIWDK 7KRKD PHQJDWDNDQ EDKZD ³3HUVHSVL SDGD hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
6HGDQJNDQ:DUNLWULGNNPHQJDWDNDQEDKZD³3HUVHSVLDGDODK pengamatan dan penilaian seseorang terhadap objek,peristiwa dan realitas kehidupan,baik itu melalui proses kognisi atau afeksi untuk membentuk NRQVHS WHUVHEXW /HELK ODQMXW GLNDWDNDQ EDKZD ³3HUVHSVL \DQJ VHKDW mempengaruhi pengolahan pengalaman dan belajar dalam kehidupan terus-menerus, meningkatkan keaktifan,kedinamisan dan kesadaran terhadap OLQJNXQJDQQ\D´
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan langsung atas sesuatu yang berupa penilaian baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman terhadap objek,peristiwa dan realitas kehidupan.
(27)
Dari pengertian diatas maka dapat diambil pengertian bahwa persepsi berkaitan dengan pemberian makna/penilaian mengenai sesuatu dengan panca indra. Dengan demikian seseorang akan mempunyai persepsi yang beraneka ragam terhadap suatu objek. Hal ini dapat dipahami mengingat stimulus yang sama sekalipun dapat mengakibatkan penglihatan yang berbeda terhadap suatu objek.
Hal ini terjadi pula pada siswa mengenai pembelajaran guru, yang mana guru mengajar maka siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh indranya. Melalui persepsi itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan-tiundakan yang mengarah tercapainya kemampuan dalam belajar.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan persepsi siswa adalah tanggapan langsung atas sesuatu yang berupa penilaian melalui panca indra baik lewat pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman terhadap objek,peristiwa dan realitas kehidupan dalam proses belajar siswa.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Sondang P. Siagian secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang: Pertama: diri orang yang bersangkutan sendiri. Kedua: sasaran persepsi tersebut. Ketiga: faktor situasi (Sondang P. Siagian,1989: 100-105).
Sedangkan menurut Gitosudarmo yang dikutip oleh Sopiah (2008 : 18-19) menyebutkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi,diantaranya:
a) Ukuran, dimana semakin besar atau semakin kecil ukuran suatu objek fisik maka akan semakin dipersepsikan
b) Intensitas, dimana semakin tinggi tingkat intensitas suatu stimulus maka semakin besar kemungkinannya untuk dipersepsikan
c) Frekuensi, dimana semakin sering frekuensi suatu stimulus maka akan semakin dipersepsikan orang.
d) Kontras, dimana stimulus yang kontras/mencolok dengan lingkungannya akan semakin dipersepsi orang.
e) Gerakan, dimana stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan dipersepsikan orang dibanding stimulus yang gerakannya kurang.
(28)
f) Perubahan, dimana stimulus yang berubah-ubah akan menarik untuk diperhatikan dibandingkan stimulus yang tetap.
g) Baru, dimana suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang disbanding stimulus lama
h) Unik, dimana semakin unik suatu objek atau kejadian maka akan semakin menarik orang lain untuk memperhatikannya.
Selain itu menurut Miftah Thoha (1994: 150) mengemukakan bahwa: ³%HEHUDSD IDNWRU GDUL GLUL VHVHRUDQJ \DQJ PHPSHQJDUXKL SURVHV VHOHNVL persepsi antara lain : proses belajar (learning), moWLYDVLGDQNHSULEDGLDQQ\D´
Berdasarkan hal tersebut maka dapat asumsikan bahwa persepsi memiliki kaitan dengan belajar siswa. Sedangkan menurut Sopiah (2008:22) mengemukakan bahwa :
Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar yang dilakukan melalui suatu pengamatan dan pengalaman secara langsung. Proses belajar seseorang pada umumnya dialami melalui pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungan, misalnya guru, orang tua, teman, tasan, tayangan TV,mendengarkan radio dan seterusnya.
Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:25) yang mengutip SHQGDSDW 7KRUQGLNH PHQJDWDNDQ EDKZD ³-DGL PHQXUXW 7KRUQGLNH GDVDU GDUL belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls XQWXNEHUWLQGDN´
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa persepsi dapat dikaitkan dalam proses belajar siswa mengenai sesuatu yang ditangkap melalui pancaindra, salah satunya pengamatan terhadap guru dalam proses pembelajaran sebagai sasaran persepsi.
c. Pengertian Kompetensi Guru
Menurut Syaiful Sagala PHQJDWDNDQ EDKZD ´.RPSHWHQVL pada hakekatnya menggambarkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direfleksikan dalam kebiasaan
EHUSLNLUGDQEHUWLQGDN´6HGDQJNDQPHQXUXW0XO\DVDPHQ\atakan
(29)
pengetahuan,keterampilan,nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan EHUSLNLUGDQEHUWLQGDN´
Sedangkan menurut Kiymet Selvi dalam tulisan yang berjudul Teachers'
Competencies Cultura yang termuat dalam International Journal of
Philosophy of Culture and Axiology, vol. VII, no. 1/2010 mengatakan bahwa
³Competencies are defined as the set of knowledge, skills, and experience
necessary for future, which manifests in activities´.RPSHWHQVLGLGHILQLVLNDQ
sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan untuk masa depan, yang mewujud dalam kegiatan).
Sejalan dengan itu Gupta yang dikutip oleh Kiymet Selvi dalam
International Journal of Philosophy of Culture and Axiology, vol. VII, no.
1/2010 PHQ\DWDNDQ EDKZD ³GHILQH FRPSHWHQFLHV DV ³NQRZOHGJH VNLOOV
attitudesvalues, motivations and beliefs people need in order to be successful
LQDMRE´ (kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai, motivasi dan keyakinan orang butuhkan untuk menjadi sukses dalam kompetensi kerja).
Selain itu menurut McAshan yang dikutip oleh Mulyasa (2006 : 38) mengemukakan bahwa kompetensi :´LV D NQRZOHGJH VNLOO DQG DELOLW\ RU
capability or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or or she can satisfactorlly perform particular
FRJQLWLYH DIIHFWLYH DQG SV\FKRPRWRU EHKDYLRUV´ dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Sejalan dengan itu, Frich & Crunkilton dalam Mulyasa (2006 : 38)
PHQJDUWLNDQ ´.RPSHWHQVL VHEDJDL penguasaan terhadap suatu
tugas,keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan WHUWHQWX´
(30)
Abdurrahman Kilic dalam International Journal of Instruction January
2010 Vol.3, No.1 dalam http://www.e-iji.net/dosyalar/iji_2010_1_5.pdf
mengemukakan:
Teachers who will guide the youth and will be a factor in shaping the future should possess adequate competencies to perform their duties. When we speak of teacher competencies, what we mean is the competencies that make
DWHDFKHUHIIHFWLYH'HPLUHO(UGHQ«7HDFKHUVDUHQRWYLHZHG
as knowledge transmitters and skill models anymore; but, as facilitators in the process of learning and in creating a learning-conducive environment
(Guru yang akan membimbing pemuda dan akan menjadi faktor dalam membentuk masa depan harus memiliki kompetensi yang memadai untuk melakukan tugas mereka.. Ketika kita berbicara tentang kompetensi guru, apa yang kita maksud adalah kompetensi yang membuat seorang guru yang efektLI'HPLUHO (UGHQ «Guru tidak dipandang sebagai pemancar pengetahuan dan keterampilan model lagi, tetapi, sebagai fasilitator dalam proses belajar dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.)
Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang GuUX GDQ 'RVHQ GLMHODVNDQ EDKZD ´.ompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimilki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas NHSURIHVLRQDODQ´
Menurut Broke dan Stone dalam Mulyasa (2006: 25) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai ´GHVFULSWLYHRINXDOLWDWLYHQDWXUHRIWHDFKHU
behavior appears to be entirely meaningful´dalam hal ini yang berarti
kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti.
Sementara Charles dalam Mulyasa (2006: 25) mengemukakan bahwa ´competency as rational performance which satisfactorily meets the objective
IRUDGHVLUHGFRQGLWLRQ´dalam hal ini kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Selain itu menurut Mulyasa (2006 :26) mengartikan bahwa :
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
(31)
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian kompetensi guru adalah kemampuan yang harus dimiliki guru yang meliputi perpaduan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak agar dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya untuk melaksanakan tugas keprofesionalan.
d. Pengertian Kompetensi Profesional Guru
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dalam pasal pasal 7 berbunyi :
Kompetensi Profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan :
a.materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
b.konsep dan metode disiplin keilmuan,teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Kemudian menurut Mulyasa (2008 :135) mengatakan bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut:
a.Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis, dan sebagainya;
b.Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik;
c.Mampu menagani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya;
d.Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; e.Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,media dan
sumber belajar yang relevan;
f.Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran; g.Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik;
(32)
Sedangkan menurut Suryadi yang dikutip Buchari Alma (2009: 133) mengatakan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut memilki lima hal :
a.Guru mempunyai komitmen pada siswa dan Proses Belajar Mengajar (PBM)
b.Guru menguasai secara mendalam mata pelajaran yang diajarkannya
c.Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar melalui berbagai cara evaluasi
d.Guru mampu berpikir sistematis
e.Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya
Menurut Ade Cahyana dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2010: 87-88) mengatakan bahwa:
Pada prinsipnya guru yang profesional adalah guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional,yang memiliki ciri-ciri antara lain :a) ahli dibidang teori dan pratek keguruan; b) senang memasuki organisaasi profesi keguruan; c) memiliki latar pendidikan keguruan yang memadai; d) melaksanakan kode etik guru; e)memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab; f) memiliki semangat untuk mengabdikan diri kepada masyarakat; g) bekerja atas panggilan hati nurani.
Selain itu menurut Oemar Hamalik (2009 :38) mengatakan bahwa guru dinilai kompeten secara profesional, apabila:
a.Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik- baiknya
b.Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil c.Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan instuksional) sekolah
d.Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.
Berdasarkan Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa kompetensi profesional guru pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK yakni sebagai berikut :
a.Menguasai materi,struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
b.Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
(33)
d.Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
e.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Sedangkan jabaran kompetensi profesional untuk guru PKn pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK adalah sebagai berikut:
1) Menguasai materi,struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
a) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
b) Memahami subtansi Pendidikan Kewarganegaran yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)
c) Menunjukkan manfaat pelajaran pendidikan kewarganegaraan
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
a) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
a) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
b) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
a) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus
b) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan
(34)
c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan
d) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi
b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru Pendidikan Kewaganegaraan merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta penguasaan dalam konsep dan metode disiplin keilmuan,teknologi, atau seni yang relevan sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic
skills) serta dapat menunjukkan manfaat pelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
e. Definisi Konseptual Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional
Guru
Persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru adalah suatu penilaian / tanggapan siswa melalui panca indra tentang kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan : 1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
2) konsep dan metode disiplin keilmuan,teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
(35)
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
f. Definisi Operasional Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional
Guru
Berdasarkan definisi konseptual maka definisi operasional persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru yakni sebagai berikut:
1) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2) Memahami subtansi Pendidikan Kewarganegaran yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)
3) Menunjukkan manfaat pelajaran pendidikan kewarganegaraan 4) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. 5) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 6) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
7) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
8) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
9) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. 10)Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. 11)Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. 12)Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
13)Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi. 14)Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan
(36)
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Civic Virtue
a. Pengertian Kemampuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,2005:546) PHQ\DWDNDQEDKZD³.HPDPSXDQEHUDUWLNHVDQJJXSDQNHFDNDSDQNHNXDWDQ´ sedangkan menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (El Zul Fajri,dkk,2003 : 546) menyatakan bahwa ³.HPDPSXDQEHUDUWLNHVDQJJXSDQNHNXDWDQXQWXN PHODNXNDQVHVXDWXNHND\DDQ\DQJGLPLOLNL´
Dari pengertian dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan atau kekuatan untuk melakukan sesuatu dalam hal ini di dalam diri siswa mengenai proses pembelajaran guru Pkn.
b. Pengertian Civic Virtue
Civic Virtue menurut Quigley dalam Udin S. Winataputra dan Dasim
Budimansyah (2007 : 60) adalah ³«WKHZLOOLQJQHVVRIWKHFitizen to set aside
private interests and personal concerns for the sake of the common good´
atau kemauan dari warganegara untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Menurut Branson (1999 : 8) mengatakan bahwa ³.RPSRQHQXWDPDcivic education yakni pengetahuan kewarganegaraan(civic
knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skills), dan watak
kewargaranegaraan (civic dispositions´
Civic Virtue merupakan domain psikososial individu yang secara
substantif memiliki dua unsur, yaitu 1. Civic Dispositions
\DNQL³«WKRVHDWWLWXGHVDQGKDELWRIPLQGRIWKHFLWL]HQWKDWDUHFRQGXFLYH
to the healthy functioning and common good of the democratic system´
atau sikap dan kebiasaan berpikir warganegara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. civility atau keadaban (hormat pada orang lain dan partisipatif dalam kehidupan masyarakat), individual responsibility atau tanggung jawab individual, self-discipline atau disiplin diri,
(37)
(terbuka, skeptis, mengenal ambiguitas), compromise (prinsip konflik dan batas-batas kompromi), toleration of diversity atau toleransi atas keberagaman, patience and persistence atau kesabaran dan ketaatan, compassion atau keterharuan, generosity atau kemurahan hati, and loyalty
to the nation and its priciples atau kesetiaan pada bangsa dan segala
aturannya.
2. Civic Commitments
yakni kesediaan warga negara untuk mengikatkan diri dengan sadar kepada ide dan prinsip serta nilai fundamental demokrasi konstitusional,
GDODP KDO LQL GL $PHULND \DQJ PHOLSXWL«popular souvereignty,
constitutional government, the rule of law, separation of powers, checks and balances, minority rights, civilian control of the military, separation of church and state, power of the purse, federalism, common good, individual rights (life, liberty: personal, political, economic, and the pursuit of happiness), justice, equality (political, legal, social, economic), diversity, truth, and patriotism. Kesemua itu adalah kedaulatan rakyat, pemerintahan konstitusional, prinsip negara hukum, pemisahan kekuasaan, kontrol dan penyeimbangan, hak-hak minoritas, kontrol masyarakat terhadap meliter, pemisahan negara dan agama, kekuasaan anggaran belanja, federalisme, kepentingan umum, hak-hak individual yang mencakup hak hidup, hak kebebasan (pribadi, politik, ekonomi,dan kebahagiaan), keadilan, persamaan (dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi), kebhinekaan, kebenaran, dan cinta tanah air.
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa kemampuan civic
virtue adalah kemauan dari warganegara untuk menempatkan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi yang meliputi sikap dan kebiasaan serta komitmen terhadap ide dan prinsip fundamental demokrasi konstitusional negara.
Selain itu menurut Supardiyo dalam http://supardiyo.wordpress.com/2009/ 06/15/pendidikan-kewarganegaraan/
(38)
Salah satu XQVXU GDUL EXGD\D NHZDUJDQHJDUDDQ DGDODK ³FLYLF YLUWXH´ DWDX kebajikan atau akhlak kewarganegaraan yang terpancar dari nilai-nilai Pancasila mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan.
Sejalan dengan hal tersebut, Udin Saripudin Winataputra dan Sumanah
Saripudin dalam http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/075/j75_01.pdf menyatakan
bahwa :
³FLYLF YLUWXH´atau kebajikan atau akhlak kewarganegaraan. Kabajikan itu sepenuhnya harus terpancar dari nilai-nilai Pancasila yang secara substantif mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan multikultural. Semua unsur akhlak kewarganegaraan itu diyakini akan saling memupuk dengan kehidupan ³FLYLF FRPPXQLW\´atau ³FLYLO VRFLHW\´atau masyarakat madani untuk Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dengan kata lain, tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani-Pancasila bersifat interaktif dengan tumbuh dan berkembangnya akhlak kewarganegaraan (civic virtue) yang merupakan unsur utama dari budaya kewarganegaraan yang ber-Pancasila (civic culture).
Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa civic virtue merupakan nilai ± nilai kebajikan/akhlak
kewarganegaraan yang merupakan unsur utama dari budaya kewarganegaraan yang terpancar dari nilai-nilai pancasila mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif, solidaritas, dan semangat kemasyarakatan.
c. Kompetensi Dasar Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha Pembelaan
Negara
Kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara,dapat dijabarkan sebagai berikut:
Standar Kompetensi : Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara Kompetensi Dasar : Menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara
Indikator : Menunjukkan sikap dengan berpartisipasi dalam kegiatan bela negara di lingkungannya
(39)
Dalam Buku Sekolah Elektonik (BSE) pengarang A.T.Sugeng Priyanto,dkk.(2008.24-31) materi peran serta dalam usaha pembelaan negara, diuraikan sebagai berikut :
1) Contoh Tindakan Usaha Pembelaan Negara
Keikutsertaan setiap warga negara dalam usaha pembelaan negara bukan hanya merupakan hak tetapi juga kewajiban yang harus dipenuhi. Tingkatan kewajiban tersebut bervariasi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing.
Upaya membela negara yang paling nampak diperankan oleh TNI sejak perang kemerdekaan sampai masa reformasi saat ini. Contoh-contoh tindakan upaya membela negara yang dilakukan TNI antara lain menghadapi ancaman agresi Belanda, menghadapi ancaman gerakan federalis dan separatis APRA, RMS, PRRI/PERMESTA, Papua merdeka, separatis Aceh (GSA), melawan PKI, dan DI/TII. Demikian pula POLRI telah melakukan upaya membela negara terutama yang berkaitan dengan ancaman yang menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat seperti kerusuhan, penyalahgunaan narkotika, konflik komunal, dan sebagainya. Hal-hal tersebut jika dibiarkan akan menggangu keselamatan bangsa dan negara. Sekarang mari kita kaji contoh-contoh tindakan yang menunjukkan upaya membela negara yang dilakukan warga negara selain TNI dan POLRI
Dilihat dari aspek historis perjuangan bangsa indonesia, terdapat beberapa contoh tindakan usaha pembelaan negara yang dilakukan komponen rakyat diantaranya:
a) Kelaskaran yang kemudian dikembangkan menjadi barisan cadangan pada periode perang kemerdekaan ke-I
b) Pada periode perang kemerdekaan ke-II ada organisasi Pasukan Gerilya Desa (Pager Desa) termasuk mobilisasi pelajar (Mobpel) sebagai bentuk perkembangan dari barisan cadangan;
(40)
c) Pada tahun 1958 ± 1960 muncul oganisasi Keamanan Desa (OKD) dan Organisasi Perlawanan Rakyat (OPR) yang merupakan bentuk kelanjutan Pager Desa;
d) Pada tahun 1961 dibentuk Pertahanan sipil, perlawanan rakyat, Keamanan rakyat sebagai bentuk penyempurnaan dari OKD/ OPR e) Perwira Cadangan yang dibentuk sejak tahun 1963.
f) Kemudian berdasarkan UURI Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan±ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (telah diganti dengan UURI Nomor 3 Tahun 2002) ada organisasi yang disebut Rakyat Terlatih dan anggota Perlindungan Masyarakat (LINMAS).
Selain itu, terdapat pula tindakan upaya membela negara yang dilakukan secara berencana melalui organisasi profesi, seperti antara lain Tim SAR untuk mencari dan menolong korban bencara alam, PMI, dan para medis. Selain melalui kegiatan organisasi profesi, tindakan upaya membela negara dapat dilakukan melalui sekolah (khususnya melalui PKN) misalnya pembinaan sikap dan prilaku nasionalisme, patriotisme, dan membela kebenaran dan keyakinan pada Pancasila dan UUD 1945.
2) Partisipasi Dalam Usaha Pembelaan Negara Di Lingkungan
Berdasarkan Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi :
³7LDS-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
SHUWDKDQDQ GDQ NHDPDQDQ QHJDUD´ 6HODLQ LWX PHQXUXWUndang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menegaskan bahwa
GDODP SDVDO \DQJ EHUEXQ\L³3ertahanan negara berfungsi untuk
mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik ,QGRQHVLD VHEDJDL VDWX NHVDWXDQ´Sedangkan yang dimaksud dengan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan, bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan ancaman terhadap seluruh wilayah dan menjadi tanggung jawab segenap bangsa.
(41)
Adapun bentuk partisipasi warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya antara lain melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan (Siskamling),ikut serta menanggulangi akibat bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan konflik komunal. Dalam kehidupan masyarakat terdapat organisasi yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat yaitu
a) Perlindungan Masyarakat (Linmas)
Linmas mempunyai fungsi untuk menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam atau bencana lainnya maupun memperkecil akibat malapetaka yang menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda b) Keamanan Rakyat (Kamra)
Keamanan rakyat merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat
c) Perlawanan Rakyat (Wanra)
Wanra merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan
d) Pertahanan Sipil (Hansip)
Hansip merupakan kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan pokok unsur-unsur perlindungan masyarakat dimanfaatkan dalam menghadapi bencana akibat perang dan bencana alam serta menjadi sumber cadangan nasional untuk menghadapi keadaan luar biasa
Partisipasi dalam penyelenggaraan pertahanan negara dapat diwujudkan dalam tindakan upaya bela negara seperti tersebut diatas. Dengan demikian, partisipasi warga negara dalam membela lingkungan tidak lain merupakan bagian dari usaha pembelaan negara.
d. Definisi Konseptual Kemampuan Civic Virtue
Kemampuan civic virtue adalah kesanggupan / kemauan dari warganegara untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Kemampuan civic virtue dalam kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara diartikan sebagai nilai kebajikan siswa dalam
(42)
hal kesanggupan / kemauan dari siswa untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dalam kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara.
e. Definisi Operasional Kemampuan Civic Virtue
Berdasarkan definisi konseptual diatas maka definisi operasional kemampuan
civic virtue dalam kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha
pembelaan negara adalah sebagai berikut :
1) Civic dispositions ( Karakter Kewarganegaraan ) dalam bela negara a) Tanggung jawab individual sebagai warga negara
b) Disiplin diri dalam berpartisipasi membela negara c) Kehendak mendahulukan kepentingan bersama
d) Kemauan untuk berkompromi demi kepentingan umum e) Kesabaran dalam menghadapi konflik
f) Toleransi trerhadap keberagaman g) Solidaritas dalam membela negara h) Setia pada negara dan segala aturannya
2) Civic commitments ( Komitmen Kewarganegaraan ) dalam bela negara
a) Keadilan dalam bertindak b) Menjunjung kesetaraan
c) Keberanian membela kebenaran d) Rela berkorban
e) Semangat kebersamaan f) Cinta tanah air
3. Tinjauan Tentang Hubungan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi
Profesional Guru dengan Kemampuan CivicVirtue
Proses belajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan pula oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa seorang guru
(43)
dituntut untuk menguasai empat kompetensi guru, salah satunya adalah kompetensi profesional. yakni guru dituntut untuk memilki kemampuan yang luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing perserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan belajar. Kemampuan siswa dalam belajar merupakan kecakapan seorang peserta didik yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang ditunjukkan melalui hasil belajarnya. Ada tiga ranah (aspek) yang terkait dengan kemampuan siswa dalam belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
Menurut teori Rangsang Balas untuk menerangkan sikap ( stimulus-response theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat (
reiforcement-theory) yang dikemukan oleh Daryl Beum dalam Sarlito Wirawan Sarwono
(2008:19-23) terdapat empat asumsi dasar yakni:
a. Setiap tingkah laku, baik yang verbal maupun sosial, merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi (menggambarkan) sikap, sistem kepercayaan, dorongan,kehendak, ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu.
b. Rangsang dan tingkah laku-balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku.
c. Prinsip-prinsip hubungan rangsang-balas sangat bervariasi tergantung lingkungan.
d. Dalam analisis tentang tingkah laku perlu dihindari diikutisertakannya keadaan-keadaan internal yang terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul.
Berdasarkan asumsi-asumsi dasar tersebut, Beum menyatakan bahwa dalam interaksi sosial terjadi dua macam hubungan fungsional,pertama adalah hubungan fungsional dimana terdapat kontrol penguat (reinforcement control), yaitu jika tingkah laku balas (response) ternyata menimbulkan penguat (reinforcement) yang bersifat ganjaran (reward). Dalam hal ini ada-tidaknya atau banyak sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku-balas.
(44)
Hubungan fungsional yang kedua terjadi jika tingkah laku-balas hanya mendapat ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu. Hubungan fungsional ini hanya terjadi jika terdapat kontrol diskriminatif (discriminative control) yang menimbulkan tingkah laku tertentu sebelum mendapatkan ganjaran (reward). Hal ini disebut tact, kemudian tact lama-lama menjadi kepercayaan (belief) yang selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal.
Kumpulan kepercayaan terhadap suatu hal akan menyebabkan timbulnya sikap (attitude) tertentu. Semakin besar kepercayaan orang lain kepada seseorang maka akan semakin kuat pengaruhnya untuk mengubah tingkah laku atau sikap orang lain tersebut.
Berdasarkan teori diatas maka dapat dihubungkan dengan proses belajar siswa di kelas. Ketika guru dalam mengajar, siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh indranya, melalui persepsi itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan ± tindakan yang mengarah tercapainya kemampuan dalam belajar. Hal ini terdapat kontrol penguat (reinforcement control), yang menimbulkan penguat (reinforcement) dari diri siswa terhadap guru mengenai kemampuan guru yang berupa ganjaran yakni tindakan-tindakan kearah pencapaian kemampuan belajar. Dalam hal ini kemampuan guru yang dimaksud adalah penguasaan kompetensi profesional sedangkan kemampuan belajar siswa adalah kemampuan afektif sehingga ada-tidaknya atau banyak sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku-balas siswa dalam pencapaian keberhasilan belajar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap guru akan dapat mengarah pada pencapaian keberhasilan belajar siswa. Salah satu aspek indikator keberhasilan siswa adalah aspek afektif, sedangkan salah satu contoh aspek afektif adalah kemampuan civic virtue siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi siswa mengenai kompetensi professional guru berhubu ngan dengan kemampuan civic virtue siswa.
(45)
B. Kerangka Berfikir
Siswa belajar merupakan suatu proses menuju perubahan internal yang bermula dari kemampuan ± kemampuan yang lebih rendah hingga meningkat pada kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini merupakan proses yang dinamis. Proses belajar dan hasil belajar tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan pula oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Melalui pancaindra, siswa akan dapat mempersepsikan mengenai hal-hal yang ditangkap melaui indranya itu. Persepsi siswa akan memberikan respon melaui tindakan-tidakan yang mengarah tercapainya keberhasilan belajar.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelas sehingga belajar para siswa akan maksimal,dalam hal ini kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi profesional yang mana dalam kompetensi ini guru dituntut untuk memilki kemampuan yang luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing perserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. oleh karena itu, kompetensi profesional guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu gambaran bahwa persepsi siswa dalam belajar mempunyai hubungan dengan kemampuan siswa dalam belajar. Salah satu persersi siswa dalam belajar yakni persepsi mengenai kompetensi profesional guru dan kompetensi professional guru akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
Oleh karena itu,guru dalam mengajar, siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh inderanya, melalui persepsi itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan ± tindakan yang mengarah tercapainya kemampuan dalam belajar. Salah satu aspek indikator keberhasilan siswa adalah aspek afektif, sedangkan salah satu contoh aspek afektif adalah kemampuan civic
virtue siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi siswa mengenai
(46)
Berdasarkan hal tersebut maka dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Keterangan :
X = Persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru Y = Kemampuan civic virtue
Dari gambar tersebut diatas dapat dijabarkan bahwa guru dalam mengajar akan mendorong siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh pancaindranya, melalui persepsi itu siswa akan bereaksi.Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan ± tindakan yang mengarah tercapainya keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat ditunjukkan dengan salah satu indikatornya adalah kemampuan afektif, dalam hal ini diwujudkan dalam kemampuan civic virtue.
Oleh karena itu semakin tinggi persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru maka semakin tinggi kemampuan civic virtue siswa. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila semakin rendah persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru maka semakin rendah kemampuan civic virtue siswa.
C. Hipotesis
0HQXUXW6XKDUVLPL$ULNXQWRPHQJDUWLNDQ´+LSRWHVLVVHEDJDL suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti PHODOXL GDWD \DQJ WHUNXPSXO´ 6HGDQJNDQ PHQXUXW 5LGXZDQ PHQJHPXNDNDQ EDKZD ´6HFDUD VWDWLVWLN KLSRWHVLV GLDUWLNDQ VHEDJDL SHUQ\DWDDQ mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistic´ 6HODLQ LWX
PHQXUXW 6XJL\RQR PHQJDWDNDQ ´+LSRWHVLV PHUXSDNDQ MDZDEDQ
(47)
sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalLPDWSHUQ\DWDDQ´
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, penulis merumuskan hipotesis EDKZD ´$GD KXEXQJDQ \DQJ SRVLWLI GDQ VLJQLILNDQ SHUVHSVL VLVZD PHQJHQDL kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue pada siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Tawangsari Tahun Ajaran 2010/2011(kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan QHJDUD´
(48)
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 4 Tawangsari, alasan penulis memilih lokasi tersebut adalah :
a. Pihak SMP Negeri 4 Tawangsari memberikan respon yang baik sehingga mempermudah penelitian.
b. Lokasi tersebut tidak begitu jauh dengan tempat tinggal penulis, sehingga mempermudah penulisan maupun penghematan biaya, waktu dan tenaga dan lebih mempercepat serta memperlancar jalannya penelitian terutama dalam pengumpulan data yang diperlukan.
2. Waktu Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian ini membutuhkan waktu sekitar 7 (tujuh) bulan yaitu mulai April 2010 sampai dengan Oktober 2010, secara rinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan 2010
Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt 1 Pra Penelitian
2 Pengajuan Judul
3 Penyusunan Proposal
4 Ijin Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Data
7 Penyusunan Laporan
(49)
B. Metode Penelitian
1. Pengertian Metode Penelitian
Menurut Saifuddin Azwar (2010:1) menyatakDQ EDKZD ³3HQHOLWLDQ
(research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu
PDVDODK´ 6HGDQJNDQ PHQXUXW 6XJL\RQR PHQ\DWDNDQ ´6ecara umum
metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan NHJXQDDQWHUWHQWX´Sedangkan menurut Husnaini Usman dan Purnomo 6HWLDG\ PHQJDUWLNDQ ³0HWRGH DGDODK VXDWX SURVHGXU DWDX FDUD XQWXN mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-ODQJNDKVLVWHPDWLV´
Selain itu Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2005:1) mengemukakan EDKZD³«PHWRGH\DQJDUWLQ\DFDUD\DQJWHSDWXQWXNPHODNXNDQVHVXDWX´VHMDODQ GHQJDQ KDO LWX +DGDUL 1DZDZL PHQJDWDNDQ ³0HWRGH SDGD GDVDUQ\D EHUDUWLFDUD\DQJGLSHUJXQDNDQXQWXNPHQFDSDLWXMXDQ´
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis data sampai menyususn laporan yang digunakan peneliti guna mencapai tujuan dan kegunaan tertentu.
2. Jenis - Jenis Metode Penelitian
Menurut SaifuGGLQ $]ZDU PHQJHPXNDNDQ ³'LOLKDW GDUL pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu (a) penelitian NXDQWLWDWLI GDQ E SHQHOLWLDQ NXDOLWDWLI´ /HELK ODQMXW 6DLIXGGLQ $]ZDU menjelaskan bahwa :
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-GDWD QXPHULNDODQJND \DQJ GLRODK GHQJDQ PHWRGD VWDWLVWLND«3HQHOLWLDQ dengan pendekatan kualitaif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, demngan menggunakan logika ilmiah
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif sebab dalam penelitian ini penulis menekankan analisis pada data yang berupa angka yang diolah dengan metoda statistika.
(1)
commit to user
9) Fhitung = 7,42510)Ftabel = 4,05
Ketentuan keputusan pengujian :
Jika
F
hitungF
tabel maka tolak Ho, artinya signifikan JikaF
hitungF
tabel maka terima Ho, artinya tidak signifikan.Dari hasil tersebut diketahui Fhitung sebesar 7,425 dan telah
dikonsultasikan dengan Ftabel dengan taraf signifikasi sebesar 5%,db
pembilang = 1 dan db penyebut = n-2 = 48-2 = 46 diperoleh Ftabel sebesar 4,05
sehingga dapat diketahui bahwa Fhitung > Ftabel atau 7,425 > 4,05.
Dengan demikian keberartian regresi data tentang persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue adalah signifikan/berarti.Untuk perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran 18.
H. Pegujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan merupakan langkah untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Hipotesis diterima apabila fakta-fakta empiris atau data yang telah terkumpul mendukung pernyataan hipotesis yang telah diajukan. Dan sebaliknya ditolak apabila fakta-fakta empiris atau data yang telah terkumpul tidak mendukung pernyataan hipotesis yang telah diajukan.
Ha : Ada hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue(kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara)
Ho : Tidak ada hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue(kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara)
d. Uji Koefisien Korelasi
Teknik yang penulis gunakan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara variabel persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru (X) dengan kemampuan civic virtue (Y) adalah dengan korelasi Product Moment. Dengan ketentuan sebagai berikut :
(2)
commit to user
Jika rxyrtabel Ha diterima, artinya ada hubungan Jika rxy < rtabel Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan
Dari hasil perhitungan diperoleh rxy sebesar 0,374. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 48 pada taraf signifikasi 5% diperoleh rtabel sebesar 0,284. Oleh karena rxy lebih besar dari rtabel atau 0,374 > 0,284 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru(X) dengan variabel kemampuan civic virtue(Y). Karena nilai rxy positif maka hubungannya bersifat positif. Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran 19.
e. Uji Besarnya Sumbangan (Kontribusi) Variabel X terhadap Variabel Y
Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap variabel Y adalah 14,02 % dan sisanya 85,98% ditentukan oleh faktor lain. Untuk perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran 20.
f. Uji Signifikasi atau Keberartian Koefisien Korelasi
Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh t hitung sebesar 2,735 dan
hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel dengan taraf signifikasi 5%
diperoleh t tabel sebesar 1,684. Dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika t hitung t tabel artinya signifikan
Jika t hitung < t tabel artinya tidak signifikan
Dengan demikian, karena t hitung lebih besar t tabel atau 2,735> 1,684 maka
korelasi variabel persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru (X) dengan kemampuan civic virtue (Y) adalah signifikan atau berarti. Perhitungan selengkapnya lihat pada lampiran 21.
I. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungan diketahui ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru
(3)
commit to user
dengan kemampuan civic virtue (kompetensi dasar : menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara). Dan mengenai naik turunnya atau besar kecilnya persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dapat diprediksi melalui persamaan JDULVǓ ;/DPSLUDQ).
Proses belajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa.Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa seorang guru dituntut untuk menguasai empat kompetensi guru, salah satunya adalah kompetensi profesional yang mana guru dituntut untuk memilki kemampuan yang luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing perserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelas sehingga belajar para siswa akan maksimal,dalam hal ini kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi professional. Oleh karena itu, kompetensi profesional guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan belajar. Kemampuan siswa dalam belajar merupakan kecakapan seorang peserta didik yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang ditunjukkan melalui hasil belajarnya. Ada tiga ranah (aspek) yang terkait dengan kemampuan siswa dalam belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
Ketika guru dalam mengajar, siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh inderanya, melalui persepsi itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan ± tindakan yang mengarah tercapainya kemampuan dalam belajar. Hal ini sejalan dengan teori Rangsang-Balas untuk menerangkan sikap yakni dalam interaksi sosial terdapat hubungan fungsional dimana terdapat kontrol penguat (reinforcement control), yaitu jika tingkah laku balas (response) ternyata menimbulkan
(4)
commit to user
penguat (reinforcement) yang bersifat ganjaran (reward). Dalam hal ini ada-tidaknya atau banyak sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku-balas. Selain itu terdapat pula hubungan fungsional yang terjadi jika tingkah laku-balas hanya mendapat ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan yang akan mempengaruhi sikap atau tingkah laku orang lain.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap guru akan dapat mengarah pada pencapaian keberhasilan belajar siswa. Salah satu aspek indikator keberhasilan siswa adalah aspek afektif, sedangkan salah satu contoh aspek afektif adalah kemampuan civic virtue siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi siswa mengenai kompetensi professional guru berkaitan dengan kemampuan civic virtue siswa.
Kemampuan civic virtue termasuk dalam aspek afektif. Oleh karena itu kemampuan civic virtue merupakan salah satu indikator keberhasilan belajar siswa. Didalam civic virtue terkadung maksud untuk menerapkan nilai-nilai kebajikan siswa sebagai warga negara untuk menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Dengan tumbuh dan berkembangnya akhlak kewarganegaraan (civic virtue) yang merupakan unsur utama dari budaya kewarganegaraan yang ber-Pancasila (civic culture) akan memupuk siswa untuk dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang madani. Hal ini sejalan dengan pendapat Udin Saripudin Winataputra dan Sumanah Saripudin dalam http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/075/j75_01.pdf mengatakan bahwa ´Semua unsur akhlak kewarganegaraan itu diyakini akan saling memupuk dengan kehidupan civic community atau civil society atau masyarakat madani untuk Indonesia yang berdasarkan Pancasila´'HQJDQ demikian persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru ikut menyumbangkan dalam penguasaan kemampuan civic virtue siswa.
(5)
commit to user
BAB VKESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
J. Kesimpulam
Berdasarkan pengujian hipotesis dan hasil analisis data yang penulis lakukan, maka kesimpulan dari seluruh proses penelitian adalah ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue pada siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Tawangsari Tahun Ajaran 2010/2011(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Dalam Usaha Pembelaan Negara).
Hal ini didasarkan pada analisis data yaitu hasil rxy = 0,374 dan dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 48 pada taraf signifikasi 5% diperoleh rtabel sebesar 0,284. Ternyata rxy lebih besar rtabel atau 0,374 > 0,284. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. Sedangkan signifikasi atau keberartian hubungan kedua variabel dibuktikan dengan t hitung lebih besar t tabel
atau 2,735 > 1,684. Sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y adalah 14,02 % dan sisanya 85,98% ditentukan oleh faktor lain. Mengenai naik turunnya atau besar kecilnya persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dapat GLSUHGLNVLPHODOXLSHUVDPDDQJDULVǓ 1X.
K. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian yang dikemukan diatas maka dapat diperoleh implikasi sebagai berikut :
1. Teoritis
Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru dengan kemampuan civic virtue (Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Usaha Pembelaan Negara). Dengan adanya hubungan yang positif dan signifikan maka implikasi teoritisnya adalah semakin tinggi persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru maka semakin tinggi kemampuan civic virtue siswa.
(6)
commit to user
Begitu pula dengan sebaliknya,semakin rendah persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru maka semakin rendah kemampuan civic virtue siswa.
2. Praktis
Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata persepsi siswa mengenai kompetensi profesional guru berhubungan dengan kemampuan civic virtue siswa(Kompetensi Dasar : Menampilkan Peran Serta Usaha Pembelaan Negara). Maka implikasinya praktisnya adalah perlu adanya upaya peningkatkan kompetensi profesional guru untuk meningkatkan keberhasilan belajar khususnya dalam hal ini adalah aspek afektif terutama kemampuan civic virtue siswa.
L. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah penulis sampaikan diatas, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Siswa
Hendaknya siswa lebih giat belajar dalam hal ini khususnya aspek afektif, Karena siswa belajar tidak hanya dituntut untuk penguasaan kemampuan kognitif saja. Namun selain itu masih ada juga penguasaan kemampuan afektif dalam hal ini kemampuan civic virtue.
2. Guru
Guru hendaknya meningkatkan penguasaan kompetensi guru dalam hal ini kompetensi profesional guru sehingga dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa dalam hal ini khususnya dalam penguasaan kemampuan civic virtue.
3. Sekolah
Sekolah hendaknya memberikan penataran kepada guru agar dapat meningkatkan kualitasnya. Dengan semakin meningkatnya kualitas guru tentunya akan dapat mendorong tercapainya keberhasilan belajar secara optimal dalam hal ini khususnya dalam penguasaan kemampuan civic virtue.