Definisi Konseptual Kemampuan Civic Virtue Definisi Operasional Kemampuan Civic Virtue

commit to user Adapun bentuk partisipasi warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya antara lain melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan Siskamling,ikut serta menanggulangi akibat bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan konflik komunal. Dalam kehidupan masyarakat terdapat organisasi yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat yaitu a Perlindungan Masyarakat Linmas Linmas mempunyai fungsi untuk menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam atau bencana lainnya maupun memperkecil akibat malapetaka yang menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda b Keamanan Rakyat Kamra Keamanan rakyat merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat c Perlawanan Rakyat Wanra Wanra merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan d Pertahanan Sipil Hansip Hansip merupakan kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan pokok unsur-unsur perlindungan masyarakat dimanfaatkan dalam menghadapi bencana akibat perang dan bencana alam serta menjadi sumber cadangan nasional untuk menghadapi keadaan luar biasa Partisipasi dalam penyelenggaraan pertahanan negara dapat diwujudkan dalam tindakan upaya bela negara seperti tersebut diatas. Dengan demikian, partisipasi warga negara dalam membela lingkungan tidak lain merupakan bagian dari usaha pembelaan negara.

d. Definisi Konseptual Kemampuan Civic Virtue

Kemampuan civic virtue adalah kesanggupan kemauan dari warganegara untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Kemampuan civic virtue dalam kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara diartikan sebagai nilai kebajikan siswa dalam commit to user hal kesanggupan kemauan dari siswa untuk menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dalam kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara.

e. Definisi Operasional Kemampuan Civic Virtue

Berdasarkan definisi konseptual diatas maka definisi operasional kemampuan civic virtue dalam kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam usaha pembelaan negara adalah sebagai berikut : 1 Civic dispositions Karakter Kewarganegaraan dalam bela negara a Tanggung jawab individual sebagai warga negara b Disiplin diri dalam berpartisipasi membela negara c Kehendak mendahulukan kepentingan bersama d Kemauan untuk berkompromi demi kepentingan umum e Kesabaran dalam menghadapi konflik f Toleransi trerhadap keberagaman g Solidaritas dalam membela negara h Setia pada negara dan segala aturannya 2 Civic commitments Komitmen Kewarganegaraan dalam bela negara a Keadilan dalam bertindak b Menjunjung kesetaraan c Keberanian membela kebenaran d Rela berkorban e Semangat kebersamaan f Cinta tanah air 3. Tinjauan Tentang Hubungan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional Guru dengan Kemampuan Civic Virtue Proses belajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan pula oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa seorang guru commit to user dituntut untuk menguasai empat kompetensi guru, salah satunya adalah kompetensi profesional. yakni guru dituntut untuk memilki kemampuan yang luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing perserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan belajar. Kemampuan siswa dalam belajar merupakan kecakapan seorang peserta didik yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang ditunjukkan melalui hasil belajarnya. Ada tiga ranah aspek yang terkait dengan kemampuan siswa dalam belajar yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Menurut teori Rangsang Balas untuk menerangkan sikap stimulus- response theory yang sering juga disebut sebagai teori penguat reiforcement- theory yang dikemukan oleh Daryl Beum dalam Sarlito Wirawan Sarwono 2008:19-23 terdapat empat asumsi dasar yakni: a. Setiap tingkah laku, baik yang verbal maupun sosial, merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri, bukan merupakan refleksi menggambarkan sikap, sistem kepercayaan, dorongan,kehendak, ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu. b. Rangsang dan tingkah laku-balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku. c. Prinsip-prinsip hubungan rangsang-balas sangat bervariasi tergantung lingkungan. d. Dalam analisis tentang tingkah laku perlu dihindari diikutisertakannya keadaan-keadaan internal yang terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul. Berdasarkan asumsi-asumsi dasar tersebut, Beum menyatakan bahwa dalam interaksi sosial terjadi dua macam hubungan fungsional,pertama adalah hubungan fungsional dimana terdapat kontrol penguat reinforcement control, yaitu jika tingkah laku balas response ternyata menimbulkan penguat reinforcement yang bersifat ganjaran reward. Dalam hal ini ada-tidaknya atau banyak sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku-balas. commit to user Hubungan fungsional yang kedua terjadi jika tingkah laku-balas hanya mendapat ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu. Hubungan fungsional ini hanya terjadi jika terdapat kontrol diskriminatif discriminative control yang menimbulkan tingkah laku tertentu sebelum mendapatkan ganjaran reward. Hal ini disebut tact, kemudian tact lama-lama menjadi kepercayaan belief yang selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal. Kumpulan kepercayaan terhadap suatu hal akan menyebabkan timbulnya sikap attitude tertentu. Semakin besar kepercayaan orang lain kepada seseorang maka akan semakin kuat pengaruhnya untuk mengubah tingkah laku atau sikap orang lain tersebut. Berdasarkan teori diatas maka dapat dihubungkan dengan proses belajar siswa di kelas. Ketika guru dalam mengajar, siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh indranya, melalui persepsi itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan ± tindakan yang mengarah tercapainya kemampuan dalam belajar. Hal ini terdapat kontrol penguat reinforcement control, yang menimbulkan penguat reinforcement dari diri siswa terhadap guru mengenai kemampuan guru yang berupa ganjaran yakni tindakan-tindakan kearah pencapaian kemampuan belajar. Dalam hal ini kemampuan guru yang dimaksud adalah penguasaan kompetensi profesional sedangkan kemampuan belajar siswa adalah kemampuan afektif sehingga ada-tidaknya atau banyak sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah laku-balas siswa dalam pencapaian keberhasilan belajar. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap guru akan dapat mengarah pada pencapaian keberhasilan belajar siswa. Salah satu aspek indikator keberhasilan siswa adalah aspek afektif, sedangkan salah satu contoh aspek afektif adalah kemampuan civic virtue siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi siswa mengenai kompetensi professional guru berhubu ngan dengan kemampuan civic virtue siswa. commit to user

B. Kerangka Berfikir

Siswa belajar merupakan suatu proses menuju perubahan internal yang bermula dari kemampuan ± kemampuan yang lebih rendah hingga meningkat pada kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini merupakan proses yang dinamis. Proses belajar dan hasil belajar tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya akan tetapi ditentukan pula oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Melalui pancaindra, siswa akan dapat mempersepsikan mengenai hal-hal yang ditangkap melaui indranya itu. Persepsi siswa akan memberikan respon melaui tindakan-tidakan yang mengarah tercapainya keberhasilan belajar. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelas sehingga belajar para siswa akan maksimal,dalam hal ini kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi profesional yang mana dalam kompetensi ini guru dituntut untuk memilki kemampuan yang luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing perserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. oleh karena itu, kompetensi profesional guru sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu gambaran bahwa persepsi siswa dalam belajar mempunyai hubungan dengan kemampuan siswa dalam belajar. Salah satu persersi siswa dalam belajar yakni persepsi mengenai kompetensi profesional guru dan kompetensi professional guru akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena itu,guru dalam mengajar, siswa akan memberikan persepsi dari apa yang ditangkap oleh inderanya, melalui persepsi itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan ± tindakan yang mengarah tercapainya kemampuan dalam belajar. Salah satu aspek indikator keberhasilan siswa adalah aspek afektif, sedangkan salah satu contoh aspek afektif adalah kemampuan civic virtue siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi siswa mengenai kompetensi professional guru berkaitan dengan kemampuan civic virtue siswa.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 17 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 5 68

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Banyud

0 0 17

PENDAHULUAN Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Banyudono Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 11

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP Pengaruh Kecerdasan Intelektual Dan Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Banyud

0 1 14

BAB 1 PENDAHULUAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR DALAM MENERIMA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 1 11

PENDAHULUAN Persepsi siswa mengenai Kompetensi guru dan Penggunaan media Pembelajaran terhadap prestasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Baki Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 10

PENGELOLAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMP NEGERI 1 TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO Pengelolaan Kompetensi Profesional Gurudi Smp Negeri 1 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 1 19

Persepsi siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta terhadap kompetensi profesional guru BK tahun ajaran 2014/2015.

0 0 138

Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 2

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KETUNTASAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 18