Pengaruh Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah II Cabang Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-I EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFISIENSI KERJA

KARYAWAN PADA PT. PLN ( PERSERO )

WILAYAH II CABANG MEDAN

SKRIPSI

OLEH

DESSY PANGGABEAN 050521195

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Dessy Panggabean, (2008) “Pengaruh Komunikasi terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan”. Pembimbing, Dra. Lucy Anna, MS. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen.

Penguji 1, Dra. Friska Sipayung, M.Si dan Penguji 2, Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan.

Metode analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas, metode deskriptif, serta metode regresi sederhana.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah komunikasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan. Koefisien determinan (R2) yaitu dengan nilai 0,375 artinya variabel komunikasi berpengaruh terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan sebesar 37,5% dan sisanya sebesar 62,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada persamaan model.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan karuniaNYA yang luar biasa dan begitu melimpah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sampai kepada penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Taflu Ritonga, Mec. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi sebagai Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA. sebagai Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lucy Anna, MS sebagai Dosen pembimbing Penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam proses membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi sebagai Dosen Penguji I Penulis yang telah

meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Liasta Ginting, Msi sebagai Dosen Penguji II Penulis yang telah

memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

7. Seluruh Dosen dan staff Pengajar serta pegawai di Fakultas Ekonomi Univeraitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak membantu Penulis.


(4)

8. Seluruh Pegawai Kantor Pusat PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan, khususnya di bagian Sumber Daya Manusia dan Administrasi yang telah banyak membantu Penulis.

9. Orang tua tersayang Drs. M. Panggabean dan J. Pasaribu yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta membesarkan dan membimbing sehingga Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

10.Abang dan Adik-adik Penulis tersayang Martua Panggabean, SP, Henny Panggabean, S.si dan Putry Panggabean yang telah banyak memberikan nasehat, dorongan, serta bantuan sehingga Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

11.My Special Friend Deddy, drg yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini dan sahabat-sahabat Penulis Ekiz, Vina, Sabrina, Kak Ayu, Kak Dinawati, Kak Ervina Dinauli, Lucy, Dewi (Nduth), Ratih serta Teman-Teman Penulis lainnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen program S1 Extension, khususnya stambuk 2005 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2008 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 4

C. Kerangka Konseptual ………... 4

D. Hipotesis ………... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 4

F. Metode Penelitian ……….. 5

1. Batasan Operasional ……….… 6

2. Defenisi Operasional Variabel ………... 6

3. Skala Pengukuran Variabel ……….. 8

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 9

5. Populasi dan Sampel ………... 9

6. Jenis dan Sumber Data ………... 10

7. Teknik Pengumpulan Data ……….. 11

8. Metode Analisis Data ………... 12

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu………... 15


(6)

C. Proses Komunikasi………. 17

D. Jenis Komunikasi……… 20

E. Mengelola Komunikasi ………. 24

F. Media Komunikasi ……… 27

G. Tujuan Komunikasi ………... 28

H. Efisiensi Kerja……….... 28

I. Pengukuran Efisiensi Kerja………. 29

J. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Kerja .. 30

K. Hubungan Komunikasi dengan Efisiensi Kerja ……. 32

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ……….. 33

B. Struktur organisasi ………. 35

C. Kegiatan Usaha ……….. 43

D. Mekanisme Komunikasi ……… 44

E. Hambatan Dalam Pelaksanaan Komunikasi ………. 47

F. Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN …………. 49

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Deskriptif ……… 51

B. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ………... 54

C. Hasil Uji Hipotesis Dengan Metode Regresi Linier Sederhana ... 57


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 61

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero)

Wilayah II SUMUT Tahun 2005 – 2007 ( Dalam Kwh)…… 3

Tabel 1.2. Operasionalisasi Variabel ………... 8

Tabel 1.3. Instrumen Skala Likert ………... 9

Tabel 1.4. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 10

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ………. 51

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 52

Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jabatan ………. 53

Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-variabel .... 54

Tabel 4.5. Item – Total Statistics ... 55

Tabel 4.6. Uji Validitas Pernyataan ... 56

Tabel 4.7. Reliability Statistics ... 57

Tabel 4.8. Coefficients ... 58


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ………. 5 Gambar 2.1. Proses Komunikasi ………. 19 Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero )


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan faktor penting dalam menciptakan kerjasama dalam suatu organisasi. Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah yang berlangsung apabila pengirim mendapatkan umpan balik tentang cara penerima menangkap pesan yang telah dikirimkannya. Komunikasi yang efektif dapat memudahkan penerimaan informasi yang tepat antara atasan dan bawahan dan sebaliknya, sehingga memudahkan pencapaian tujuan organisasi.

Pimpinan atau manajer sangat besar peranannya dalam menciptakan suasana yang komunikatif diantara sesama anggota organisasi maupun unit kerja lainnya agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik. Pencapaian tujuan dan sasaran harus didukung oleh komunikasi yang efektif dan efisien agar dapat membantu kerjasama dalam organisasi. Oleh karena itu diperlukan jalinan partisipasi dan saling pengertian antara sesama anggota melalui komunikasi yang terarah dengan baik.

Menurut Widjaja ( 2000:14 ) Komunikasi adalah saluran untuk memberi dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong dan mempertinggi motivasi, perantara antara sarana yang memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis maupun dengan isyarat saja. Hal ini juga berhubungan dengan efisiensi kerja yang baik, dimana adanya kesempatan bagi setiap karyawan berazaskan semangat kerja dan tingginya dorongan sumber daya manusia untuk melakukan suatu pekerjaan yang diinginkan guna mencapai tujuan.


(11)

PT. PLN adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di sektor energi listrik yang mempunyai misi untuk melayani kebutuhan energi listrik seluruh masyarakat Indonesia dengan menyediakan sumber-sumber energi listrik seperti PLTA, PLTD, PLTU dan PLTN. Energi listrik yang disediakan PLN diproduksi dan didistribusikan sesuai permintaan Masyarakat. Oleh sebab itu, perkembangan PLN sebagai Badan Usaha lebih difokuskan pada antisipasi perkembangan dan peningkatan kebutuhan pasokan listrik masyarakat pada masa yang akan datang. PT. PLN adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Adapun pelayanan yang diberikan PLN terhadap pelanggannya adalah melayani pelanggan dalam pemasangan listrik baru, perubahan daya, perubahan tarif, melayani pembayaran listrik dengan menyediakan loket-loket pembayaran yang dikelola oleh PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan.

Media komunikasi merupakan salah satu alat pendukung yang digunakan oleh PT. PLN Wilayah II Sumut dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat. Adapun media yang digunakan dapat berupa komputer, faximile dan telepon, yang merupakan media yang paling banyak digunakan oleh PT. PLN Wilayah II Sumut adalah telepon.

Efisiensi kerja karyawan suatu organisasi memegang peranan utama dimana, pada akhirnya karyawanlah menentukan tercapainya efisiensi dalam pekerjaan. Untuk dapat melakukan peranan itu, setiap karyawan harus memenuhi persyaratan yang diperlukan. Efisiensi kerja yang maksimal dari karyawan amat diperlukan di perusahaan ini mengingat pelayanan yang dihasilkan adalah berupa jasa dan kepuasan pelanggan. Untuk menghasilkan efisiensi kerja seperti yang


(12)

diinginkan, komunikasi yang efektif antara atasan dengan bawahan sangat diperlukan. Komunikasi juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan secara berkesinambungan karena menyangkut bagaimana atasan memotivasi, memberi perintah dan memimpin karyawannya. Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan jumlah penjualan tenaga listrik PT. PLN Wilayah II Sumut tahun 2005-2007 yang makin meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1.1

Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah II Sumut

Tahun 2005 – 2007

Tahun Jumlah Pelanggan (org) Penjualan (Kwh)

2005 1.874.971 295.175.107

2006 1.901.675 349.306.143

2007 1.985.225 331.796.051

Sumber : PT. PLN Wilayah II Sumut medan ( data diolah )

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai tahun 2007 jumlah pelanggan meningkat setiap tahunnya. Tahun 2005 jumlah pelanggan sebesar 1.874.971 orang dengan total penjualan 295.175.107, tahun 2006 jumlah pelanggan naik sebesar 1.901.675 orang dengan total penjualan 349.306.145 dan tahun 2007 jumlah pelanggan sebesar 1.985.225 orang dengan total penjualan 331.796.051. Hal ini disebabkan karena adanya komunikasi yang efektif baik kedalam maupun keluar perusahaan sehingga terjadi peningkatan efisiensi kerja dari karyawan PT. PLN Wilayah II Sumut tersebut.

Mengingat pentingnya faktor komunikasi dalam membentuk dan meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi yang sebenarnya terhadap efisiensi kerja karyawan di perusahaan ini, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan memilih


(13)

judul : “PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFISIENSI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA UTARA MEDAN”

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan?”

C. Kerangka Konseptual

Komunikasi bertujuan memberikan instruksi, informasi, saran serta penilaian kepada karyawan tentang tujuan dan kebijakan organisasi. Dari proses ini diharapkan suatu pekerjaan yang telah direncanakan dengan baik dapat tercapai dengan berazaskan Efisiensi Kerja.

Menurut Miraza (2004 : 113), efisiensi adalah pemakaian biaya ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap usaha yang berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian ini dibuat kerangka konseptual pada Gambar 1.1 sebagai berikut :

KOMUNIKASI ( X ) EFISIENSI KERJA ( Y )

- Tujuan komunikasi - Waktu

- Media Komunikasi - Biaya

- Pengelolaan Komunikasi - Metode Kerja - Delegasi Wewenang

Sumber : (Widjaya, 2000:14 ) dan (Miraza, 2004:113) (data diolah)

Gambar 1.1 Kerangka konseptual


(14)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perilaku atau keadaan tertentu yang terjadi (Sugiono, 2003 : 68). Berdasarkan rumusan masalah ini, dapat nyata bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan penulis tentang komunikasi dan efisiensi kerja karyawan suatu perusahaan atau organisasi.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk melakukan penyesuaian tentang penerapan komunikasi guna terciptanya efisiensi kerja yang baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi dasar penelitian selanjutnya yang dapat digunakan sebagai bahan perbandingan khususnya penelitian tentang komunikasi terkait dengan efisiensi kerja.


(15)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional a. Variabel ( X ) : Komunikasi

Penelitian ini dibatasi pada komunikasi 2 (dua) arah dari atasan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan pada masing-masing bagian pada PT. PLN Wilayah II Sumut Medan yang terdiri dari Tujuan komunikasi, Media komunikasi, Pengelolaan komunikasi dan Delegasi wewenang

b. Variabel ( Y ) : Efesiensi kerja

Penelitian ini hanya dibatasi pada efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan.

2. Defenisi Operasional Variabel

a. Variabel Independent ( X ) : Komunikasi

Menurut ( Widjaya 2000:14 ) Komunikasi adalah proses pemindahan atau penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan, dan ditujukan kepada penerima pesan.

Berdasarkan cara-cara pengukuran komunikasi yang sudah diuraikan, maka beberapa indikator dari komunikasi yaitu :

1. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.


(16)

2. Media Komunikasi

Media merupakan saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

3. Pengelolaan Komunikasi

Didalam pengelolaan komunikasi ada 2 (dua) hal yang sangat penting yaitu bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin serta bagaimana menangani krisis komunikasi.

4. Delegasi wewenang

Delegasi wewenang adalah pelimpahan wewenang formal dan tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu. Pendelegasian wewenang oleh atasan kepada bawahan adalah perlu demi tercapainya efisiensi kerja dari fungsi-fungsi dalam organisasi.

b. Variabel Dependen ( Y ) : Efisiensi Kerja

Menurut Miraza (2004 : 113), efisiensi adalah pemakaian biaya ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen yang meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja pada setiap usaha yang berjalan secara wajar.


(17)

Defenisi variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut : Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Defenisi Variabel

Indikator Variabel Skala ukur

Komunikasi ( X )

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa, baik dengan simbol-simbol, sinyal, maupun prilaku

1. Tujuan Komunikasi ( sebagai alat, sebagai sarana dan sebagai fakor dalam meningkatkan Efisiensi Kerja perusahaan )

2. Media Komunikasi ( berupa telepon, komputer,seminar dan faksimile )

3. Pengelolaan Komunikasi ( menangani pesan-pesan bersifat rutin dan krisis komunikasi )

4. Delegasi Wewenang ( dari atasan kepada bawahan )

Skala Likert

Efesiensi Kerja

( Y )

Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasil yang dicapai

1. Waktu ( tepat waktu dan menghargai waktu )

2. Biaya ( sesuai standar operasional perusahaan )

3. Metode Kerja (sesuai dengan standar operasional, dengan team)

Skala likert

Sumber : Widjaya ( 2000 :14 ) dan Miraza ( 2004:113 ) (data diolah)

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui masing-masing variabel X (komunikasi) dan variabel Y (Efisiensi Kerja) adalah dengan menggunakan Skala Likert (Sugiono, 2003 : 86) sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor.


(18)

Bobot nilai yang diberikan oleh penulis terhadap setiap jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju

(STS)

1

Sumber : Sugiono (2006 : 105)

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Penelitian ini dilaksanakan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatra Utara Medan Jl. Kol. Yos Sudarso No. 284 Medan

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2008 sampai dengan Agustus 2008

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya

berupa orang, objek, transaksi dan kejadian dimana kita

tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 113). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh karyawan tetap pada PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan yang berjumlah 425 orang karyawan.

Sampel adalah sebagian populasi yang ditunjuk/dipilih untuk mewakilinya. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan


(19)

metode stratified random sampling (sampel secara acak). Populasi dan sampel dapat dilihat pada data Tabel 1.4 di bawah ini:

Tabel 1.4

Populasi dan Sampel Penelitian

Bagian Popolasi Sampel

Bagian Perencanaan 85 85 x 20% = 17

Bagian Teknik 70 70 x 20% = 14

Bagian Niaga ( Pengusahaan ) 80 80 x 20% = 16

Bagian Keuangan 85 85 x 20% = 17

Bagian SDM dan Administrasi 105 105 x 20% = 21

Jumlah 425 85

Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan (data diolah) Menurut Arikunto (2004:94), yang berbunyi :

“Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika sejumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dengan mempertimbangkan pendapat ini, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari 425 populasi sehingga sampel yang diambil sebanyak 85 orang

6. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi melalui kuesioner dan wawancara kepada responden yang dilakukan pada penelitian awal sampai selesai

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari perpustakaan berupa data


(20)

dari buku ilmiah mengenai komunikasi dan efisiensi kerja. Dari metode ini diperoleh data-data dan bahan-bahan yang sifatnya teoritis.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mempermudah perolehan data dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu :

1. Wawancara

Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung. Tujuannya adalah untuk mendukung data yang kurang jelas.

2. Kuesioner

Penyebaran daftar pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan yang telah ditetapkan menjadi responden, dalam hal ini para responden diharapkan akan memberikan jawaban dari sejumlah pertanyaan yang diajukan.

3. Studi Dokumentasi

Merupakan pengumpulan data dari buku-buku, jurnal, internet dan sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian.

8. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriftif

Metode analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti.


(21)

b. Metode Analisis kuantitatif

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji Validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan ( kuesioner ). Kuesioner dikatakan valid apabila instrument tersebut benar-benar mampu mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti (Sugiyono, 2006:146).

Uji validitas dilakukan dengan memberikan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang penilaian komunikasi dan efisiensi kerja.

Pengujian validitas dengan kriteria pengambilan keputusan : Jika rhitung > rtabel

Jika r

maka pertanyaan tersebut valid

hitung < rtabel

Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan ( kuesioner ) menunjukkan konsistensi didalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2006:149).

maka pertanyaan tersebut tidak valid

Kriteria pengambilan keputusan : Jika ralpha positif dan > dari rtabel

Jika r

maka reliabel

alpha negatif dan < dari rtabel

2. Uji Regresi Linier Sederhana

maka tidak reliabel

Analisis regresi Linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu


(22)

komunikasi (X) terhadap Efisiensi Kerja Pegawai (Y) sebagai variabel terikat.

Persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = a + bx + e

Dimana : Y = Efisiensi Kerja X = Komunikasi a = konstanta

b = koefisien regresi e = standar error

data diperoleh secara statistik dengan menggunakan alat bantu Program SPSS versi 12,00 untuk kepentingan analisis dan pengujian Instrument. Dalam penelitian ini data diuji dalam beberapa tahap antara lain :

a. Uji t

Uji t, yaitu untuk membuktikan apakah hipotesis awal tentang pengaruh komunikasi sebagai variabel bebas terhadap Efisiensi kerja pegawai sebagai variabel terikatnya. Dengan rumus hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1

H

= 0 artinya tidak dapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

a : b1 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang positif dan


(23)

Kriteria Pengambilan Keputusannya yaitu : H0 diterima jika thitung > ttabel

H

pada α = 5% a diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

b. Identifikasi Determinan ( R² )

Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika determinan (R2) semakin besar atau mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (x) adalah besar terhadap variabel terikat (y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika determinan (R2) semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian terdahulu

1. Penelitian oleh Pagit Rima. T (2007), dengan judul : “Pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. TWINS SUKSES ABADI”. Menurut penelitiannya bahwa sistem komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 31,8 %. Artinya bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 31,8%, sedangkan sisanya sebesar 68,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Penelitian oleh Helga (2005), dengan judul : “Pengaruh sistem komunikasi terhadap terhadap efisiensi kerja karyawan PT. Swarma Sarana Informatika Medan”. Menurut penelitiannya bahwa komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan sebesar 22,2%. Artinya bahwa efisiensi kerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 22,2%, sedangkan sisanya sebesar 77,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Pengertian dan Pentingnya Komunikasi

Pentingnya atau defenisi komunikasi adalah bermacam-macam, sebagaimana yang dikemukakan masing-masing orang. Namun apa yang dikemukakan tersebut hanyalah untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan komunikasi.


(25)

Menurut Wiryanto (2004:9) Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informal dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertentu ( membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain ) untuk membuat sukses pertukaran informasi. Sedangkan menurut Widjaya (2000:1), komunikasi pada umumnya diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun sekelompok.

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses dimana orang-orang bermaksud memberikan pengertian-pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda-beda pula, sehingga sering disebut Rantai Pertukaran Informasi.

Konsep ini mempunyai unsur-unsur :

1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti 2. Suatu sarana pengaliran informasi, dan

3. Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu

Adapun arti penting komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran untuk mendorong atau mempertinggi motivasi perantara dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, pimpinan


(26)

perusahaan harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota organisasi agar kegiatan perusahaan tetap berjalan dengan lancar sehingga tujuannya dapat tercapai.

Komunikasi berperan penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut :

1. Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.

2. Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja.

3. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya. 4. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan

atasan, bawahan dengan bawahan, dan atasan antar atasan karena pengawasan yang jelas dan mantap.

5. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan, peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

C. Proses Komunikasi

Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu : 1. Pengiriman mempunyai suatu idea atau gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan idea tau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam benak pengirim disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada didalam pikiran orang yang memiliki peta mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena cara


(27)

penyerapan berbagai informasi dan pengalaman yang berbeda-beda dari setiap individu.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan

Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan Pesan

Setelah mengubah ide – ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup panjang, hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan.

4. Penerima menerima pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya.


(28)

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan didalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional.

Proses Komunikasi dapat digambarkan sebagai Gambar 2.1 berikut :

Tahap 1 Tahap 6

Pengirim Penerima mengirim

Mempunyai gagasan Ide Pesan

SALURAN

Tahap 2 dan Tahap 5

Pengirim mengubah MEDIA Penerima

Ide menjadi Pesan Menafsirkan pesan

Tahap 3 Tahap 4

Pengirim Penerima


(29)

Sumber : Purwanto ( 2006 : 12 ) (data diolah) Gambar 2.1 Proses Komunikasi

D. Jenis Komunikasi

Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut, pengertian sistem adalah sebagai suatu keseluruhan komponen/bagian yang saling berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai komunitas yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme koordinasi.

Menurut Purwanto (2006) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim digunakan yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Saluran Komunikasi Verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisir dengan baik. Melalui komunikasi lisan dan tulisan diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca dapat mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar.

Secara umum, untuk mengirimkan pesan-pesan, orang lebih senang berbicara daripada menulis suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis dan cepat dalam penyampaian pesan. Meskipun


(30)

demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting. Karena tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mendengar dan memahami yang relatif lemah atau kurang baik dari masing-masing orang.

Kaitannya dengan ketrampilan membaca, seseorang sering mengalami kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Meskipun mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan pendekatan yang serupa. Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam semua level bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah.

2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari. Jenis komunikasi informal adalah gerak isyarat-isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat spontan misalnya seseorang akan menggelengkan kepala apabila ia merasa tidak setuju.

Komunikasi nonverbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya dalam hal

ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara

umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan oleh sifat komunikasi yang lebih spontan. Komunikasi nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berfikir panjang dan pihak pendengar juga dapat menangkap artinya dengan cepat.


(31)

3. Komunikasi dari Atas ke Bawah

Komunikasi dari atas ke bawah (down communication) dimulai dari Manajemen Puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan – tingkatan manajemen sampai ke karyawan lain bagian bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggotan organisasi tentang tujuan dan kebijakan organisasi.

Pesan atau berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, bulletin, pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang atau kelompok kecil. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya.

4. Komunikasi dari Bawah ke Atas

Komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up atau upward communications) berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi, yaitu ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum.

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus percaya penuh kepada para bawahannya. Kalau tidak,


(32)

informasi apa pun dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.

5. Komunikasi Lateral atau Horizontal

Komunikasi horizontal atau sering disebut komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan kedudukan sejajar.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi horizontal selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.

6. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal (diagonal communications) melibatkan komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda.

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah :

a. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk komunikasi tradisional.

b. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur


(33)

komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi diagonal dalam organisasi besar juga sulit untuk dikendalikan secara efektif.

E. Mengelola Komunikasi

Menurut Purwanto (2006 : 46) ada 2 (dua) hal dalam mengelola komunikasi, pertama : bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin, kedua : bagaimana menangani krisis komunikasi, penjelasan dan hal tersebut disajikan berikut ini :

1. Penanganan Pesan-pesan Rutin

Volume pesan-pesan (tertulis) pada umumnya dalam organisasi besar lebih banyak dari pada dalam organisasi berskala kecil, tetapi semua organisasi memusatkan perhatiannya pada bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit) dan kegiatan komunikasi dengan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat memaksimumkan manfaat dan meminimumkan biaya tersebut, seseorang manajer perlu memperhatikan berbagai hal berikut :

a) Mengurangi Jumlah Pesan

Arus pesan dalam suatu organisasi yang disampaikan secara lisan maupun tertulis perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini, seorang manajer perlu menentukan skala prioritas pesan. Untuk membuat suatu halaman surat diperlukan waktu dan sumber-sumber (uang/bahan, waktu, tenaga). Organisasi juga perlu menghitung berapa rata-rata biaya yang diperlukan untuk mencatat, mengetik, mengedit, dan mengirimkan surat serta berapa lama sebuah surat bisnis dapat diselesaikan. Oleh karena itu, semua pesan perlu diberikan secara


(34)

tertulis, sepucuk surat hanya akan menambah beban informasi yang akan disampaiakan, maka lebih baik pesan disampaikan dengan cara lain, seperti lewat telepon atau tatap muka.

b) Instruksi yang Jelas

Kesalahan yang menyebabkan macetnya komunikasi, dapat dibebankan kepada setiap orang dalam organisasi. Namun dalam hal ini seorang manajer mempunyai tanggung jawab khusus untuk membuat setiap orang dalam organisasi tahu apa yang harus dilakukan. Orang-orang yang bertujuan melakukan komunikasi (komunikator) sudah seharusnya memahami kebutuhan dan tujuan organisasi secara keseluruhan, sehingga ia dapat menghindarkan dirinya dari kesalahan memberi instruksi.

Manajer yang sekaligus sebagai komunikator juga perlu selalu mencari kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang terus berkembang secara dinamis mempengaruhi arti setiap pesan. Di samping itu, manajer juga seharusnya tetap berkomunikasi dengan stafnya secara keseluruhan, untuk menjaga hubungan dengan anggota staf, dan untuk memberikan umpan balik (feedback) terhadap perkembangan suatu pesan.

c) Mendelegasikan Tanggung Jawab

Tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai bila manajer mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Hal ini penting karena seorang manajer harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi kepada orang lain. Seorang manajer yang bersikeras untuk mengerjakan ulang setiap pesan


(35)

dengan gayanya sendiri tentu akan merepotkan semua pihak dalam suatu organisasi.

d) Melatih Petugas

Suatu organisasi dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan keterampilan berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan/tugasnya berhubungan erat dengan masalah komunikasi. Pelatihan ini mencakup paling tidak preferensi gaya organisasi dan falsafah-falsafah komunikasi. Komunikator juga perlu meningkatkan dan memperlancar kemampuan berbahasa dan keterampilan presentasinya, sehingga komunikasi bisa menjadi lebih baik dan lancar.

2. Penanganan Krisis Komunikasi

Mengelola arus pesan-pesan bisnis dari hari ke hari adalah suatu hal yang biasa. Tetapi tes keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada saat munculnya krisis komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar tantangan atau resiko yang harus dihadapi, semakin tinggi tingkat kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

Krisis komunikasi ini merupakan suatu ajang uji coba keterampilan yang cukup menantang. Dalam kaitannya dengan krisis komunikasi, ada 2 (dua) falsafah dalam komunikasi yaitu :

a) Bersikap diam, tidak mengatakan sesuatu. b) Katakana apa yang terjadi dan segera.


(36)

Kedua pendekatan tersebut ternyata dapat diaplikasikan dalam situasi nyata dan berhasil, seperti yang dialami perusahaan Amerika Johnson dan Gerber. Namun, beberapa ahli hubungan masyarakat (public relation) menyarankan agar perusahaan menangkis rumor yang beredar dalam masyarakat dengan cara menjelaskan apa yang menjadi masalahnya secara tanpa ditutup-tutupi kepada public ( masyarakat umum ) dan para karyawannya. Pada saat yang sama harus mencari sumber masalahnya dan berusaha mengendalikannya.

Situasi krisis komunikasi yang dilakukan ada beberapa hal antara lain : 1. Siapkan tim yang terampil/cekatan dalam penanganan krisis

2. Usahakan agar manajemen puncak segera bertindak pada saat krisis terjadi.

3. Ciptakan sebuah pusat informasi sebagai representasi perusahaan yang dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik komunikasi.

4. Ceritakan suatu kejadian secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika memang ada yang salah, segera mohon maaf.

5. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja dalam pernyataan tetapi juga dalam tindakan nyata.

F. Media Komunikasi

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia, seperti mata dan telinga. Tetapi


(37)

media yang dimaksud dalam hal ini adalah media antara pribadi dan media antar kelompok.

1. Media Antar Pribadi

Media yang dapat digunakan untuk hubungan perorangan ( antar pribadi ) ialah kurir (utusan), surat dan telepon. Surat adalah media komunikasi antar pribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya sarana pers serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan membaca. Media komunikasi antar pribadi lainnya ialah telepon, bukan saja untuk kepentingan komunikasi yang bersifat pribadi, tetapi juga untuk kepentingan bisnis dan pemerintah.

2. Media Kelompok

Media kelompok pada aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya rapat, seminar dan konferensi

G. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi bagi organisasi adalah sebagai alat untuk mendorong atau mempertinggi motivasi perantara dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, pimpinan organisasi harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota organisasi agar kegiatan organisasi tetap berjalan dengan lancar sehingga tujuannya dapat tercapai.


(38)

Pengertian Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasil yang dicapai.

Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya.

Menurut Miraza (2004 : 87) Efisiensi adalah Pemakaian biaya ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap aktivitas usaha yang berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja. Sedangkan menurut Siagian (2003 : 113) Efisiensi Kerja adalah Perbandingan yang negatif antara input dengan output, negatif karena sumber alat dan Tenaga Kerja yang dipergunakan lebih kecil dari hasil yang diperoleh. Artinya suatu pekerjaan/tugas dikatakan efisien dalam penyelenggaraannya apabila input (pengorbanan yang dikeluarkan) lebih kecil dari hasil yang diperoleh.

I. Pengukuran Efisiensi Kerja.

Terdapat 2 (dua) pedoman dalam pengukuran Efisiensi Kerja :

1. Jika 2 (dua) macam tindakan akan memberikan hasil yang sama dalam rangka tujuan organisasi, maka salah satu harus dipilih yaitu yang mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya yang paling sedikit.

2. Jika 2 (dua) macam tindakan mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya yang sama, maka salah satu harus dipilih yaitu yang memberikan hasil yang lebih banyak.

Menurut Gie (1997) terdapat 4 (empat) cara Pengukuran Efisiensi yang paling umum yaitu :


(39)

1) Berpegang pada faktor “Waktu” yang konstan, kemudian mengukur persentase hasil pekerjaan yang diselesaikan.

2) Berpegang pada faktor “Biaya” yang konstan kemudian mengukur persentase hasil pekerjaan yang diselesaikan.

3) Berpegang pada faktor “Tenaga” yang konstan kemudian mengukur hasil pekerjaan yang diselesaikan.

4) Menetapkan hasil pekerjaan yang diselesaikan, kemudian mengukur biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

J. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi Kerja

Hasil yang dapat tercapai oleh suatu usaha tidaklah semata-mata tergantung pada usaha itu. Untuk mencapai efisiensi dalam pekerjaan, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi disamping cara bekerja yang harus diperhatikan.

Menurut Gie (1997 : 43), faktor-faktor yang mempengaruhi suatu pekerjaan adalah :

1. Suasana kerja

2. Lingkungan tempat kerja 3. Desain Produk

4. Proses atau Produk 5. Perlengkapan 6. Alat-alat

7. Tata ruang tempat kerja 8. Gerak tangan dan tubuh


(40)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pekerjaan adalah : 1. Kecakapan para pekerja

2. Keinginan untuk bekerja

3. Organisasi intern dari perusahaan 4. Jenis bekerja

5. Susunan pekerjaan

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelaslah bahwa cara bekerja seorang karyawan memberikan perbandingan yang terbaik antara usaha dan hasilnya, karyawan dalam hal ini memegang peranan utama. Dengan demikian pada akhirnya karyawanlah menentukan tercapainya efisien dalam pekerjaan. Untuk melakukan peranan itu, setiap karyawan harus memenuhi persyaratan yang diperlukan. Seorang karyawan tidak mungkin melaksanakan cara-cara bekerja yang efisien kalau ia tidak memenuhi syarat-syarat tertentu yang diperlukan untuk memilih cara-cara terbaik dalam berkomunikasi itu.

Menurut Gie (1997), ada 3 (tiga) syarat yang harus dimiliki seorang karyawan untuk bekerja secara efisien yaitu :

1. Keinginan bekerja 2. Kemampuan bekerja 3. Kemahiran bekerja

Faktor lain untuk mencapai efisiensi kerja selain faktor ini, masih ada. Faktor tersebut adalah faktor yang berhubungan dengan organisasi tempat kerja. Suatu organisasi yang belum baik mengandung berbagai hal yang menimbulkan gangguan seperti misalnya pembagian kerja yang tidak tepat, hubungan kerja


(41)

yang tidak baik, pengelolaan yang kacau atau segi lainnya yang menunjukkan struktur organisasi yang buruk.

Hasil kerja tidak semata-mata ditentukan oleh kerja. Hasil kerja dapat menurun apabila dalam organisasi terdapat banyak faktor-faktor gangguan yang menunjukkan struktur organisasi yang buruk.

K. Hubungan Komunikasi dengan Efisiensi Kerja

Setiap organisasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari merupakan kesatuan yang kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber daya yang secara rasional dari tercapainya tujuan walaupun rasionalisasi yang sempurna jarang tercapai, usaha mencapainya tetap merupakan ciri masyarakat modern. Pada umumnya orang percaya bahwa makin rasional suatu organisasi, makin besar upaya kegiatan yang mengarah kepada tujuan.

Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila dengan pengorbanan tertentu dapat memberikan hasil yang maksimal dibidang mutu maupun jumlah satuan hasil. Jadi hasil maksimal didalam setiap pekerjaan, tergantung pada cara kerja pegawai dengan gajinya/imbalan sebagai kewajibannya. Sistem imbalan yang baik memerlukan usaha komunikasi yang efektif yang dilakukan pimpinan terhadap para karyawannya untuk mencapai hasil yang optimal.

Uraian mengenai komunikasi yang efektif dalam kaitannya dengan Efisiensi Kerja, maka kerja sama diantara semua anggota organisasi dari setiap unit/ranting, hubungan yang baik antara para karyawan, dan pelaksanaan prinsip-prinsip organisasi dapat menghasilkan efisiensi dan efektifitas kerja perusahaan.


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Listrik mulai ada di Wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun ditanah pertapakan kantor PLN Cabang Medan, yang sekarang di jalan Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWN), Berastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai tahun 1931 (milik Gemeenta – kota Praja), Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Masa penjajahan Jepang hanya mengambil alih pengelolaan, perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan Mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara jepang waktu itu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945


(43)

dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan listrik diseluruh penjuru tanah air untuk pengambil-alihan perusahaan listrik dan diserahkan kepada pemerintah RI dalam hal ini departemen Pekerjaan Umum.

PLN dalam mengenang peristiwa ambil alih itu, dengan penetapan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkan tanggal 17 Oktober sebagai hari listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana semakin memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar surat keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) 1945. Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Wilayah Sumatera Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai oleh R. Sukarno (merangkap Kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No. 16/1/20 tanggal Mei 1961 maka organisasi kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau menjadi PLN eksploitasi I.

BPU PLN tahun 1965 dibubarkan dengan peraturan Menteri PUT no. 9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri no. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 kesatuan Daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap menjadi Eksploitasi I. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut maka dengan Keputusan Direksi PLN No. Keputusan 009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966,PLN eksploitasi I dibagi menjadi 4 cabang dan satu sektor, yaitu cabang Medan, Binjai, Sibolga, Cabang Siantar (berkedudukan di Tebing Tinggi). Peraturan Pemerintah no. 18 tahun 1972


(44)

mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik keseluruh wilayah Negara RI. Dalam surat keputusan Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Kemudian menyusul peraturan pemerintah PUTL No.013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

Sesuai keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor 4564.K/702/M.PE/1993 tanggal 17 Desember 1994 telah dibentuk Tim Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi PT (Persero) Listrik Negara.

B. Stuktur dan Tugas Organisasi

Struktur organisasi merupakan alat bagi manajer untuk merealisasikan tujuan perusahaan yang dipimpinnya. Oleh sebab itu struktur organisasi yang digunakan akan sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi yang dilaksanakan dapat menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan kegiatan perusahaan, serta sejauh mana wewenang, tanggung jawab setiap departemen, baik kepada pimpinan maupun tanggung jawab kepada departemen lainnya.

PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara menggunakan struktur organisasi garis dan staff ( Line and Staff Organization System ) dapat dilihat pada gambar 3.1. Bentuk organisasi garis dan staff ini pada umumnya dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beragam serta rumit, dan memiliki jumlah karyawan yang banyak.


(45)

Tujuan pembentukan struktur organisasi adalah untuk pencapaian pola hubungan kerja dan tanggung jawab organisasi dan tata kerja PT. PLN Wilayah Sumatera Utara.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur PLN No. 018. K/023/DIR/1997 Gambar struktur organisasi PT. PLN Wilayah II Sumut adalah sebagai berikut :

PIMPINAN WILAYAH FUNGSIONAL AHLI AUDIT INTERNAL BIDANG PERENCANAAN BIDANG TEKNIK BIDANG KEUANGAN BIDANG SDM & ADM BIDANG NIAGA SUB BIDANG PERENCAN AAN KORPORAT SUB BIDANG PEMASAR AN SUB BIDANG PERENCANA AN ORGANISASI & SDM SUB BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ANGGARAN & PENDANAAN SUB BIDANG KEUANGAN SUB BIDANG ADM SUB BIDANG PERENCANA AN SISTEM SUB BIDANG DISTRIBUSI SUB-SUB BIDANG PENGENDALI AN KEUANGAN SUB-SUB BIDANG ADM SDM SUB BIDANG KOMERSIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI SUB-SUB BIDANG KESEJAHTER AAN SDM SUB-SUB BIDANG ADM KEUANGAN SUB BIDANG KOMUNIKAS I SUB-SUB BIDANG OPERASI APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI SUB BIDANG

AKUNTANSI SUB-SUB

ADM KESEKRETA RIATAN SUB BIDANG PENGEMBA NGAN

USAHA SUB-SUB

BIDANG AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENDAPATAN &PERSEDIAAN SUB-SUB BIDANG OPERASI JARINGAN

DAN MULTIMEDIA SUB-SUB

BIDANG SEKRETARIAT


(46)

Sumber : PT.PLN (Persero) Wilayah II Sumut

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut

Uraian tugas pokok dan tanggung jawab dari bagian-bagian pada struktur organisasi tersebut adalah :

1. Pimpinan Wilayah

Pimpinan mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menjaga nama baik PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan

b. Memimpin, mengurus dan mengelola wilayah sesuai dengan tugas pokoknya dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna hasil guna dari wilayah.

c. Mewakili dan melaksanakan tindakan hukum dalam lingkungan PT. PLN d. Mengusulkan dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran yang

ditetapkan direksi PLN.

e. Melaksanakan kebijakan dalam mengurus wilayah yang telah digariskan oleh direksi.

f. Menetapkan kebijakan wilayah sesuai dengan kebijakan umum yang telah ditetapkan Direksi.

SUB-SUB BIDANG PELAYANAN

KANTOR SUB-SUB

BIDANG LAYANAN DATABASE

SUB-SUB BIDANG AKUNTANSI

UMUM

SUB-SUB PENGELOLAAN

ASSET PERUSAHAAN CABANG

RAYON RANTING


(47)

g. Menetapkan kebijakan Wilayah dibidang perencanaan pembangunan dan pengusahaan sarana penyediaan tenaga listrik dan SDM

h. Menjaga agar laporan keuangan wilayah kerjanya tidak menimbulkan kualifikasi bagi auditor.

i. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya dengan persetujuan Direksi dalam rangka mengembangkan sarana penyediaan tenaga listrik.

2. Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersusunnya Perencanaan Corporat, sistem manajemen kinerja, Perencanaan investasi, dan pengembangan aplikasi sistem informasi, serta upaya pencapaian sarana dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Perencanaan mempunyai tugas :

a. Menyusun perencanaan umum wilayah :

1. PRTL ( Rencana Penyediaan Tenaga Listrik ) 2. RJP ( Rencana Jangka Panjang )

3. RAKP ( Rencana Kinerja Anggaran Perusahaan ) bersama dengan bidang-bidang terkait.

b. Rencana Pengembangan Sistem Ketenagalistrikan 1. Menyusun sistem majemen kinerja unit-unit kerja


(48)

2. Menyusun metode evaluasi kelayakan investasi dan melakukan penelitian finansialnya.

c. Rencana Pengembangan Aplikasi

d. Standar Operasi Pemeliharaan (SOP) Pengelolahan Aplikasi : 1. Menyusun dan mengelola manajemen mutu

2. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik 3. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.

3. Bidang Teknik

Bertanggung jawab atas tersusunnya stategi, standarisasi dan penerapan sistem pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Teknik mempunyai tugas

a. Strategi pengoperasian dan Pemeliharaan.

b. Standar Operasi dan pemeliharaan serta standar penerapan dan pengujian peralatan.

c. Standar desain dan kriteria konstruksi. d. Manajemen pengadaan dan perbekalan.


(49)

f. Ketentuan data induk jaringan distribusi.

g. Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta membina penerapannya.

h. Menyusun kebijakan dan membina manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan.

i. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya. j. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.

k. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. l. Menyusun laporan manajemen dibidangnya. 4. Bidang Niaga

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberi nilai tambah bagi perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan tercapainya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Niaga mempunyai tugas :

a. Menyusun :

1. Ketentuan dan strategi pemasaran

2. Rencana penjualan energi dan rencana pendapatan b. Mengevaluasi harga jual energi listrik.

c. Menghitung penyediaan tenaga listrik. d. Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik. e. Menyusun :


(50)

1. Strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan 2. Standar dan proyek pelayanan

3. Ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS) 4. Konsep kebijakan sistem informasi pelayanan pelanggan

f. Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu antara lain TNI/POLRI dan instansi vertikal.

h. Mengkaji pengolahan pencatatan meter dan menyusun rencana penyempurnaannya.

i. Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.

j. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya. k. Menyusun usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

l. Menyusun dan mengelola manajemen mutu. m. Menerapkan tata kelola yang baik.

n. Menyusun laporan manajemen di bidangnya. 5. Bidang Keuangan

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolahan anggaran dan keuangan unit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan asuransi serta penyajian laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Keuangan mempunyai tugas :

a. Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.


(51)

c. Mengendalikan anggaran pajak dan anggaran investasi d. Mengendalikan aliran kas pendapatan.

e. Mengendalikan aliran kas pembiayaan. f. Melakukan pengelolaan keuangan.

g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit. h. Menyusun laporan keuangan konsolidasi.

i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan

j. Mentusun dan mengendalikan kebijakan resiko dan penghapusan asset. k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi.

l. Membuat RKAP bersama bidang perencanaan dan bidang lainnya.

m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu – menerapkan data kelola perusahaan yang baik.

n. Menyusun laporan keuangan dibidangnya 6. Bidang Sumber Daya Manusia dan Administrasi

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajer SDM dan organisisasi, administrasi kepegawaian dan hubungan industrial, pengelolaan kesekretariatan, komunikasi masyarakat dan hukum, dan pengelolaan keamanan, sarana dan prasarana kantor serta pembinaan lingkungan untuk mendukung kelancaran kerja organisasi.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Sumber Daya Manusia dan Administrasi mempunyai tugas :

a. Mengelola :

1. Pengembangan organisasi dan manajemen 2. Pengembangan Sumber Daya Manusia


(52)

3. Manajemen SDM

4. Administrasi dan data kepegawaian b. Membina hubungan industrial

c. Mengelola : 1. Sertifikat asset

2. Dokumentasi dan Perpustakaan

3. Administrasi kesekretariatan, protocol dan Rumah Tangga kantor induk.

d. Mengelola :

1. Komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan 2. Fasilitas dan prasarana kerja

3. Sistem keamanan dan pengamanan kantor e. Mengelola program bina/peduli lingkungan.

f. Melakukan advokasi hukum dan peraturan-peraturan perusahaan. g. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

h. Menyusun dan mengelola manajemen mutu. i. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. j. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.

C. Kegiatan Usaha

Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah Sumatera Utara Medan merupakan satu-satunya instansi yang dipercayakan oleh pemerintah untuk membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik di Sumatera Utara. Dengan demikian kegiatan utama PLN Wilayah Sumatera Utara adalah


(53)

Pelayanan/Pendistribusian tenaga listrik kepada masyarakat/konsumen/pelanggan atau dengan kata lain sebagai pelayanan /pemasaran.

Perusahaan Listrik Negara, berdasarkan keputusan pemerintah No. 18 tahun 1972 dan diperbaiki pada peraturan pemerintah No. 54 tahun 1981 serta dilanjutkan dengan peraturan pemerintah No. 17 tahun 1990 bertugas mengelola kelistrikan dan mewujudkan Ketahanan Nasional bangsa Indonesia.

Berpedoman pada peraturan pemerintah tersebut, maka PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara mempunyai tujuan adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.

2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk menjalani kebutuhan masyarakat.

3. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik yang belum dilaksanakan sektor swasta dan koperasi.

D. Mekanisme Komunikasi

Komunikasi yang digunakan PT. PLN Wilayah Sumut Medan adalah berdasarkan semua aktivitas kerja dari setiap karyawan dengan atasan yang mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Dengan demikian kegiatan berjalan dengan lancar, berikatan atasan dengan bawahan, maupun antara atasan satu unit kerja dengan unit kerja yang lainnya. Sehingga untuk melaksanakan komunikasi yang efektif ( 2 arah ) diupayakan adanya saling tukar informasi.


(54)

Komunikasi pada PT. PLN Wilayah Sumut Medan, umumnya berjalan lancar walaupun masih terasa kurang maksimal pada pelaksanaan kerja sehari-hari. Secara vertikal komunikasi yang dilaksanakan dalam lingkup formal menunjukkan bahwa komunikasi dari atasan kepada bawahan yang berupa instruksi/perintah, pengarahan, informasi, nasehat/saran, koordinasi kerja dan briefing pada waktu tertentu. Sedangkan dari bawahan kepada atasan berupa laporan kerja secara periodik, gagasan, dan permintaan untuk pengambilan keputusan yang tepat.

PT. PLN Wilayah Sumatera Utara Medan mengadakan pertemuan untuk menerima laporan kerja dari setiap unit secara menyeluruh dan memberikan informasi yang dibutuhkan apabila terdapat masalah. Pertemuan ini dilakukan oleh unit kerja yang mempunyai masalah dalam pekerjaan yang dilaksanakan satu kali dalam sebulan. Persentase ini dihadiri oleh seluruh unit kerja dan pimpinan sebagai moderatornya. Pertemuan ini bertujuan untuk saling tukar informasi dari satu cabang/unit kerja ke cabang/unit kerja lainnya sehingga diharapkan seluruh karyawan dapat mengerti dan mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari unit/cabang kerja lain serta hubungannya secara langsung maupun tidak langsung dengan unit/cabang kerja yang menjadi bidangnya.

Kegiatan yang dilakukan di luar perusahaan dari aktivitas yang rutin adalah pertemuan nonformal di luar perusahaan, yaitu berupa pembahasan informasi-informasi teraktual yang dilakukan satu kali dalam dua bulan. Tujuan utamanya adalah agar semua karyawan lebih mengerti akan beberapa aturan baru, perkembangan perekonomian, dll yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan sendiri dan mengenai Pelayanan kepada masyarakat. Format


(55)

pertemuan ini dibuat lebih santai dan bersifat kekeluargaan sehingga diharapkan dapat menghilangkan rasa sungkan dalam berkomunikasi.

Mekanisme komunikasi yang terjalin pada PT. PLN Wilayah Sumut akan menciptakan iklim kerja yang sehat dan dinamis, sehingga semua karyawan dapat lebih mengerti apa dan bagaimana sebenarnya tugas dan tanggung jawab perusahaan ini secara luas. Dengan demikian pada PT. PLN Wilayah Sumut tercipta suatu mekanisme komunikasi yang nyata dan terlaksananya komunikasi yang efektif untuk dapat meningkatkan Efisiensi Kerja setiap karyawan tentunya.

Komunikasi yang dilakukan oleh PT. PLN Wilayah Sumut antara lain adalah:

1. Komunikasi Internal

Komunikasi Internal yang dilakukan melalui komunikasi personal/pribadi yang dilakukan oleh dua orang dengan tatap muka langsung ataupun lewat media, misalnya telepon, internet, faximile, dll. Selain itu komunikasi internal juga dilakukan melalui komunikasi kelompok/group. Komunikasi ini terjadi hanya pada lingkungan dalam perusahaan.

Komunikasi Internal tersebut dapat berupa : a. Instruksi

Instruksi merupakan perintah yang dikeluarkan pimpinan untuk dilaksanakan para karyawan dan harus mempunyai sasaran yang jelas. b. Laporan Rutin

Laporan Rutin yaitu laporan pertanggung jawaban dari masing-masing cabang/unit kerja kepada pimpinan, sampai sejauh mana tugas telah dilaksanakan.


(56)

c. Rapat

Rapat yaitu pertemuan yang dilaksanakan dalam rangka membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapi dan mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut.

2. Komunikasi Informal

Komunikasi Informal disamping yang bertujuan koordinatif, juga terdapat forum informasi yang bertujuan mengurangi kejenuhan kerja dan mempererat hubungan kekeluargaan diantara sesama karyawan. Kegiatan ini antara lain berupa : Istirahat/makan siang, olahraga, arisan ataupun kegiatan rekreasi. Komunikasi ini dibangun tidak berdasarkan siapa yang seharusnya berbicara atau terhadap siapa individu-individu tersebut berkomunikasi tetap berbentuk melalui hubungan-hubungan sosial dari para karyawan.

E. Hambatan dalam Pelaksanaan Komunikasi

Komunikasi yang berlangsung pada PT. PLN Wilayah Sumut umumnya berjalan dengan baik dan lancar, baik secara vertikal, horizontal, maupun komunikasi ke luar (eksternal) yang didukung oleh sarana komunikasi yang cukup memadai.

Kegiatan komunikasi sehari-hari dapat dikatakan tidak ada masalah, namun masih kurang maksimal yang disebabkan oleh adanya hal-hal yang sifatnya terlalu pribadi, antara lain berupa :

1. Karyawan kurang mampu mengemukakan pendapat atau keinginannya kepada atasan.

2. Masaih ada rasa sungkan karyawan kepada atasan karena merasa tidak akan ditanggapi secara serius apabila ada masalah.


(57)

3. Atasan agak tertutup (menjaga image) sehingga komunikasi hanya dilakukan bila dirasa sangat mendesak.

Masalah-masalah lain yang timbul akibat adanya interaksi dalam komunikasi juga sangat kecil pengaruhnya karena pada umumnya karyawan PT. PLN Wilayah Sumatera Utara. Hal ini terjadi karena seluruh karyawan saling mengenal dan sering berhubungan di luar kantor sehingga membentuk keterikatan.

Usaha-usaha yang dilakukan PT. PT. PLN Wilayah Sumut dalam menangani masalah-masalah yang timbul akibat adanya interaksi dalam berkomunikasi antara lain dengan cara :

1. Pendekatan Sosial

Dilakukan suatu pendekatan persuasif kepada karyawan yang merasa dirinya tidak mempunyai kemampuan teknis untuk berkomunikasi secara efektif baik kepada sesama karyawan ataupun atasannya. Karyawan diajak lebih terbuka sehingga lebih mengerti apa sebenarnya yang diinginkan oleh perusahaan lain pekerjaannya dan apa sumbangannya terhadap hasil unit maupun hasil dari perusahaan secara umum. Di samping itu, pendekatan kekeluargaan meningkatkan keakrabandan persaudaraan antara atasan dan bawahan serta hubungan sesama karyawan semakin terbina.

2. Dalam penyusunan dan pemberian perintah selalu diperhatikan : a. Sasaran Perintah

Perintah yang dikeluarkan kepada karyawan mempunyai sasaran yang jelas sehingga karyawan dapat menjadi objek dari perintah tersebut.


(58)

Dalam pemberian perintah harus tegas dan jelas sehingga isi maupun tujuannya mudah dipahami dan dilaksanakan. Selain itu juga diberikan penjelasan apakah perintah yang dikeluarkan tersebut bersifat rutin atau baru. Apabila bersifat baru, diberikan penjelasan tambahan agar karyawan dapat mengikuti arus perkembangan tersebut.

c. Perintah harus singkat dan jelas dengan menggunakan bahasa yang tepat sehingga tidak menimbulkan adanya salah pengertian dari pihak penerima perintah.

3. Menciptakan komunikasi yang efektif dengan cara :

a. Menentukan apa yang menjadi initi berita dalam berkomunikasi sehingga kesalahpahaman dapat dihindari.

b. Menetapkan sasaran komunikasi dengan jelas agar karyawan dapat melekukan pekerjaan dengan cepat dan tepat sehingga menghasilkan Efisiensi Kerja.

c. Memilih Media yang tepat dalam berkomunikasi sehingga informasi dapat sampai kepada sasaran dengan tepat, misalnya telepon, email ataupun faksimile.

F. Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara Medan

PT. PLN Wilayah Sumut Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa Pelayanan Tenaga Listrik. Tentu saja memerlukan Pelayanan yang baik dan khusus demi kepuasan para pelanggannya. Oleh karena itu untuk menjaga eksistensi Pelanggan dibutuhkan Efisiensi Kerja yang maksimal dari setiap karyawannya.


(59)

Perusahaan − dalam hal ini karyawan − dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam setiap kegiayan operasi awalnya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan motto perusahaan yaitu “Listrik untuk Masyarakat”.

Kegiatan utama (operasional) perusahaan sebagian besar berada diluar kantor dan wilayah perusahaan. Koordinasi yang baik senantiasa diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam bekerja dan komunikasilah yang menjadi sarananya. Dengan demikian setiap kebutuhan dan permintaan Pelanggan

dapat terpenuhi dengan baik.

Manfaat dilakukannya efisiensi kerja menurut PT. PLN Wilayah II Sumut adalah :

1. Unutuk mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan secara rutin.

2. Sebagai dasar perencanaan bidang personalia khususnya penyempurnaan kondisi kerja.

3. Peningkatan mutu dan hasil kerja

4. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal mungkin.

5. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan bawahan serta untuk mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan dari bidang personalia khususnya efisiensi kerja karyawan dalam bekerja.


(60)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Hasil judul skripsi ini yaitu: Pengaruh Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan maka peneliti menganalisis dan membahas variabel-variabel Tujuan Komunikasi, Media Komunikasi, Pengelolaan Komunikasi dan Delegasi Wewenang. Analisis dan evaluasi peneliti menggunakan analisis deskriptif, uji validitas dan reliabiilitas dan analisis regresi linier sederhana.

A. Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang data yang diteliti. Jumlah reponden penelitian sebanyak 85 orang. Jumlah pernyataan yang diberikan untuk variabel X (Tujuan Komunikasi, Media Komunikasi, Pengelolaan Komunikasi dan Delegasi Wewenang) sebanyak 10 pernyataan dan variabel Y (Efiiensi Kerja) berjumlah 5 pernyataan.


(61)

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase %

1. Pria 52 61,18%

2. Wanita 33 38,82%

Jumlah 85 100%

Sumber: data diolah peneliti, 2008

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 52 (61,18%) orang pria dan 33 orang (38,82%) wanita. Hal ini disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus menggunakan tenaga dan keahlian pria pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Konsentrasi Jumlah Persentase %

1. S-2 4 4,8 %

2. S-1 9 10,6 %

3. D-3 23 27,05 %

4. STM 39 45,84 %

5. SMU 10 11,71 %

Jumlah 85 100 %

Sumber: data diolah peneliti, 2008

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa karekteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir terdiri atas 4 orang lulusan S-2, 9 orang lulusan S-1, 23 orang lulusan D-3, 39 orang lulusan STM dan 10 orang lulusan SMU.


(62)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

Karakteristik responden berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

No. Bagian Pekerjaan Jumlah Responden Persentase %

1. Bagian Perencanaan 20 23,54 %

2. Bagian Teknik 20 23,45 %

3. Bagian Niaga 15 17,64 %

4. Bagian Keuangan 15 17,64 %

5. Bagian SDM dan ADM 15 17,64 %

Jumlah 85 100 %

Sumber: data diolah peneliti, 2008

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden terdiri dari bagian perencanaan sebesar 23,54% dan bagian teknik sebesar 23,54%, sedangkan sisanya terdiri dari bagian niaga, bagian keuangan, bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dan Administrasi (ADM).


(63)

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

P1 0 0 8 42 35 85 0 0 9.41 49.412 41.176 100

P2 0 1 3 32 49 85 0 1.18 3.53 37.647 57.647 100

P3 2 0 6 40 37 85 2.35 0.00 7.06 47.059 43.529 100

P4 0 0 8 38 39 85 0.00 0.00 9.41 44.706 45.882 100

P5 1 2 15 37 30 85 1.18 2.35 17.65 43.529 35.294 100

P6 1 0 10 29 45 85 1.18 0.00 11.76 34.118 52.941 100

P7 0 0 5 47 33 85 0.00 0.00 5.88 55.294 38.824 100

P8 0 0 12 43 30 85 0.00 0.00 14.12 50.588 35.294 100

P9 0 0 9 46 30 85 0.00 0.00 10.59 54.118 35.294 100

P10 0 0 8 48 29 85 0.00 0.00 9.41 56.471 34.118 100

P11 0 2 5 39 39 85 0.00 2.35 5.88 45.882 45.882 100

P12 1 1 14 40 29 85 1.18 1.18 16.47 47.059 34.118 100

P13 0 1 5 47 32 85 0.00 1.18 5.88 55.294 37.647 100

P14 0 0 2 35 48 85 0.00 0.00 2.35 41.176 56.471 100

P15 0 1 5 31 48 85 0.00 1.18 5.88 36.471 56.471 100

Total Indikator

Penelitian

Frekuensi

Total Persentase 100%

4. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-variabel. Tabel 4.4

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-variabel

Sumber: data diolah peneliti, 2008

B. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Uji ini terlebih dahulu dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik dengan menggunakan bantuan paket program statistik SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 12.


(64)

Item-Total Statistics

60.4353 28.654 .336 .232 .816

60.1765 29.099 .275 .193 .819

60.4000 27.624 .368 .350 .815

60.3176 27.743 .462 .662 .808

60.6000 25.505 .594 .849 .797

60.3176 26.910 .469 .555 .807

60.3647 29.115 .301 .293 .817

60.4824 28.800 .291 .309 .819

60.4471 28.274 .397 .460 .812

60.4471 28.179 .429 .469 .810

60.4235 26.509 .461 .717 .808

60.5647 25.201 .673 .773 .791

60.3765 27.761 .472 .684 .807

60.1529 28.798 .385 .384 .813

60.2118 26.836 .591 .610 .799

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

1. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel. (Nugroho, 2005:67). Dengan kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika r hitung < r tabel pada α = 5% H1 diterima jika r hitung > r tabel pada α = 5%

Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 85, nilai rtabel dapat diperoleh melalui df = n – k (85 – 15 = 70) maka nilai rtabel adalah 0,235. Hasil uji validitas dan realibilitas berdasarkan data yang diolah penulis dengan software SPSS versi 12 terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5


(65)

Tabel 4.6

Uji Validitas Pernyataan

Pernyataan

r hitung tiap butir pernyataan

(Corrected Item Total Correlation) r tabel Validitas

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 ,336 ,275 ,368 ,462 ,594 ,469 ,301 ,291 ,397 ,429 ,461 ,673 ,472 ,385 ,591 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 0,235 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber: Hasil pengolahan SPSS yang diolah penulis, 2008

Hasil analisis tersebut menunjukkan semua butir pernyataan dapat digunakan karena r hitung > r tabel sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat validitas.


(66)

Reliability Statistics

.820 .817 15

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

Uji realibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’c Alpha > 0,06. (Nugroho, 2005:72). Hasil uji reabilitas berdasarkan data yang diolah penulis dengan bantuan software SPSS versi 12 dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7

Sumber: Hasil pengolahan SPSS, 2008

Output SPSS diatas menunjukkan Tabel Reliability Statistics pada SPSS versi 12 yang terlihat sebagai Cronbach’s Alpha bernilai 0,820 > 0,06, sehingga dapat disimpulkan konstruk pernyataan adalah reliabel.

C. Hasil Uji Hipotesis Dengan Metode Regresi Linier Sederhana

Hasil analisis data diperoleh peneliti dengan menggunakan bantuan paket program statistik SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 12. Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = a+ bX + e

Keterangan:

Y = Efisiensi Kerja a = konstanta


(1)

4. Angka R square sebesar 0,375 menunjukkan bahwa 37,5% Efisiensi Kerja (Variabel Dependen) dapat dijelaskan oleh komunikasi (Variabel Independen), sedangkan sisanya 62,5% (100%-37,5%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. PT. PLN Wilayah Sumut Medan, hendaknya meningkatkan komunikasi dua arah yang telah diterapkan selam ini, agar efisiensi kerja tetap berada pada tingkat yang baik.

2. PT. PLN Wilayah Sumut Medan, hendaknya memperhatikan faktor-faktor lain diluar komunikasi agar efisiensi kerja semakin baik dan terus meningkat. 3. PT. PLN Wilayah Sumut Medan, hendaknya meningkatkan efisiensi kerja

karyawan dari waktu ke waktu dengan penerapan disiplin, menegakkan aturan dan menciptakan iklim kerja yang kondusif.

4. Bagi para peneliti selanjutnya yang akan mengkaji lebih dalam terhadap penelitian ini dapat menjadi salah satu informasi yang akan diperlukan untuk penelitian selanjutnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancang

Percobaan dengan SPSS 12. Elex Media Komputindo. Jakarta

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta Bactiar, Miraza. 2004. Manajemen Bisnis. ISEI. Bandung

Kerlinger, Fed N. 2000. Azas-azas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Fress. Yogyakarta.

Liag Gie, The. 1997. Efisiensi Kerja Pembangunan Negara. Gadjah Mada University Fress. Yogyakarta

Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik

Penelitian Dengan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta Siagian, Sondang. 2003. Filsafat Administrasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara.

Jakarta

Sudarmayanti. 2001. Manajemen Perkantoran. Mandar Maju. Bandung

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung

Widjaya, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta


(3)

Helga. 2000. Pengaruh sistem komunikasi terhadap terhadap efisiensi kerja karyawan PT. Swarma Sarana Informatika Medan. Skripsi Fakultas

Ekonomi USU. Medan

Tarigan, Pagit Rima 2007. Pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. TWINS SUKSES ABADI. Skripsi Fakultas Ekonomi USU. Medan

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA UTARA MEDAN

1. Identitas Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pendidikan Terakhir : Jabatan/Bagian :

2. Isilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberikan tanda silang ( X ) pada kolom yang tersedia. Adapun makna tanda kolom adalah sebagai berikut :

- Sangat Tidak Setuju ( STS ) - Tidak Setuju ( TS ) - Kurang Setuju ( KS )


(4)

Helga. 2000. Pengaruh sistem komunikasi terhadap terhadap efisiensi kerja karyawan PT. Swarma Sarana Informatika Medan. Skripsi Fakultas

Ekonomi USU. Medan

Tarigan, Pagit Rima 2007. Pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. TWINS SUKSES ABADI. Skripsi Fakultas Ekonomi USU. Medan

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA UTARA MEDAN

1. Identitas Responden

Nama :

Jenis kelamin :

Alamat :

Pendidikan Terakhir : Jabatan/Bagian :

2. Isilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberikan tanda silang ( X ) pada kolom yang tersedia. Adapun makna tanda kolom adalah sebagai berikut :

- Sangat Tidak Setuju ( STS ) - Tidak Setuju ( TS ) - Kurang Setuju ( KS )


(5)

- Setuju ( S ) - Sangat Setuju ( SS )

VARIABEL KOMUNIKASI (X)

No

Pertanyaan

TS S S S

1.

Komunikasi ditujukan sebagai alat untuk mendorong kegiatan dalam perusahaan

2.

Komunikasi yang dilakukan sebagai sarana dalam pencapaian tujuan perusahaan

3.

Komunikasi dilakukan sebagai faktor dalam meningkatkan efisiensi kerja

4.

Media komunikasi yang digunakan dapat berupa telepon

5.

Media komunikasi yang digunakan dapat berupa komputer (internet)

6.

Media yang digunakan dalam komunikasi dapat berupa faximile

7.

Seminar merupakan media yang dilakukan dalam komunikasi

8.

Dalam pengelolaan komunikasi karyawan menangani pesan-pesan yang bersifat rutin


(6)

9.

Anda mampu menangani krisis komunikasi yang muncul dalam perusahaan

10.

Perintah langsung diberikan oleh atasan kepada bawahan

VARIABEL EFISIENSI KERJA (Y)

No

Pertanyaan

TS S S S

11.

Anda tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

12.

Anda sangat menghargai waktu kehadiran yang telah ditetapkan oleh perusahaan

13.

Penggunaan biaya operasional perusahaan tidak melebihi biaya yang dianggarkan

14.

Anda melakukan pekerjaan sesuai dengan standar operasional perusahaan

15.

Anda bekerja sama dengan team dalam menyelesaikan pekerjaan