lxi
e. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Stiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan
harga barang-barang dan jasa Krugman, 1992. Variabel ini diukur dengan melihat kurs tengah rupiah terhadap
US yang diambil dari database website Bank Indonesia kemudian membandingkannya dengan kurs tengah rupiah pada periode
t-1
sebelumnya. Rumus untuk melihat fluktuasi nilai tukar rupiah adalah sebagai
berikut: Kurs Tengah
t-1
– Kurs Tengah
t
Nilai Tukar Rupiah
t
= Kurs Tengah
t-1
2. Variabel dependen
a. Capital Gain
Merupakan tingkat keuntungan yang diterima oleh pemegang saham atas selisih harga sekarang dengan harga pada saat pembelian
saham.
Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1 1
− −
− =
t t
t t
P P
P R
lxii Keterangan :
R
t
= Returns saham pada peride t P
t
= Harga saham pada periode t P
t-1
= Harga saham pada periode t-1 sebelumnya
b. Dividen tunai cash dividend
Menurut Frank Fabozzi 2003:546 Dividen adalah distribusi sebagian harta kekayaan perusahaan kepada pemiliknya, sebanding
dengan jumlah lembar saham yang dipegangnya. Biasanya dividen dibayarkan dalam bentuk kastunai. Selain dalam kas, dividen juga
bias dibayarkan dalam bentuk properti perusahaan, dan saham. Variabel ini diukur dengan cara melihat nilai dividen kas yang
dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham mereka yang diambil dari data Laporan Keuangan Perusahaan yang telah diaudit.
lxiii
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal
14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel.
Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek Stock Exchange di Batavia adalah dalam rangka memupuk
sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham
dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek- efek Belanda lainnya.
Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan
bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Aktivitas di pasar modal sempat terhenti pada saat terjadi perang dunia kedua, namun sejak
tahun 1956 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya,
pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public
maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait