Melalui Catatan Lapangan Analisis Hasil Penelitian

dan sewaktu-waktu guru menunjuk salah satu murid untuk membaca sendiri sementara yang lainnya memperhatikan bacaan dari temannya dengan cara tidak dituntun daktun. b Individual 30 Menit Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar dengan menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri membaca jilid buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara yang lainnya diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang akan dibaca di depan guru sebagai persiapan. c Klasikal Peraga Akhir 15 Menit Akhir Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang kedua kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan klasikal peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman peraga. Kalau pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi peraga dari halaman pertama sampai terakhir ± lima halaman, sedangkan pada pelaksanaan klasikal peraga akhir, pengajaran Al- Qur’an dengan peraga dari halaman terakhir sampai awal sesuai dengan materi peraga yang dibaca pada klasikal peraga awal. Adapun inti dari pembelajaran Al- Qur’an Metode Qiraati adalah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat efektif karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih semangat belajar sebab dituntut untuk membaca secara serempakbersama-sama, kemudian pada saat guru menunjuk salah satu santri untuk membaca peraga, secara tidak langsung guru melatih agar anak mempunyai sifat pemberani untuk membaca sendiri sementara guru dan murid yang lainnya mendengarkan dan mengoreksi bacaannya.

5. Melalui Catatan Lapangan

Dari Hasil penelitian melalui catatan lapangan dapat diidentifikasi bahwa program pembelajaran di LPQ Masjid Fathullah yang berpedoman pada kurikulum Metode Qiraati, secara garis besar sudah terlaksana, namun ada 2 kelas yang belum menerapkan program pembelajaran secara keseluruhan, yaitu kelas Al- Qur’an dan kelas Pra Qiraati. Pada kelas Al- Qur’an pembacaan peraga yang harusnya dilakukan 2 kali yaitu pada 15 menit awal dan 15 menit akhir, di LPQ Masjid Fathullah hanya dilaksanakan satu kali hal ini mengingat banyaknya jumlah kelompok santri pada kelas Al- Qur’an, sementara gurunya hanya satu. Pada kelas Pra Qiraatipun demikian, pembelajaran dengan menggunakan alat peraga hanya dilaksanakan satu kali dengan alasan santri kelas Pra Qiraati masih sangat kecil antara usia 3-4 tahun yang secara psikologi anak seusia itu cenderung bosan dan suka bermain. Dalam pelaksanaan shalat ashar berjama’ah, tidak semua guru dan santri mengikutinya dikarenkan keterlambatan atau sudah melakukan shalat duluan, hal ini menunjukan tidak semua guru dan santri mengikuti kegiatan pembelajaran yang sudah ditetapkan di LPQ Masjid Fathullah. Dalam kegiatan pembelajaranpun terkadang ada santri yang lari-larian atau bercanda, walaupun guru meberikan teguran atau nasihat namun santri enggan mengikuti apa yang diperintahkan guru, hal ini menunjukan ada beberapa guru yang kurang bahkan tidak memahami psikologi anak. Adapun dalam membaca materi penunjang pada saat klasikal besar dan pembelajaran dengan peraga, santri terlihat sangat antusias dan semangat, hal ini menunjukan bahwa guru mampu mengkondisikan dan menerepkan program pembelajaran dengan baik.

C. Usaha Peningkatan LPQ Masjid Fathullah

Dalam usaha meningkatkan kualitas lembaga, LPQ Masjid Fathullah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Menyediakan Guru yang Profesional

Untuk membentuk guru yang profesional, LPQ Masjid Fathullah mengadakan kegiatan-kegitan, sebagai berikut: a. MMQ Majelis Mu’alimil Qur’an baik tingkat lembaga, Korcam, maupun JABODETABEKA. b. Khataman Al-Qur’an yang diadakan setiap 1 minggu sekali.