4 Guru mengajarkan santri dengan peraga untuk kedua kalinya, setelah
selesai guru dan murid menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa dan memberikan nasehat.
d. Finishing
Kelas Finishing terdiri dari santri yang sudah menghatamkan Al-Qur
’an sampai 30 juz dan sudah menguasai materi gharib dan tajwid, serta materi penunjangtambahan. Kegiatan pembelajaran pada kelas
finishing sifatnya adalah ricek dan penyempurnaan materi-materi yang sudah disampaikan sebelumya, hal ini bertujuan agar santri tidak lupa
dan sebagai persiapan dalam menghadapi Imtihan Akhir Santri IMTAS.
B. Prinsip-prinsip Metode Mengajar dalam Al-Qur’an
Allah SWT telah menganugrahkan kepada umat Islam kitab suci Al- Qur’an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dan bersifat universal dan sebagai pendidik pertama, Nabi Muhammad SAW pada awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-
Qur’an sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri.
“Abd al-Rahman al-Nahlawi mencoba menggali prinsip-prinsip metode mengajar dalam Al-
Qur’an. Dan hasil penggaliannya itu, ia temukan berbagai metode dalam Al-
Qur’an yang dapat mengubah perasaan dalam rangka menanamkan rasa iman dan cinta kepada Allah SWT. Rasa nikmatnya
beribadah, rasa hormat kepada orang tua dan sebagainya.”
10
a. Metode Qur’ani
Adapun prinsip metode mengajar Qur’ani menurut Alnahlawi
adalah sebagai berikut: 1
Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi Hiwar adalah percakapan antara dua orang atau lebih melalui
tanya-jawab mengenai sebuah topik yang mengarah kepada suatu tujuan.
10
Ramayulis, Metodologi Pendidik an Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet. 4, h. 216
Hiwar mempunyai dampak yang sangat dalam terhadap jiwa, pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan secara
seksama dan penuh perhatian. Menurut Alnahlawi, dalam Al-
Qur’an dan sunah Nabi SAW terdapat berbagai jenis hiwar seperti:
a Hiwar Khitabi atau Ta’abudi merupakan dialog yang diambil dari
dialog antara Tuhan dan hambanya. b
Hiwar Washfi ialah dialog antara tuhan dengan malaikat atau makhluk ghaib lainnya.
c Hiwar Qishasi terdapat dalam Al-Qur’an, yang baik berbentuk
maupun rangkaian ceritanya sangat jelas, maupun bagian dari ushlub kisah Al-
Qur’an. d
Hiwar Jadali bertujuan untuk memantapkan hujjah alasan e
Hiwar Nabawi adalah hiwar yang dilakukan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya.
2 Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
“Metode kisah Qur’ani bukanlah hanya semata kisah atau semata-mata seni yang indah, kisah
Qur’ani juga merupakan suatu cara Tuhan mendidik umat agar beriman kepadan-Nya. Sedangkan
kisah Nabawi menjelaskan tentang pentingnya keikhlasan dalam beramal, menganjurkan bersedekah dan mens
yukuri nikmat Allah.”
11
3 Metode Amtsal
“Di dalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat ayat-ayat dalam bentuk amtsal perumpamaan dalam rangka mendidik umatnya.”
12
Misalnya firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah, ayat 17:
لا : رق
٧١
11
Ramayulis, Metodologi Pendidik an Agama Islam..., h. 217-221
12
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 223-224
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya yang menyinari mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat
.” 4
Metode Keteladanan Dalam metode keteladanan ini, Allah SWT mengutus Nabi
Muhammad SAW agar menjadi teladan bagi seluruh umat dalam merealisasikan sebuah sistem pendidikan Islam.
Sedangkan dalam contoh yang lain yaitu, seorang siswa cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya
sebagai contoh identifikasi dalam segala hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang
peniru yang ulung. 5
Metode Ibrah dan Mau’idzah Ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia
untuk mengetahui intisari sesuatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan oleh manusia secara
nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati menjadi tunduk kepadanya, lalu hal itu mendorongnya kepada perilaku berfikir dan sosial
yang sesuai. Sedangkan ma
u’idzah peringatan adalah yang memberi nasihat hendaknya berulang kali sehingga orang yang dinasehati itu tergerak untuk
mengikuti nasihat tersebut. 6
Metode Targhib dan Tarhib “Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat
yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.”
13
Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah, demikian pula dengan tarhib, akan tetapi targhib lebih menekankan agar melakukan
kebaikan, sedangkan tarhib lebih menekankan untuk menjauhi kejahatan.
13
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 227
Disamping berbagai metode Qur’ani tersebut di atas, Al-Qur’an
juga mengemukakan prinsip-prinsip tentang bahasa yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Al-Q
ur’an menuntun kita agar selalu menggunakan bahasa yang indah, lemah lembut, jelas, tegas, dan
menyentuh jiwa. b.
Bahasa Qur’ani Adapun
bahasa yang
seharusnya dipakai
dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1
Qaulun Ma’rufun Merupakan ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan
kebaikan, tidak
mengandung kemungkaran,
kekejian dan
tidak bertentangan dari ketentuan Allah SWT.
Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 8:
: ء سنلا
٨
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
sekedarnya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
2 Qaulan Kariman
Merupakan ucapan yang mulia, lembut, bermanfaat dan baik dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan dan kemulian. Dalam
proses pembelajaran, kata-kata yang mulia sebagai salah satu cara yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam memberikan penghargaan
kepada siswa.
Firman Allah dalam Q.S. al-Isra ayat 23:
:ءارساا
٣٢
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan Ah dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
”
3 Qaulan Maisuran
Merupakan tutur kata yang mudah dipahami, ringan, berisi penghargaan sebagai penawar hati. Dalam hal ini seorang guru harus
menyampaikan materi kepada peserta didik dengan bahasa yang ringan, jelas, dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Firman Allah Q.S. al-Isra ayat 28:
:ءارساا
٣٨
“
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka Katakanlah
kepada mereka Ucapan yang pantas .”
4 Qaulan Layyinan
Merupakan perkataan dengan kalimat yang simpatik, halus, mudah dicerna dan ramah agar berbekas di jiwa dan berkesan serta
bermanfaat. Firman Allah Q.S. Thaha ayat 44:
:هط ٤٤
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut.
”
5 Qaulan Balighan
Merupakan perkataan yang membekas di dalam hati sebelumnya tertutup hingga menimbulkan kesadaran yang mendalam. Jadi bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang mengesankan membekas di hati sehingga peserta didik dapat menerima kebenaran dan merubah tingkah lakunya
kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Firman Allah dalam Q.S. an-Nisa ayat 63:
:ء سنلا
١٢
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari
mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”
6 Qaulan Sadidan
Merupakan perkataan yang benar dan segala sesuatu yang baik. Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab ayat 70:
ازحاا
:
١٧
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar.
C. Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an