Gangguan perhatian Gangguan ingatan

menjadi dua. Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannnya yang tidak sesuai dengan kenyataan, misalnya perasaan bahwa segala sesuatu yang di alaminya seperti di dalam mimpi.

4. Gangguan perhatian

Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. Agar suatu perhatian dapat memeperoleh hasil, harus ada 3 syarat yang dipenuhi yaitu: inhibisi, disini semua rangsangan yang tidak termasuk objek perhatian harus disingkirkan; apersepsi, yang dikemukakan hanya hal yang berhubungan erat dengan objek perhatian; adaptasi alat-alat yang digunakan harus berfungsi baik karena diperlukan untuk penyesuaian terhadap objek pekerjaan.Maramis, 2004. Beberapa gangguan perhatian a Distraktibiliti adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsangan yang tidak berarti, misalnya: suaranyamuk, suara kapal, orang lewat, dan sebagainya. b Aproseksia adalah suatu keadaan dimana terdapat ketidak sanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasikeadaan tanpa memandang pentingnya masalah tersebut. c Hiperproseksia adalah suatau keadaan dimana terjadinya pemusatankonsentrasi perhatian yang berlebihan, sehingga sangat mempersempit persepsi yang ada.

5. Gangguan ingatan

Ingatan kenangan, memori adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Jadi proses ingatan terdiri dari 3 unsur yaitu: pencatatan mencamkan, reception and registration, penyimpanan menahan, retention, preservation, pemanggilan kembali recalling. Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada satu atau lebih dari tiga unsur tersebut, faktor yang mempengaruhi adalah keadaan jasmaniah kelelahan, sakit, kegelisahan, dan umur. Sesudah usia 50tahun fungsi ingatan akan berkurang secara bertahap.Yosep, 2007. Berikut beberapa gangguan ingatan: a Amnesia Ketidak mampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total retrogradantegrad dan dapat timbul oleh faktor organikpsikogen. Sebab organik, kerusakan pada unsur pencatatan dan penyimpanan, sedangkan sebab psikogen karena proses pemanggilan kembali terhalang oleh faktor psikologis. Pada amnesia psikogen: tidak ada gangguan kesadaran, tidak ada kerusakan fungsi intelek tual yang bersifat selektif terhadap kejadian yang tidak menyenangkan, dapat terjadi penyembuhan secara tiba-tiba dan sempurna. b Hipernemsia Suatu keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadian-kejadian yang lalu dengan sangat teliti sampai kepada hal-hal sekecil-kecilnya. Sering keadaan mania, paranoia, dan katatonik. c Paramnemsia pemalsuanpemulihan ingatan Adalah gangguan dimana terjadi penyimpanganpemiuhan terhadap ingatan-ingatan lama yang dikenal dengan baik. Hal ini terjadi akibat distorsi proses pemanggilan paramnesia berguna sebagai pelindung terhadap rasa takut. d Konfabulasi yaitu keadaan dimana secara sadar seorang mengisi lubang- lubang dalam ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, akan tetapi yang bersangkutan percaya akan kebenarannya. e Pemalsuan retrospektif disebut sebagai ilusi ingtan yang berbentuk sebagai jawaban terhadap kebutuhan afektif. Penderita akan memberikan kesimpulan yangsalah terhadap suatu kejadian dengan menambahkan hal-hal yang keil dibuatnya sendiri atau menghubungkan dengan pengalaman yang tidak berdasarkan kenyataan sama sekali. f Deja vu ilusi ingatan suatu perasaan seakan-akan pernah melihat sesuatu yang sebenarnya belum pernah dilihatnya. Keadaan ini timbul apabila saat itu mempunyai ingatan asosiasi dengan pengalaman masalalu yang sengaja dilupakan, biasanya pengalaman tersebut pusat konflik yang direpresi secara konsekuen. g De jamais vu suatu perasaan palsu terhadap suatu kejadian yang sebenarnya pernah dialaminya tetapi saat ini dirasakan belum atau tidak pernah dialaminyadilihatnya. Gejala ini sering terjadi pada skizofrenia, psikoneurosis, lesi pada lobus temporalis, misalnya epilepsi, kelelahan dan toksis. 6. Gangguan asosiasi Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan responkonsep lain, yang memang sebelumnyaberkaitan dengannya Maramis, 2004 Dalam kehidupan mental normal, proses asosiasi terjadi secara terus menerus dengan pola-pola tertentu. Faktor-faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiasia antara lain: 1. Keadaan lingkungan pada saat itu 2. Kejadian-kejadian yang baru terjadi 3. Pelajaran dan pengalaman sebelumya 4. Harapan-harapan dan kebiasaan seseorang 5. Kebutuhan dan riwayat emosionalnya Beberapa bentuk gangguan asosiasi: 1 Retradasi perlambatan; adalah proses asosiasi yang berlangsung lebih lambat dari biasanya. 2 Kemiskinan ide; suatu keadaan dimana terdapat kekurangan asosiasi syang dapat dipergunakan. 3 Perseversi; suatu keadaan dimana suatu asosiasi diulang-ulang kembali secara terus menerus yang seakan-akan mengambarkan seseorang tidak sanggupa lagi untuk melepaskan ide yang telah diucapkan. 4 Fligth of ideas lari cita, pikiran melompat-lompat; suatu keadaan dimana aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari perubahan isi pembicaraan dan pikiran. Di sini tampak ide belum selesai disusul dengan ide yang lain. 5 Inkoherensi; suatu keadaan dimana aliran asosiasi tak berhubungan satu dengan yang lain.dapat berbentuk sebagai “gado-gado kata” word salad atau suatu neologisme pembentukan kata-kata baru yang tidak berarti. Inkoherensi dapat dikatakan suatu “asosiasi longgar”. 6 Blocking hambatan. benturan; suatu keadaan dimana terjadi kegagalan membentuk asosiasi, mulai dari situasi sementara akibt reaksi emosional yang kuat sampai pada blocking yang lama seperti terdapat pada penyakit jiwa yang berat disini penderita tidak dapat menerangkan mengapa dia berhenti. 7 Aphasia; suatu keadaan dimana terjadi kegagalan sebagian atau seluruhnya untuk menggunakan atau memahami bahasa. Dalam beberapa buku, gangguan asosiasi dimasukan dalam gangguan arus pikiran.

7. Gangguan pertimbangan

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima Pasar Sukaramai (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area Kota Medan )

5 118 98

Hutang Piutang dan Aplikasinya pada Masyarakat Kampung Gunung RT.006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang

0 5 93

Hubungan shalat terhadap kesiapan menghadapi kematian pada lansia di wilayah Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh kota Tangerang

1 6 1

KONSEKUENSI PEMIDANAAN BAGI WARGA BINAAN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Konsekuensi Pemidanaan Bagi Warga Binaan Yang Mengalami Gangguan Jiwa(Studi Kasus di Lapas Kelas IIA Sragen).

0 2 19

KONSEKUENSI PEMIDANAAN BAGI WARGA BINAAN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Konsekuensi Pemidanaan Bagi Warga Binaan Yang Mengalami Gangguan Jiwa(Studi Kasus di Lapas Kelas IIA Sragen).

0 2 15

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN SIKAP KELUARGA PADA ANGGOTA Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

1 6 14

PENDAHULUAN Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 3 7

HUBUNGAN PERSEPSI KELUARGA TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN SIKAP KELUARGA PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA Hubungan Persepsi Keluarga Tentang Gangguan Jiwa Dengan Sikap Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah

0 2 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP INDIVIDU YANG MENDERITA GANGGUAN JIWA DI KELURAHAN SURAU GADANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG.

0 0 11

SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KECAMATAN KUTOWINANGUN - Elib Repository

0 1 64