1. Batako putih tras
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putihputih kecoklatan
yang berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada juga yang putih kecoklatan.
2. Batako semenbatako pres
Batako pres dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang dibuat secara manual menggunakan tangan dan ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya.
3. Bata ringan
Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis
sebesar 1850 kgm3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi. Dimensinya yang lebih
besar dari bata konvensional yaitu 60 cm x 20cm dengan ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata
konvensional.
3.2. Bahan Penyusun Batako
Dalam pembuatan batako pada umumnya bahan yang digunakan adalah agregat halus pasir, semen dan air. Berikut ini akan dijelaskan sekilas mengenai
bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batako.
3.2.1. Semen Portland Portland Cement
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa
yang padat. Semen hidraulik hydraulic cements atau semen yang mengeras dengan adanya air biasa dinamakan semen portland. Dinamakan semen portland
karena setelah mengeras mirip dengan batu Portland yang ditemukan di dekat Dorset, Inggris. Nama ini dipatenkan oleh Joseph Aspdin dari Leeds, Inggris pada
tahun 1824. Beton yang dibuat dengan semen portland umumnya membutuhkan sekitar 14 hari untuk mencapai kekuatan yang cukup dan mencapai kekuatan
maksimal dalam waktu sekitar 28 hari. Tipe-tipe semen portland serta penggunaannya dapat dilihat pada tabel 3.1.
1
Tabel 3.1 Jenis-Jenis Semen Portland Serta Penggunaannya Jenis
Penggunaan
I Untuk konstruksi pada umumnya, dimana tidak diminta persyaratan
khusus. II
Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila diisyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan panas hirasi yang sedang.
III Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi. IV
Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrsi yang rendah.
V Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.
1
Wang,C.K . 1993. Disain Beton Bertulang, Terjemahan oleh binsar Hariandja. Jilid I. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga : Jakarta. hal 5-6
Persentase dari komposisi dan kadar senyawa kimia semen portland dapat dilihat pada tabel 3.2. Hampir dua pertiga bagian semen terbentuk dari zat kapur
yang proporsinya berperan penting terhadap sifat-sifat semen. Zat kapur yang berlebihan kurang baik untuk semen serta menyebabkan terjadinya disintegrasi
perpecahan semen setelah timbul ikatan. Silika membentuk sekitar seperlima, sedangkan alumina hanya ada sekitar seperduabelas dalam semen. Silika dalam
kadar tinggi, yang biasanya disertai alumina dengan kadar rendah, menghasilkan semen dengan ikatan lambat dengan kekuatan tinggi dan meningkan ketahanan
terhadap agresi kimia. Besi Oksida memberi warna abu-abu pada semen dan berlaku sama seperti
alumina. Magnesium dibatas sampai 4 persen. Jumlahnya yang berlebih kurang baik pada semen. Kandungan belerang yaitu sulfur trioksida SO
3
dibatasi 2,5 sampai 3 persen. Ketika semen dicampur dengan air timbullah reaksi kimia antara
campuran-campurannya dengan air. Reaksi-reaksi ini menghasilkan bermacam- macam senyawa kimia yang menyebabkan ikatan dan pengerasan.
2
2
Murdock, L.J.1991. Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Erlangga : Jakarta. hal 64-65