Air Abu Vulkanik Bahan Penyusun Batako
beberapa faktor dikenakan dalam sebuah replikasi eksperimen dasar. Dalam contoh di atas misalnya, seekor sapi merupakan unit eksperimen dalam percobaan
menyelidiki efek makanan terhadap sapi. 3.
Kekeliruan eksperimen Kekeliruan eksperimen menyatakan kegagalan daripada dua unit eksperimen
identik yang dikenai perlakuan untuk memberikan hasil yang sama. Ini bisa terjadi karena, misalnya kekeliruan waktu menjalankan eksperimen, variasi antara
unit eksperimen dan pengaruh gabungan dari semua faktor tambahan yang mempengaruhi karakteristik yang sedang dipelajari.
Tentu saja kekeliruan kesperimen ini hendaknya diusahakan supaya terjadi sekecil-kecilnya. Cara yang lazim ditempuh untuk menguranginya antara lain
dengan jalan: menggunakan informasi sebaik-baiknya tentang variabel yang telah ditentukan dengan tepat, melakukan eksperimen seteliti-telitinya dan
menggunakan disain eksperimen yang lebih efisien. Prinsip dasar yang lazim digunakan dan dikenal yaitu: replikasi,
randomisasi atau pengacakan dan kontrol lokal berikut penjelasannya. 1.
Replikasi Replikasi diartikan dengan pengulangan daripada eksperimen dasar.
Replikasi diperlukan karena dapat: a.
Memberikan taksiran kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan panjang interval konfidensi atau dapat digunakan sebagai
satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikansi daripada perbedaan-perbedaan yang diamati.
b. Menghasilkan taksiran yang lebih akurat untuk kekeliruan eksperimen.
c. Memungkinkan kita untuk memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai
efek rata-rata daripada suatu faktor 2.
Pengacakan atau Randomisasi Tes atau uji signifikansi akan banyak dilakukan. Untuk ini, umumnya untuk
setiap prosedur pengujian, asumsi-asumsi tertentu perlu diambil dan dipenuhi agar pengujian yang dilakukan menjadi berlaku. Salah satu daripadanya ialah
pengamatan-pengamatan jadi juga kekeliruan-kekeliruan berdistribusi secara independen. Asumsi ini sukar untuk dapat dipenuhi tetapi dengan jalan
berpedomen kepada prinsip sampel acak random sampel yang diambil dari sebuah populasi atau berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit eksperimen,
maka pengujian dapat dijalankan seakan-akan asumsi yang diambil benar adanya. Dengan kata lain, pengacakan menyebabkan penguijian menjadi berlaku yang
menyebabkan pula memungkinkannya data dianalisi dengan anggapan seolah- olah asumsi tentang independen dipenuhi. Pengacakan memungkinkan kita untuk
melanjutkan langkah-langkah berikutnya dengan anggapan soal independensi sebagai suatu kenyataan. Ini berarti bahwa pengacakan tidak menjamin terjadinya
independensi, melainkan hanyalah memperkecil adanya korelasi antar pengamatan.
Selain daripada keberhasilan untuk membuat korelasi antar kekeliruan sekecil-kecilnya, pengacakan juga merupakan suatu cara untuk ”menghilangkan”
bias. Misalnya pada contoh berikut: Seorang analis akan menentukan adanya zat gula pada macam-macam