Badan Hukum BMT Baitul Maal Wattamwil

d. BMT yang telah berkembang sehingga memenuhi syarat sebagai BPR syariah dapat diajukan ijin kepada bank Indonesia menjadi BPR syariah juga dapat berbadan hukum perseroan terbatas. 29

4. Produk BMT

Dalam menjalankan usahanya, berbagai akad yang ada pada BMT mirip dengan akad yang ada pada bank pembiayaan masyarakat islam. Adapun akad-akad tersebut adalah : system operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Produk penghimpunan dana lembaga keuangan islam adalah Himpunan Fatwa DSN-MUI, 2003 : a. Giro Waidah, adalah produk simpanan yang bisa ditarik kapan saja. Dana nasabah dititipkan di BMT dan boleh dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh BMT. Besarnya bonus tidak ditetapkan dimuka tetapi benar-benar merupakan kebijaksanaan BMT. Sungguhpun demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk senantiasa kompetitif Fatwa DSN-MUI No. 01DSN- MUIIV2000. b. Tabungan mudharabah, dana yang disimpan nasabah akan dikelola BMT, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan nasabah. Nasabah 29 Baihaqi Abdul Madjid, Pedoman Pendirian, Pembinaan dan Pengawasan LKM BMT Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal Wat Tamwil, Jakarta: LAZNAs BMT, 2007. Cet. Ke 3, hlm 13-14 bertindak sebagai shahibul mal dan lembaga keuangan islam bertindak sebagai mudharib fatwa DSN-MUI No. 02DSN- MUIIV2000. c. Deposito mudharabah, BMT bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan islam dan mengembangkanya. BMT bebas mengelola dana mudharabah mutaqah. BMT berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan untuk usaha tertentu nasabah memberi batasan pengguna dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini disebut mudarabah muqayyadah. 30

E. Pembiayaan

1. Pengertain Pembiayaan

Pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan dan dikelola oleh anggota yang jujur dan bertanggung jawab. 31 Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No: 91KepM.KUKMIIX2004 tentang Petunjuk Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah: Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antar koperasi dengan anggota, calon 30 Nurul Huda Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis, hlm. 364-366. 31 Ahmad Sumiyatno, BMT Menuju Koperasi Modern; Panduan untuk Pemilik, Pengelola dan Pemerhati Baitul Maal wat Tamwiiil dalam Format Koperasi, Yogyakarta: Ises Publishing, 2008 hlm. 160 anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaan itu untuk melunasai pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad diserta pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut. Menurut Syafi’I Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. 32 Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah suatu aktifitas penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan, untuk dipergunakan dalam aktifitas yang produktif sehingga anggota dapat melunasi pembiayaan tersebut.

2. Jenis-jenis pembiayaan

Secara garis besar produk pembiayaan syariah terdiri dari 3 kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu sebagai berikut : a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli. b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa-menyewa. 32 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, Jakarta : Gema Insani Press, 2004 h, 165