selama dua minggu. Tahapan mertaba ke tahapan menutung selama lebih kurang tiga minggu, tahapan menutung ke mengkais biasanya selama lenih kurang dua minggu. Jadi
secara keseluruhan waktu dari pembukaan lahan sampai penanaman memakan waktu kurang lebih tujuh minggu.
Jenis tanaman yang dibuat petani sebelum mengembalikan lahan yang mereka buaka menjadi hutan kembali tentu tidak sama setiap petani. Petani biasanya menanam tanaman
muda atau palawija yang dapat di panen maksimal 2x dalam setahun untuk membantu perekonomian keluarga. Jenis-jenis tanaman tersebut adalah: kopi, jeruk, jagung, nilam,
gambir, dan yang lainya. Selain dari pada tanaman tersebut, petani juga menyisipkan bibit kemenyan dengan jarak 2 m setiap batang yang di dapat dari hutan. Setelah bibit kemeyan
besar maka lahan tersebut dibiarkan dan tidak dikelolah lagi. Sehingga pertumbuhan kemenyan tidak terganggu dan dapat dikelolah lagi pengambilan getah kemnyan.
2. Secara alami atau lahan hutan
Petani tidak membuka hutan untuk dijadikan lahan penanaman kemenyan tetapi petani telah mendapatkan kemenyan yang berada di hutan yang berada di sekitar penduduk,
hanya tinggal mengelolah saja. Karena hutan tersebut bukan milik pribadi melainkan milik marga. Sehingga bibit yang didapat tidak ada yang dilakukan pembibitan khusus melainkan
diperoleh dari alam. Petani biasanya hanya mengatur jarak pohon kemenyan karena pohon kemenyan kurang bagus apabiala jarak terlalu dekat, atau petani menebang bibit tersebut agar
tidak tumbuh lagi apa bila pohon kemenyan yang produktif masih banyak.
3.3. Pengelolaan kemenyan
3.3.1. Pembibitan dan Penanaman
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa secara khusus tidak ada pembibitan terhadap pohon kemenyan. Karena kemenyan memiliki buah yang jatuh dan tumbuh di
sekitar pohon utama. Saat ini pada umumnya bibit kemenyan yang ada di dalam hutan disebarkan oleh hewan. Salah satu hewan yang ikut menyebarkan bibit kemenyan adalah
ringgadong lazim disebut dalam bahasa Pak-Pak sejenis rusa hutan. Proses penyebarannya dikarenakan biji kemenyan menjadi salah satu makanan ringgadong tersebut. Maka dari itu
bibit kemenyan yang disebarkan oleh hewan itu, tetapi tidak mempunyai jarak tanam yang teratur.
Biji kemenyan yang dimakan oleh ringgadong tidak semua terproses dalam pencernaan, karena yang diproses adalah kulit luar dan daging buahbiji kemenyan saja.
Sedangkan biji buah kemenyan keluar bersama kotoran sang hewan. Biji inilah yang tumbuh di hutan. Hal ini sama dengan musang yang memakan biji kopi sehingga menghasilkan kopi
luak yang harga perkilogramnya relativ mahal dari kopi lain. Namun ada juga bibit pohon kemenyan yang ditanam oleh manusia. Ini ditandai
dengan jarak tanam yang teratur dan dari segi bibit, bibit-bibit pilihan yang bisa menghasilkan kualitas kemenyan yang bernilai ekonomi tinggi yang ditanam. Ini dapat dilihat
juga dengan keteraturan dan lurusnya barisan pohon yang ada di ladanglahan kemenyan tersebut, tetapi bibit tersebut di dapat dari hutan
3.3.2. Merawat Kemenyan
Pada pohon kemenyan tak ada perlakuan khusus dalam permeliharan, seperti yang dilakukan pada tanaman karet, sawit, kopi dan tanaman lainnya. Pada pohon kemenyan hanya
dibersihkan sekitar satu meter dari sekeliling pohon utama agar terhindar dari tumbuhan merambat dengan cara memotong merambas. Merambas merupakan salah satu usaha petani
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan pertumbuhan kemenyan supaya nanti dapat menghasilkan getah yang banyak dan deras.merambas biasanya dilakukan dua kali dalam setahun dan ada juga yang
melakukan sekali setahun
Merambas hanya dilakukan untuk membersihkan batang dari tumbuhan merambat
serta memangkas cabang yang tumbuh tak sempurna supaya pohon kemenyan menjadi lurus, ke atas pertumbuhannya serta mempermudah dalam memanen kemenyan tersebut. Apabila
batang miring, baik miring ke kiri atau miring ke kanan tidak dapat di guris atau dikelola. Perawatan kemenyan di kecamatan siempat rube biasanya dilakukan oleh kaum pria.
Karena berkemenjen merupakan kegiatan pria, belum ada kaum wanita yang selama penulis berada di daerah tersebut. Hal ini dikuatkan dari informasi para petani kemenyan yang
penulis temui juga mempaparkan hal yang sama. Apabila suami telah meninggal maka kegiatan berkemenjen terputus, tidak ada yang melanjutkan terkecuali anak mereka telah
besar dan juga telah belajar untuk mengambil kemenyan Berbeda dengan daerah lain tepatnya di Desa Rahut Bosi, Kec. Pangaribuan Kab. Tapanuli Utara, kaum ibu telah
mengelolah kemenyan. Mereka mengelolah kemenyan karena suami mereka telah meninggal dan kaum ibu berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu keterlibatan
kaum ibu juga dapat menambah pendapat keluarga dari kemenyan ketika pekerjaan di ladang atau sawah telah selesai dan juga mempercepat pekerjaan selesai.
3.3.3. Pemanenan