Nilai Sosial Ekonomi PENGELOLAAN HUTAN KEMENYAN

Biasanya keluarga yang tidak mempunyai lahan adalah pendatang. Selai menyewa petani juga mengenal istilah memimjamkan. Sistem meminjamkan lahan sering juga terjadi diantara orang yang bersaudara. Contohnya seorang laki-laki yang berkeluarga mempunyai saudara perempuan yang berkeluarga, maka ia meminjamkan lahannya. Tetapi ada juga pihak pendatang yang bekerja sebagai buruh tani dan bekerja dalam waktu yang lama kepada salah seorang pemilik lahan yang luas, maka ia akan diberi kekuasaan atas lahan tersebut untuk dikelolanya sendiri.

4.2. Nilai Sosial Ekonomi

Budidaya kemenyan merupakan sumber pendapatan rumah tangga bagi masyarakat Kec. Siempat Rube yang harus dipertahankan karena nilai ekonomi dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat. Pemanfaatan budidaya yang terdapat di Kec. Siempat Rube mayoritas hanya memanfaatkan pada penyadapan getah kemenyan saja dan secara umum tidak dimanfaatkan langsung akan tetapi dijual kepada pengumpul-pengumpul di desa maupun di kota. Pemanfaatan lain yang ditemukan adalah penggunaan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dan juga adanya responden yang menggunakan getah kemenyan sebagai salah satu bahan dalam pengobatan tradisional. Pengaruh pasar yang dikuasai oleh para pedagang ataupun oleh pengumpul-pengumpul di desa maupun di kota serta kurangnya pengetahuan dari masyarakat akan harga pada konsumen akhir membuat harga sepenuhnya dikuasai oleh para agen-agen pengumpul. Hal inilah yang mempengaruhi nilai ekonomi dari pemanfaatan getah kemenyan ini di samping kualitas kemenyan tersebut. Secara umum, harga yang didapat petani kemenyan adalah untuk kualitas 1 atau kualitas mata adalah sekitar Rp. 90.000,- hingga Rp. 110.000,-kg sedangkan kualitas 2 atau kualitas tahir sebesar Rp. 40.000 hingga Rp. 55.000,-kg. Produktivitas rata-rata getah kemenyan yakni 44,17 kgha untuk kualitas 1 dan 21,56 kgha untuk kualitas 2. Universitas Sumatera Utara Kemenyan yang banyak tumbuh di hutan pada dasarnya tidak dibudidayakan namun tumbuh secara liar dan tidak beraturan. Walaupun demikian kemenyan tetap dikelolah para petani kemenyan untuk mendapatkan hasil. Dimana hasil yang didapat akan dijual dan hasil pejualan bisa dapat membantu pendapatan petani. Karena menurut petani mengelolah hutan kemenyan pada saat ini tidaklah rugi mengingat harga kemenyan sekarang adalah 80.000- 100.000kg 9 dimana pohon kemenyan yang tumbuh dihutan tidaklah serentak atau pertumbuhanya berbeda-beda, begitu pula dengan pemanennya tidak serentak. Contoh luas lahan milik pak Y. Padang pada satu wilayah adalah 5 ha dan terdapat 1000 batang kemenyan. Pada bulan juni yang disugih mungkin hanya 14nya saja, bulan berikutnya juga sama dan seterusnya. Berarti untuk panen bergantian sehingga keseharian petani kemenyan diahabiskan di dalam hutan dan selalu mendapat hasil. Pak Y.Padang menambahkan petani kemenyan tidak pernah rugi walaupun musim menigih, karena ketika menigi petani selalu mendapatkan getah, bekas penigihan yang telah dipanen walaupun tidak sebanyak ketika panen. Karena hasil yang didapat bisa menutupi biaya yang dikeluarkan ketika menigih. Bahkan untuk membeli rokok bapak Y.Padang tidak meminta kepada istri, beliau menyempatkan waktunya untuk mengambil getah kemenyan yang ada di ladangnya, karena pohon kemenyan yang mereka miliki berada di tepi jalan yang baru seselai diaspal 10 . Sehingga memper mudah untuk pergi kehutan dengan menggunakan sepeda motor. Berdasarkan keterangan informan, dalam 1 batang pohon kemenyan rata-rata memiliki 20 takik lubang yang dibuat per tahun dan setelah diukur didapat rata-rata 0,235 onslubang sehingga dapat menghasilkan rata-rata 0,47 kgbatangtahun. Jumlah batang rata- rata per hektarnya adalah 250 batang. Sehingga diperoleh Rp. 9.810.750hatahun. Ketika harga kemenyan menurun petani tidak akan merubah hutan kemenyan menjadi pertanian lain. Karena jarak yang ditempuh bukanlah dekat pada sebagian Desa. Dan biasanya jauh ketengah hutan dan jauh dari perkampungan pemukiman. Apabila dirubah Universitas Sumatera Utara petani akan kewalahan dalam pengurusan kebun yang telah dirubah tersebut, mengingat hutan merupakan tempat tinggal bermacam jenis binatang, mulai dari pemakan daging sampai pada pemakan tumbuh-tumbuhan. Petani yang pernah mencoba menanam padi di pinggiran hutan mendapat tangtangan yang berat dari hewan-hewan yang ada dihutan, seperti: burung pemakan padi, babi hutan yang dianggap perusak tanaman samapai pada tikus hutan. Sehingga petani mendapatkan gagal panen. Selain kemenyan, petani juga bisa mendapatkan rotan, kayu bakar, bambu, hewan-hewan buruan seperti rusa, tupai, babi hutan dan lain-lain yang merupakan kebutuhan manusia sebagian besar tersedia di dalam hutan. Pemanfaatan tanaman kemenyan sebagai kayu bakar dapat dilakukan hanya bila tanaman kemenyan tidak berproduksi lagi mati yang diperkirakan apabila tanaman berumur 50 tahun atau bila terserang hama. Secara nilai ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan karena hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga yang jumlahnya juga sangat sedikit. Selain itu, jarak antara dari hutan dengan desa menyebabkan kurang dimanfaatkan kayu kemenyan tersebut

4.3. Nilai Sosial Budaya