Pengerahan Tenaga Kerja dalam Pengolahan Lahan

Gambar:1. Pada gambar sebelah kiri batang kemenyan yang kulit bekas penigihan telah tertutup dan pada gambar kanan belum tertutup. 2. mengeluak adalah kegitan mengumpulkan hasil kemenyan yang masih lengket di batang. Bisanya dilakukan kira-kira 4-5 bulan setelah menigih. Getah yang diambil adalah getah yang kering dan masih menempel di pohon, tetapi ada juga yang berda di dalam kulit. Alat yang diganakan untuk mengorek getah adala cun-cun dan di tampung dengan sebuha keranjang yang disebut curu-curu. Untuk mengambil getah kemenyan yang berada lebih tinggi maka alat yang digunakan adalah polang-polang. Kegiatan ini biasanya memakan waktu 1-2 bulan di dalam hutan untuk memanen getah. Waktu yang dibuthkan tidak ada ketentuan tergantung luas dan jumlah pohon yang di sigih. Sehingga waktu pada setiap petani berbeda-beda pada setiap daerah. 3. Merdagang adalah kegiatan petani kemenyan yang pengerjaanya membutuhkan waktu yang lama. Dalam pengerjaan membutuhkan waktu berhari-hari, sehingga petani harus memiliki gubuk tempat menginap di hutan mardagang. Karena jarak dari rumah ke hutan memakan waktu yang lama dan juga untuk mempercepat selesainya pekerjaan maka peteni harus menginap di hutan. Gubuk ini digunakan bukan hanya tempat menginap, tetapi dapat digunakan sebagai penyipanan kemenyan, makanan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, dan perlengkapan dapur.

3.4. Pengerahan Tenaga Kerja dalam Pengolahan Lahan

Dalam pengarahan tenaga kerja petani menggunakan 2 cara yaitu 1. Keluraga Dalam mengelola dan mengerjakan lahan kemenyan biasnya dilakukan kaum pria karena dari sekian banyak petani kemenyan hanya beberapa perempuan atau kaum ibu. Mereka bertani kemenyan karena tuntutan keluaraga. Hal ini terutama sekali terjadi karena Universitas Sumatera Utara suami mereka meninggal dunia dan kaum ibu berkewajiban untuk memenuhi segala keperluan keluarganya dengan mengerjakan lahan kemenyan yang dimiliki. Mereka mengatakan bahwa dahulu sebelum suami mereka masih hidup, mereka tidak pernah bekerja di hutan kemenyan, tetapi bekerja di Kampung, dan menanam padi , ubi nenas dan sebagainya. Kaum pria umumnya lebih suka bekerja di hutan untuk mengelola kemenyan dari pada di kampung untuk berdagang. Hal ini disebabkan karena setelah tamat sekolah mereka langsung dibawa orang tua mereka untuk bekerja di lahan kemenyan jadi, bekerja dilahan kemenyan.jadi, bekerja dihutan sudah merupakan kebiasaan bagi mereka dan mereka banyak yang ikut Bapaknya ke hutan kemenyan. Umumnya adalah anggota keluarga batih yaitu ayah, anak laki-laki yang sudah mampu menyadap getah kemenyan. Para istri dan anak perempuan biasanya tidak terlibat dalam kegiatan menyadap getah kemenyan, mereka tinggal di kampung rumah untuk mengurusi anak-anak adik mereka yang masih kecil dan mempersiapkan makanan untuk konsumsi keluarga. Mereka berladang untuk membantu menambah pendapatan ekonomi keluarga. Pengerahan tenaga kerja keluarga ini sungguh menyenangkan bagi mereka karena selain mempererat kekompakan hubungan antara anak dan bapak juga mereka telah turut membantu ekonomi keluarga dan mewarisi kegiatan ekonomi orangtuanya. 2. Uapah Petani mengajak kerabat atau tetangga untuk mengerjakan lahan mereka dengan sistem upah gaji. Petani juga mengelompokan sistem penbagian upah dalm 3 kelompok yaitu : 1. Hasil bagi 3 tanpa melibatkan pemilik merbelah Pembagian hasil bagi 3, petani membagi hasil dengan pembagian 1 banding 2. Artinya hasil yang diperoleh dari hutan adalah sebanyak 3 kg. Pemilik mendapat 1 Universitas Sumatera Utara kg sedangkan pekerja mendapatkan 2 kg, tetapi pemilik tidak menanggung semua biaya yang dieluarkan oleh pekerja, baik itu makanan, rokok, kopi dan lain yang mungkin dibutukan dalam mengerjaan hutan kemenyan. 2. Hasil bagi 2 melibatkan petani belah pinang Pembagian hasil seperti ini adalah dengan melibatkan pemilik sebagai penaggnung biaya pekerja, sehingga hasil di bagi 2. Artinya hasil yang didapat sebanyak 3 kg, apa bila pemilik menanggung pengeluaran pekerja maka hasil dibagi 2 menjadi 1,5 kg antara pemilik dan pekerja. 3. Tenaga di bayar tenaga Dalam hal ini biasanya di gunakan oleh sesama pemilik lahan dan pengelola juga. Contoh. Petani A membutuhkan bantuan dari petani B, petani A mengajak petani B dan mereka pergi untuk mengerjakan hutan kemenyan petani A dengan persiaratan apabila petani B mengerjakan memanen kemenyan, maka petani si A tadi ikut membantu petani B tanpa membayar upah, tetapi hanya tenaga yang diharapkan. Setiap pengeluaran di tanggung oleh petani yang meminta pertolongan tersebut.

3.5. Konsumsi dan Distribusi