1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seorang akuntan dalam menjalankan profesinya mempunyai tanggung jawab baik secara hukum maupun terhadap publik dan
pelaksanaan tanggung jawab tersebut harus didasarkan pada pedoman umum yang berlaku bagi seorang auditor, yaitu norma-norma pemeriksaan
akuntan. Auditor dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus mampu bersikap profesional. Untuk dapat dikatakan sebagai auditor harus
memenuhi beberapa kriteria atau disebut juga sebagai kode etik profesi auditor yang harus dilaksanakan oleh auditor agar berkualitas. Kode etik
inilah yang membuat auditor selalu berjalan pada koridornya. Adapun pokok prinsip dasar kode etik auditor internal adalah 1 integritas, 2
objektifitas, 3 kerahasiaan, 4 kompetensi. Disamping itu seorang auditor dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang luas khususnya dibidang auditing. Menurut Brown dan Stanner dalam Mardisar dan Sari 2007, perbedaan pengetahuan diantara
auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa
menyelesaikan sebuah pekerjaan secara efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya.
2
Menurut Weningtyas et. al., 2006 dalam Septiani 2009 sebagai profesional yang independen, auditor memberikan assurance service yang
dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan
karena auditor sebagai pihak yang independen dan ahli dalam memberikan penilaiannya terhadap kondisi perusahaan kewajaran laporan keuangan
serta meminimalisasi risiko bisnis. Memahami penjabaran diatas dapat memberikan penjelasan secara
teoritis bahwa audit yang baik adalah mampu memberikan nilai tambah atas laporan keuangan atau mampu meningkatkan kualitas informasi.
Namun pada kenyataannya, semakin banyak perilaku yang mengarah kepada penurunan kualitas audit, diantaranya adalah kasus Enron Corp,
yang melibatkan Kantor Akuntan Publik KAP Arthur Anderson yang telah mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberikan opini wajar
tanpa syarat sampai tahun 2000. KAP Arthur Anderson adalah salah satu dari The Big Five Accounting Firm. Laporan keuangan Enron sebelumnya
dinyatakan wajar tanpa pengecualian oleh kantor akuntan ini, tetapi secara mengejutkan dinyatakan pailit pada 2 Desember 2001 Purnamasari, 2006
dalam Puspitasari, 2009. Kasus lainnya yaitu PT. Kimia Farma dengan auditor KAP Delloit
Touch Tohmatsu Hans Tuanaka Mustofa, terjadi penggelembungan laba dalam laporan keuangannya yang tidak terdeteksi. Dan masih dalam
skala nasional yaitu kasus yang menimpa PT. Kereta Api Indonesia PT.
3
KAI yang melaporkan laba perusahaan pada tahun 2009, dan auditor eksternalnya menyatakan bahwa laporan keuangan itu adalah wajar.
Komite audit PT KAI tidak mau menandatangani hasil laporan tersebut karena mereka mempunyai analisis sendiri dan mereka menganggap itu
merupakan perbuatan manajemen memanipulasi laba untuk memperoleh earning
manajemen. Sehingga banyak pihak mempertanyakan tanggung jawab dan fungsi akuntan publik ketika terjadi kegagalan dalam
mendeteksi kecurangan. Mereka mengatakan “if they are not there to detect fraud, then what are they there for
?” Anonim, 2002 dalam Alim 2007.
Maraknya kasus yang menimpa para auditor belakangan ini menunjukan bahwa adanya penurunan kualitas audit, yang disebabkan
auditor sudah tidak lagi mementingkan profesinya sebagai pemegang kepercayaan Publik. Pekerjaan Auditor dituntut untuk lebih Profesional,
dalam hal mentaati semua Standar yang mengikat auditor Kode Etik tetapi degredasi penurunan kualitas ini memberitahukan bahwa sedikitnya
ada beberapa kode etik yang dilanggar para auditor. Hal ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena akan menganggu
kepercayaan publik khusus terhadap auditor dan umumnya pada perusahaan. Publik takut menanamkan sahamnya dikarenakan tidak
percaya lagi dengan auditor yang sudah mulai tidak mempunyai kualitas yang baik dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak independen. Kondisi ini
membuat masyarakat mempertanyakan kredibilitas profesi akuntan. Erosi
4
kepercayaan terhadap profesi akuntan semakin meningkat. Pandangan opini auditor menjadi hal yang wajar ketika independensi dan objektivitas
sudah terabaikan Muniarti dan Purnamasari, 2002 dalam Rosi, 2007. Pengurangan kualitas audit diartikan sebagai pengurangan mutu
dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor. Pengurangan mutu ini dapat dilakukan melalui tindakan seperti
mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat
item yang dipertanyakan dan memberikan opini saat semua prosedur audit yang disyaratkan belum dilakukan lengkap Septiani, 2009.
Sebagian manajemen mempunyai kepentingan dalam hal mendapatkan apresiasi dari para pemilik perusahaan dengan harapan gaji
mereka dinaikan atau mendapatkan bonus atas kinerja mereka yang baik, oleh karena itu ada beberapa manajemen yang melakukan berbagai macam
cara untuk membohongi pemilik perusahaan dan publik dengan cara mengelembungkan laba, melobi auditor eksternal untuk membuat laporan
yang baik, dan cara yang lainnya agar dia mendapat apresiasi kinerja baik baik padahal kinerjanya sedang-sedang saja atau bahkan buruk.
Manajemen berusaha mempercantik segala bentuk laporan yang akan diberikannya kepada pemilik perusahaan. Hal ini membuat pertanyaan
bagi kita semua “dimanakah auditor internal? Mengapa auditor internal tidak bertindak?”
5
Untuk itu yang menjadi pertanyaan adalah untuk apa peran auditor internal? Mengapa jelas-jelas auditor internal adalah orang dalam
perusahaan yang tahu akan keadaan dan kebobrokan perusahaan seharusnya dapat melaporkan dalam temuannya dan melaporkan dalam
hasil temuan yang dapat dibaca oleh pemilik perusahaan sebelum tercium oleh auditor eksternal dan publik pada umumnya, ataukah auditor internal
mendapatkan suatu tambahan earning dari manajemen apabila bisa berkompromi, karena auditor internal juga adalah seorang karyawan
perusahaan yang digaji oleh manajemen perusahaan. Sehingga auditor internal seolah tutup mata atau pura tidak tahu akan kesalahan yang ada
pada perusahaan. Hal memberikan dilema bagi kita dimana benturan kepentingan
terjadi antara kebutuhan ekonomi para auditor seperti gaji yang layak, apresiasi yang baik, posisi, penghargaan, kepercayaan terhadap pada
profesinya sebagai auditor. Profesi akuntansi mempunyai tanggung jawab dalam mengemban kepercayaan yang diberikan masyarakat kepadanya
berupa tanggung jawab moral dan tanggung jawab profesional. Akuntan mempunyai tanggung jawab profesional terhadap asosiasi profesi dengan
berpegang teguh pada standar profesi yang dikeluarkan asosiasi. Pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi diperkirakan sebagai
akibat karakteristik personal yang kurang bagus yang dimiliki auditor. Dampak negatif dari perilaku ini adalah terpengaruhnya kualitas audit
secara negatif dari segi akurasi dan reliabilitas Irawati,2005.
6
Karakteristik personal dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap kualitas audit. Dalam konteks audit,
manipulasi atau ketidakjujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalam audit. Hasil dari perilaku ini adalah
penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan kerja audit
Irawati, 2005. Hal lain yang tak kalah menariknya untuk dipahami adalah
Komitmen Organisasi, yaitu bagaimana organisasi yang terdiri dari sekelompok orang bersepakat untuk membentuk suatu tujuan yang harus
dijalani oleh anggotanya dengan komitmen yang tinggi dan tidak tergoyahkan oleh apapun dalam rangka secara bersama-sama
menumbuhkan suatu perusahaan yang baik, berkualitas dan akuntabilitas atau disebut juga Good Coorporat Governance.
Maka dari itu untuk dapat meminimalisasi kecurangan yang ada dalam perusahaan peranan komitmen dari anggota perusahaan sangat
penting, baik itu dari level bawah, level auditor ataupun tingkat atasan. Komitmen merupakan suatu keterkaitan seseorang pada suatu perusahaan,
aktivitas ataupun aspek lain yang terdapat dalam perusahaan sehingga seorang bersedia secara sukarela melibatkan dirinya dengan perusahaan
Novrialdi, 2009. Jika dalam suatu perusahaan sudah terbentuk Komitmen Organisasi dimana sekelompok orang bertujuan untuk memajukan
organisasi, maka segala bentuk penyelewengan akan mudah
7
diminimalisasi, karena semua bekerja untuk kemajuan perusahaan bukan untuk tujuan pribadi masing-masing. Hal ini menuntut pada harus adanya
penurunan ego masing-masing pihak untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Yousef 2006 dalam Trisnaningsih 2007 menyatakan komitmen organisasi memediasi hubungan antara
perilaku kepemimpinan dan kinerja, dimana angota organisasi lebih puas dengan pekerjaan dan kinerjanya lebih tinggi. Jadi ketika seseorang sudah
berkomitmen untuk organisasi maka akan muncul semangat bekerja dan menjalankan pekerjaannya secara baik sesuai dengan standar-standar yang
berlaku. Sehingga perilaku penyimpangan dalam audit dapat dihindari. Disamping itu faktor lain yang tak kalah penting untuk
menciptakan kinerja auditor secara baik adalah kepuasan bekerja para auditor. Auditor dituntut untuk lebih teliti, objektif dan bekerja keras,
maka balasan yang tepat adalah auditor harus mendapatkan apresiasi yang layak, mulai dari pemberian gaji yang sesuai. Karena bagaimanapun
seorang auditor ingin mempunyai gaji yang layak untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Jika kebutuhan hidup tidak terpenuhi dengan baik,
maka akan muncul rasa ketidakpuasan dan akan menimbulkan pada dampak penurunan kerja auditor. Selain itu kondisi pertemanan dalam
bekerja juga memacu pada kepuasan auditor. Jika auditor mempunyai teman yang mampu bekerja sama, saling menghormati, dan mengasihi
8
maka akan timbul rasa aman, tentram dan damai. Sehingga dalam bekerja auditor selalu merasa senang dan puas.
Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Yuliastono 2008 yang
menguji pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja individual dalam pelaporan pertanggung jawaban keuangan hasil
penelitiannya adalah motivasi kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Wahyuddin 2006 meneliti tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di Pusat Pendidikan Komputer
dan hasil penelitiannya adalah kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Dan penelitian yang dilakukan oleh Engko 2006 tentang
Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Individual dan hasil penelitiannya adalah adanya pengaruh positif anatara kepuasan kerja
terhadap kinerja individual, maka dalam hal ini peneliti merasa yakin untuk meneliti pengaruh kepuasan kerja seorang auditor terhadap kinerja
auditor itu sendiri serta terhadap penyimpangan perilaku dalam audit. Dari ketiga hal yaitu karakteristik personal auditor, komitmen
organisasi dan kepuasan kerja auditor maka terbentuklah kinerja auditor. Kinerja mencerminkan pada berkualitasnya pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor sehingga pekerjaan yang telah dilakukan mempunyai nilai lebih. Kinerja ini memberikan nilai terhadap penyimpangan perilaku audit secara
9
berbanding terbalik. Dimana semakin baik dan meningkatnya kinerja auditor, maka perilaku penyimpangan dapat segera diminimalisasi.
Kartika dan Wijayanti 2007 dalam Septiani 2009 menyatakan ada tiga jenis penyimpangan perilaku dalam audit yang mempengaruhi
kualitas audit diantaranya adalah penghentian prematur premature sign- off
, underreporting of time, alertingreplacement of audit procedure. Penghentian prematur atas prosedur audit tentu saja dapat berpengaruh
secara langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor karena apabila ada satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka
kemungkinan auditor membuat penilaian yang salah akan semakin tinggi. Menurut Otley dan Pierce 1996 dalam Septiani 2009, premature sign
off mengacu pada penghentian satu langkah tanpa melengkapi pekerjaan
atau sama sekali menghilangkan langkah audit, tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Perilaku
tersebut dianggap paling tidak dapat diterima atau “dimaafkan” dan paling berat hukumannya bisa pemecatan jika dibandingkan dengan bentuk
RAQ Reduce Audit Quality lainnya. Donelly et. al,. 2003 menyatakan bahwa penyimpangan perilaku
dalam audit dapat disebabkan oleh faktor personal auditor faktor internal dan faktor situasional saat melakukan audit faktor eksternal. Perilaku
individu merupakan refleksi sisi personalitasnya, sedangkan faktor situasional yang terjadi pada saat itu akan mendorong seseorang untuk
membuat suatu keputusan. Masih sedikit peneliti yang menguji faktor
10
personal dari auditor yang mempengaruhi perilaku penyimpangan dalam audit.
Penelitian sebelumnya juga menghubungkan antara penyimpangan perilaku dan karakteristik personal auditor. Malone dan Robert 1996
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat menyebabkan berkurangnya kualitas audit
Reduce Audit QualityRAQ. Menurut Malone dan Robert karakteristik personal terdiri dari lima bagian yaitu Locus of Control, Self-Esteem, Hard
Driving Competitive Dimension of Type a Behaviour Pattern, Need for Approval dan Need for Achi-evement
. Hasil penelitiannya menunjukan bukti, kebutuhan akan pengakuan
atas sebuah pencapaian prestasi need for achi-evement yang diraih auditor berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ. Sedangkan untuk
faktor-faktor lainnya, tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan perilaku RAQ. Selain itu, auditor memerlukan persetujuan need for
approval dan memerlukan pencapaian need for achi-evement yang
berhubungan terbalik dengan perilaku RAQ. Penelitian ini menguji faktor Karakteristik Personal Auditor,
Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit dengan Kinerja Auditor Sebagai
Variabel Intervening. Auditor internal merupakan bagian dari profesi akuntan di Indonesia juga beberapa diantaranya melakukan pelanggaran
moral dan melakukan penyimpangan dalam proses audit. Penelitian ini
11
mengadopsi dari penelitian yang telah ada sebelumnya yang meneliti tentang pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penyimpangan
perilaku dalam audit, kemudian penelitian lainnya yang meneliti tentang pengaruh karakteristik personal auditor dan komitmen organisasi terhadap
penyimpangan perilaku dalam audit. Berdasarkan uraian yang dibahas sebelumnya, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Karakteristik Personal Auditor, Komitmen Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Tingkat Penerimaan
Penyimpangan Perilaku Dalam Audit Dengan Kinerja Auditor Sebagai Variabel Intervening
”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irawati dan Natalia 2005
serta Septiani 2009 yang meneliti mengenai: Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku
Dalam Audit”. Perbedaannya dengan penelitian terdahulu yaitu: 1
Populasi Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irawati dan Natalia
2005 dilakukan pada Kantor Akuntan Publik dan penelitian yang dilakukan oleh Septiani 2009 adalah di Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan BPKP, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada auditor internal di beberapa perusahaan di Jakarta.
12
2 Tahun Penelitian
Pada penelitian dilakukan oleh Irawati dan Natalia 2005 dilakukan tahun 2005 dan penelitian yang dilakukan oleh Septiani 2009 adalah
2009, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. 3
Variabel Independen Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawati dan Natalia 2005 hanya
penyimpangan dan perilaku dalam audit dan penelitian yang dilakukan oleh Septiani 2009 ditambahkan komitmen organisasi, sedangkan
pada penelitian ini ditambahkan kepuasan kerja auditor. Alasan peneliti menambah variabel baru adalah karena peneliti
menganggap disamping karakteristik dan komitmen organisasi bahwa kepuasan kerja juga mempunyai pengaruh terhadap kinerja. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa penelitian terdahulu diantaranya adalah seperti yang dilakukan oleh Yuliastono 2008, Wahyuddin 2006, Engko
2006 yang ketiganya meneliti tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja. Berdasarkan hal tersebut peneliti yakin bahwa kepuasan kerja
seorang auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor dan juga terhadap penyimpangan perilaku dalam audit.
13
B. Perumusan Masalah