Kepuasan Kerja TINJAUAN PUSTAKA

24 c. Faktor yang mempengaruhi Komitmen Steers 1977 dalam Idris 2008 mengembangkan sebuah model hubungan sebab akibat terjadinya komitmen terhadap organisasi. Menurut Steers ada tiga penyebab komitmen organisasi, yaitu: 1 Karakteristik Pribadi kebutuhan berprestasi, masa kerjajabatan, dan lain-lain. 2 Karakteristik Pekerjaan umpan balik, identitas tugas, kesempatan untuk berinteraksi, dan lain-lain. 3 Pengalaman Kerja. Sedangkan Amstrong 1992 dalam Idris 2008 berpendapat bahwa tiga hal yang dapat mempengaruhi Komitmen, yaitu: 1 Rasa memiliki terhadap Organisasi. 2 Rasa senang terhadap pekerjaan. 3 Kepercayaan pada Organisasi.

D. Kepuasan Kerja

a. Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunujukan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka terima yakni seharusnya mereka terima Robbins 2003:78 dalam Wibowo 2007:299. Vroom 1964 dalam Kadir dan Aryanto 2003:66 menggambarkan kepuasan kerja sebagai “memiliki sikap positif terhadap pekerjaan pada diri seseorang”. 25 Kepuasaan kerja merupakan sebuah sikap yang dimiliki individu mengenai pekerjaan didasarkan pada faktor lingkungannya gaya penyedia, kebijakan organisasional, kondisi kerja dan tunjangan Weningtyas, 2005:291. Menurut Luthans 1995 dalam Sopiah 2008:170 mengemukakan: “Job satisfaction is pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience .” kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerja terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya dan dimiliki oleh pekerja Luthans, 1995 dalam Cecilia, 2006. Selain itu kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, bahwa kepuasan kerja tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh sejauhmana hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Ketiga, kepuasan kerja mencerminkan hubungan dengan berbagai sikap lainnya dari para individual Luthans, 1995 dalam Trisnaningsih, 2003. Kepuasan kerja karyawan dalam suatu kelompok kerja atau organisasi pada akhirnya akan digambarkan sebagai tingkat produktivitas productivity kerja karyawan, tingkat kehadiran absen, serta keluar 26 masuk karyawan yang tinggi turn over rates dalam suatu kelompok kerja atau organisasi Tampubolon, 2008: 38. b. Teori Kepuasan Kerja Menurut Sopiah 2008: 172 teori kepuasan kerja, diantaranya adalah: 1. Discrepancy Theory Teori ini dikembangkan oleh Porter 1961 yang menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau perbandingan antara harapan dengan kenyataan. 2. Equity Theory Teori ini dikemukakan oleh Adam 1963 dalam Gibson 1996 yang mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. 3. Opponent-Process Theory Teori ini dikembangkan oleh Landy 1978 dalam Gibson 1996 yang menekankan pada upaya seseorang dalam mempertahankan keseimbangan emosionalnya. 4. Teori Dua Faktor dari Herzberg Herzberg mengembangkan teori dua faktor dalam Gibson 1996, teori ini mengembangkan kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator instrinsik dan bahwa ketidakpuasan berasal dari ketidak- adaan faktor-faktor ekstrinsik. 27 c. Aspek-aspek Kepuasan Kerja Menurut Vandeberg 1992 dalam Setiawan 2006: 159 menyimpulkan bahwa terdapat 6 enam aspek yang dianggap paling dominan dalam studi kepuasan kerja, yaitu: 1. Gaji Gaji memainkan peranan penting dalam menentukan kepuasan kerja. Pertama, uang merupakan instrumen penting dalam memenuhi beberapa kebutuhan penting individual. Kedua, uang berfungsi sebagai simbol pencapaian dan pengakuan. 2. Kondisi Pekerjaan Working Conditions Terdapat tiga alasan bahwa kondisi pekerjaan yang menyenangkan karena mendorong timbulnya kenyamanan secara fisik. Kedua, kondisi yang menyenangkan mendorong memudahkan pelaksanaan pekerjaan secara efisien. Ketiga, kondisi pekerjaan dapat memudahkan aktivitas diluar pekerjaan seperti hobi. 3. Supervisi Komponen ini berkaitan dengan sejauhmana perhatian, bantuan teknis, dan dorongan ditunjukan oleh supervisor terdekat terhadap bawahan. 4. Kelompok Kerja Work Group Kelompok kerja juga merupakan sumber kepuasan kerja individual. Rekan kerja dalam kelompok kerja menunjuk pada perhatian dan dukungan baik secara teknis maupun sosial ditentukan oleh rekan kerja. 28 5. Pekerjaan itu sendiri The work itself The work itself berkaitan dengan sejauhmana pekerjaan memberikan individu tugas-tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dalam kesempatan untuk menerima tanggung jawab. 6. Promosi Promotions Mengacu kepada sejauhmana pergerakan atau kesempatan maju diantara jenjang organisasi yang berbeda dalam organisasi. d. Pengaruh Kepuasan Kerja Minat manajer dalam kepuasan kerja cenderung berpusat pada pengaruhnya terhadap kepuasan kerja. Untuk itu, perlu dipelajari dampak kepuasan kerja pada produktivitas, kemangkiran, dan perputaran Wibowo. 2007:311-312. 1. Kepuasan dan produktivitas Pekerjaan yang bahagia tidak berarti menjadi pekerja yang produktif. Pada tingkat individual, kenyataan menganjurkan sebaliknya untuk lebih akurat, produktivitas mungkin mengaruh pada kepuasan. 2. Kepuasan dan kemangkiran Hubungan antara kepuasan dan kemangkiran bersifat positif. Sebagai contoh adalah dalam organisasi yang memberikan cuti sakit dengan bebas mendorong semua pekerja, termasuk mereka yang sangat puas, mengambil cuti. Misalkan mereka mempunyai beberapa kepentingan, mereka tetap mendapatkan pekerjaan memuaskan dan tetap mengambil 29 cuti kerja untuk mengambil akhir minggu tiga hari atau menikmati liburan apabila dapat memperoleh kebebasan tanpa sanksi atau denda. 3. Kepuasan dan pergantian Kepuasan juga berhubungan negatif dengan pergantian. Secara spesifik, tingkat kepuasan kurang penting dalam memprediksi pergantian untuk superior performer. e. Pengukuran kepuasan kerja Terdapat dua macam pendekatan yang secara luas dipergunakan untuk melakukan pengukuran kepuasan kerja Robbins 2003:73 dalam Wibowo 2007:309, yaitu sebagai berikut: 1. Single Global Rating, tidak lain dengan minta individu merespon atas suatu pernyataan seperti: dengan mempertimbangkan semua hal, seberapa puas anda dengan pekerjaan anda?. Respon menjawab antara “High Satisfied” dan “High Dissatisfied”. 2. Summation Score lebih canggih. Mengidentifikasi elemen kunci dalam pekerjaan dan menanyakan perasaan pekerja tentang masing-masing elemen. Faktor spesifik yang diperhitungkan adalah: sifat pekerjaan, supervise , upah sekarang, kesempatan promosi dan hubungan dengan co-worker . Greenberg dan Baron 2003:151 dalam Wibowo 2007:310 mengemukakan bahwa adanya tiga cara untuk melakukan pengukuran kerja yaitu: 30 1. Rating Scale dan kuesioner Rating Scales dan kuesioner merupakan pendekatan pengukuran kepuasan kerja yang paling umum dipakai dengan menggunakan kuesioner dimana rating scales secara khusus disiapkan. 2. Critical incident Disini individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang mereka rasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan. Jawaban mereka dipelajari untuk mengungkapkan tema yang mendasari. 3. Interviews Interviews merupakan prosedur pengukuran kepuasan kerja dengan melakukan wawancara tatap muka.

E. Kinerja Auditor