BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kontinuitas dan berkembangnya suatu usaha merupakan salah satu tujuan yang selalu diusahakan untuk dicapai setiap organisasi. Namun,
keberhasilan maupun kegagalan tercapainya tujuan tersebut tergantung dari kemampuan manajemen organisasi dalam melakukan perencanaan
dan pengendalian yang baik mengenai kegiatan operasional, pengalokasian sumber daya yang terbatas maupun dalam hal perencanaan keuangan.
Salah satu komponen penting dalam perencanaan keuangan yaitu masalah penganggaran. Penganggaran merupakan proses pembuatan
rencana kerja dalam jangka waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan kuantitatif lain Siregar, 2003:1. Penyusunan
anggaran menjadi bagian penting dari siklus perencanaan, tindakan, dan pengendalian manajemen.
Proses penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan
yaitu sistem top-down,
bottom-up , dan
partisipasi penggabungan pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam proses
pendekatan top-down atau yang sering disebut dengan penganggaran otorisasi, manajer puncak menyusun anggaran untuk organisasi secara
keseluruhan. Sedangkan dalam pendekatan bottom-up, anggaran disusun dengan melibatkan manajer bawah. Proses penyusunan anggaran dengan
sistem bottom-up memungkinkan manajer puncak memahami masalah
1
yang dihadapi manajer bawah. Namun, jika tidak dikendalikan dengan baik pendekatan ini dapat mengarah pada adanya kelonggaran anggaran
Susanti, 2004:270. Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:87 proses penyusunan
anggaran yang efektif adalah dengan partisipasi yaitu menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up. Partisipasi anggaran adalah suatu
konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya Robbins, 2003 dalam Winarno
2006:23. Penyusunan anggaran secara partisipatif dapat mencegah adanya perilaku disfungsional karena adanya keterlibatan bawahan dalam proses
penyusunan anggaran Argyris, 1955 dalam Nor Wahyudin, 2007:5. Perilaku disfungsional merupakan perilaku individual yang pada dasarnya
bertentangan dengan tujuan organisasi Hansen dan Mowen, 2004:376. Partisipasi anggaran merupakan pendekatan manajerial yang
umumnya dinilai dapat meningkatkan efektivitas organisasi melalui peningkatan kinerja setiap anggota organisasi secara individual atau
kinerja manajerial Sukardi, 2004:83. Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial
seperti perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staff, negosiasi, dan representasi Mahoney dkk, 1963 dalam Sumarno,
2005:591. Anggaran yang disusun dengan partisipasi akan menghasilkan
pertukaran informasi yang efektif antara atasan dan bawahan Anthony
2
dan Govindarajan, 2005:87. Pada saat anggaran dirancang secara partisipasi dan disetujui maka bawahan akan menginternalisasikan
anggaran yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya, karena mereka ikut terlibat dalam penyusunan anggaran.
Hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial merupakan bidang penelitian akuntansi manajemen yang banyak
mengalami perdebatan, karena hasil hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial tidak dapat disimpulkan secara konklusif. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Brownell 1982b, Brownell dan Mc Innes 1986, Frucot Shearon 1991 dan Indriantoro 1993 dalam Sukardi
menemukan hubungan yang positif antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat partisipasi dalam
penyusunan anggaran maka akan meningkatkan kinerja manajerial. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanto 1996 dan
Bambang Supomo 1998 dalam Poerwati 2002:737, dimana mereka menemukan hasil yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dengan
kinerja manajerial. Menurut Govindarajan 1982a dalam Marani dan Supomo
2003:47 untuk mengatasi perbedaan hasil penelitian tersebut perlu dilakukan suatu pendekatan kontijensi contigency approach. Pendekatan
kontijensi memberikan gagasan bahwa sifat hubungan yang ada dalam partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial mungkin berbeda dari satu
situasi dengan situasi lain. Pendekatan kontijensi memungkinkan adanya
3
variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor moderating atau intervening
yang mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial Murray, 1990; Shield dan Young, 1993 dalam
Poerwati, 2002:739. Dalam penelitian ini, pendekatan teori kontijensi akan diadopsi
kembali untuk mengevaluasi keefektifan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan menggunakan komitmen organisasi sebagai
variabel moderating. Nouri dan Parker 1995 dalam Sumarno 2005:588 menyatakan bahwa hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja
manajerial berkemungkinan dipengaruhi oleh faktor kontekstual
organisasional yaitu komitmen organisasi. Komitmen organisasi menunjukkan hubungan keyakinan dan
dukungan terhadap nilai dan sasaran goal yang ingin dicapai organisasi Mowday et al., 1979 dalam Latuheru, 2005:118. Individu yang
mempunyai komitmen organisasi yang kuat akan berusaha untuk mencapai tujuan organisasi dan mengutamakan kepentingan organisasi daripada
kepentingan di luar organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula Susanti, 2004:265.
Latuheru 2005 dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi partisipasi anggaran dan komitmen organisasi terhadap senjangan
anggaran memberikan hasil yang negatif. Hal ini berarti adanya partisipasi anggaran menurunkan kecenderungan para manajer dalam menciptakan
senjangan anggaran jika manajer memiliki komitmen organisasi yang
4
tinggi dan mempunyai kemungkinan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Coryanata 2003 dan Sumarno 2005 yang menemukan bahwa interaksi partisipasi anggaran dengan komitmen organisasi berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial. Namun, penelitian yang dilakukan Susanti 2004 memberikan hasil yang bertentangan dimana interaksi partisipasi
anggaran dengan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian mengenai interaksi partisipasi
anggaran dengan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk melakukan pengujian kembali mengenai ”Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan
Kinerja Manajerial”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Susanti 2004. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada objek penelitian dan model regresi linier berganda yang digunakan. Objek dalam penelitian ini adalah universitas
negeri di Jakarta dengan sampel ketua jurusan sebagai manajer menengah ditingkat fakultas sedangkan objek penelitian sebelumnya adalah
perusahaan manufaktur Go publik di Jawa Timur dengan sampel manajer keuangan. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini menerapkan
5
pendekatan interaksi dengan uji nilai selisih mutlak untuk mengetahui nilai absolut perbedaan antara variabel independen sedangkan pada penelitian
sebelumnya menggunakan model regresi linier berganda dengan uji residual untuk mengetahui pengaruh deviasi penyimpangan linier antar
variabel independen. Anggaran merupakan rencana finansial yang menyatakan berapa
biaya yang harus dikeluarkan atas rencana-rencana yang dibuat dan bagaimana cara memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut dan
juga terkait pada proses penentuan jumlah pengalokasian dana untuk tiap- tiap program dan aktivitas. Menurut Marani dan Supomo 2003:48
penggunaan anggaran sebagai alat penilaian kinerja tidak hanya dapat diterapkan di organisasi bisnis yang berorientasi mencari laba, tetapi juga
diterapkan di organisasi yang berorientasi tidak mencari laba seperti universitas.
Universitas negeri merupakan lembaga pendidikan
yang aktivitasnya tidak terlepas dari masalah penganggaran. Universitas negeri
hendak memberikanpelayanan yang efektif dan efisien dibidang
pendidikan kepada masyarakat. Hal ini mengharuskan pimpinan universitas untuk meningkatkan kinerja para bawahanpelaksana anggaran
agar tujuan yang direncanakan dengan anggaran yang telah ditargetkan tercapai. Oleh karena itu, proses penyusunan anggaran menjadi kegiatan
yang perlu diperhatikan karena dapat memberikan dampak pada pelaksanaan anggaran dan kinerja dari para bawahanpelaksana anggaran.
6
B. Perumusan Masalah