B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial ?
2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial ?
C. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
b. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya:
a. Universitas Memberikan tambahan informasi bagi pihak manajemen universitas
sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan anggaran partisipatif dalam upaya meningkatkan kinerja manajerial.
7
b. Akademis Memperkuat hasil
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dan
memberi kontribusi dalam rangka memperkaya pengetahuan di bidang akuntansi manajemen.
c. Pembaca Menambah pengetahuan mengenai peran penting adanya partisipasi
dalam penyusunan anggaran dalam suatu organisasi dan memotivasi penelitian selanjutnya terutama mengenai hubungan antara partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggaran 1. Definisi Anggaran
Anthony dan Govindarajan 2005:73 menyatakan bahwa anggaran merupakan alat penting dalam perencanaan dan pengendalian jangka
pendek yang efektif bagi organisasi. Hansen dan Mowen 2005:355 mendefinisikan anggaran sebagai rencana keuangan untuk masa depan,
rencana tersebut mengidentifikasikan tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Sedangkan Mulyadi 1993:488 dalam Winarno
2007:20 mendefinisikan anggaran sebagai berikut: “Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal
dalam ukuran kuantitatif, dalam satuan moneter, dan satuan ukuran yang lain untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.”
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu alat perencanaan dan pengendalian keuangan organisasi
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam jangka waktu tertentu, untuk menunjukkan besarnya perolehan pendapatan dan pengeluaran dalam
memastikan pencapaian tujuan organisasi..
2. Fungsi dan Manfaat Anggaran
Menurut Schiff dan Lewin 1970 dalam Marani dan Supomo 2003:49 anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan kriteria
9
kinerja. Anggaran sebagai alat perencanaan berisi tentang ringkasan rencana-rencana keuangan organisasi dimasa yang akan datang.
Sedangkan sebagai kriteria kinerja, anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.
Siregar 2003:2 berpendapat bahwa peran anggaran pada suatu organisasi merupakan alat untuk membantu manajemen dalam
pelaksanaan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan organisasi untuk tujuan yang telah
ditetapkan. a. Perencanaan
Perencanaan berhubungan dengan merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan dimasa datang dan hasil yang akan dicapai
dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta bagaimana melaksanakannya. Anggaran sebagai alat perencanaan tertulis memberikan gambaran
yang jelas atas perencanaan suatu organisasi. b. Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu dalam organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat
menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam organisasi, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan
lainnya.
10
c. Pengawasan Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam
suatu organisasi. Pengawasan merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelumnya dapat dicapai.
d. Pedoman kerja Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara
sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Penyusunan anggaran dilakukan berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksir-taksiran pada
masa yang akan datang, yang akan menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam organisasi untuk menjalankan kegiatannya.
Menurut Kenis 1979 dalam Sukardi 2004:84 anggaran tidak hanya berfungsi sebagai alat perencanaan keuangan yang menetapkan
pengeluaran dan pendapatan suatu organisasi, tetapi juga merupakan alat
bagi manajer
tingkat atas
untuk mengendalikan,
mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi bawahannya.
Manfaat dari penyusunan anggaran bagi suatu organisasi menurut Prasetyaningtiyas 2007:20 diantaranya:
a. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi rencana manajemen melalui rencana organisasi.
b. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan merencanakan masa depan.
11
c. Proses penganggaran merupakan alat alokasi sumber daya pada berbagai bagian dari organisasi agar dapat digunakan seefektif
mungkin. d. Proses penganggaran dapat mengungkapkan adanya potensi
masalah sebelum terjadinya. e. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh organisasi dengan
cara mengintegrasikan rencana dari berbagai bagian penganggaran untuk ikut memastikan agar setiap orang dalam organisasi
mengarah pada sasaran yang sama. f. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang berlaku sebagai
tolak ukur benchmark untuk mengevaluasi kinerja pada waktu berikutnya
3. Pendekatan Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan kompleks. Hal ini dikarenakan, anggaran berkemungkinan dapat
memberikan dampak fungsional dan disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi Milani, 1975 dalam Marani dan Supomo,
2003:47. Dampak fungsional dan disfungsional ditunjukkan dengan berfungsi atau tidaknya anggaran sebagai alat pengendalian yang baik
untuk memotivasi para anggota organisasi dalam meningkatkan kinerja manajerial Argrys, 1952 dalam Sukardi, 2004:84.
12
Menurut Anthony dan Govindarajan 2005:86-87, pemilihan teknik penyusunan anggaran dalam suatu organisasi dapat dilakukan
melalui tiga pendekatan yaitu: a. Sistem top-down
Sistem top-down merupakan pendekatan penyusunan anggaran dimana keputusan berada pada atasan sedangkan bawahan tidak diberi
kesempatan untuk terlibat dalam penyusunan anggaran. Keuntungan dari pendekatan ini adalah memudahkan atasan untuk mengendalikan
anggaran. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu kurangnya komitmen dari bawahan karena merasa tertekan oleh
anggaran yang ditetapkan oleh atasan yang pada akhirnya akan membahayakan pelaksanaan angaran.
b. Sistem bottom-up Sistem bottom-up merupakan pendekatan penyusunan anggaran
dimana bawahan diberi kesempatan untuk terlibat dan mempunyai kewenangan dalam membuat suatu keputusan mengenai perencanaan
keuangan. Keuntungan dari pendekatan ini adalah penciptaan komitmen yang lebih besar dalam mencapai tujuan anggaran, tetapi
jika tidak terdapat pengendalian dari atasan maka anggaran yang disusun mungkin akan menghasilkan target yang terlalu mudah
dicapai.
13
c. Sistem participatory budgeting Sistem partisipasi anggaran merupakan proses penyusunan
anggaran yang merupakan gabungan dari pendekatan top-down dan bottom-up.
Pendekatan ini dianggap pendekatan yang paling efektif karena adanya kerjasama antara atasan dan bawahan dimana anggaran
yang disusun mendapat dukungan dari kedua belah pihak, sehingga diharapkan ada komitmen yang kuat untuk melaksanakannya.
Anggaran yang terlalu
menekan dapat menimbulkan
ketegangan bagi para bawahan sehingga dapat berakibat pada inefisiensi anggaran tersebut. Sedangkan anggaran yang tidak diawasi
dapat menimbulkan kelonggaran dalam pencapaian target anggaran. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu adanya keterlibatan
bawahan dalam penyusunan anggaran yang disertai dengan adanya pengawasan control dari atasan.
4. Partisipasi Anggaran
Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan suatu proses dimana para individu yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh
penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran Brownell, 1982
dalam Marani dan Supomo, 2003:47. Tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama
14
yang membedakan anggaran partisipatif dan non-partisipatif Milani, 1975 dalam Winarno, 2006:11.
Vroom dan Jago 1988 dalam Marsudi dan Ghozali 2001:104 membedakan partisipasi menjadi dua jenis yaitu:
a. Perasaan partisipasi Perasaan partisipasi diartikan sebagai seberapa luas individu merasa
bahwa dia telah mempengaruhi keputusan. b. Perasaan sesungguhnya
Perasaan sesungguhnya meliputi partisipasi legisted, yaitu perasaan penciptaan sistem formal untuk tujuan pembuatan keputusan khusus
dan partisipasi formal, yaitu partisipasi yang terjadi antara dan manajer bawahannya.
Partisipasi bawahan dalam
penyusunan anggaran akan
menimbulkan inisiatif untuk menyumbangkan ide dan informasi, meningkatkan kebersamaan, dan merasa memiliki sehingga dapat
meningkatkan kerjasama diantara para anggota organisasi Siegel dan Marconi, 1989 dalam Rahman dan Supomo, 2003:131. Melalui partisipasi
anggaran, atasan dapat memperoleh informasi yang akurat mengenai kondisi organisasi karena adanya pertukaran informasi yang lebih efektif
dari setiap sub-unit organisasi. Anthony dan Govindarajan 2005:87 menyatakan bahwa
partisipasi anggaran mempunyai dampak yang positif terhadap motivasi manajerial. Kecenderungan bawahanpelaksana anggaran untuk menerima
15
target anggaran lebih besar, jika bawahanpelaksana anggaran turut serta memegang kendali dalam proses penyusunan anggaran dibandingkan
dengan penyusunan secara sepihak oleh atasan. Para bawahanpelaksana anggaran yang merasa aspirasinya
dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggungjawab dan konsekuensi moral untuk meningkatkan
kinerja sesuai yang ditargetkan dalam anggaran Susanti, 2004:265. Kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan
mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta dapat memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan
melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya Dunk, 1990; Indriantoro,
1993; Supomo, 1998 dalam Poerwati, 2002:738.
5. Keunggulan dan Kelemahan Partisipasi Anggaran
Siegel dan Marconi 1989 dalam Winarno 2006:13 menyatakan bahwa keunggulan dari adanya partisipasi anggaran antara lain:
a. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan ide dan informasi pada seluruh tingkatan manajemen.
b. Terbentuknya group internalization, yaitu penyatuan tujuan individu dan organisasi.
c. Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan
pekerjaan.
16
d. Manajer puncak menjadi tanggap terhadap masalah-masalah sub-unit tertentu serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
ketergantungan antar sub-unit. Welsch, Hilton dan Gordon 2000:82 menyatakan bahwa proses
partisipasi anggaran memberikan dua manfaat diantaranya: a. Proses partisipasi mengurangi adanya asimetri informasi dalam
organisasi. Dengan demikian memungkinkan manajemen atas mendapatkan pengertian mengenai masalah lingkungan dan teknologi
dari manajer bawah yang mempunyai pengetahuan khusus. b. Proses partisipasi dapat menghasilkan komitmen yang besar dari
manajemen tingkat bawah untuk melaksanakan rencana anggaran dan memenuhi anggaran.
Selain memiliki beberapa keunggulan, partisipasi anggaran juga memiliki kelemahan. Hansen dan Mowen 2005:377 menyatakan bahwa
terdapat tiga masalah yang timbul yang menjadi kelemahan dalam partisipasi anggaran diantaranya:
a. Penetapan standar yang terlalu tinggi atau rendah sejak yang dianggarkan menjadi tujuan bawahan.
b. Kelonggaran dalam anggaran budgetary slack yang disebabkan oleh adanya kemungkinan bawahan dalam memperkirakan pendapatan yang
rendah atau menaikkan biaya sehingga dapat menurunkan resiko yang dihadapi guna pencapaian target anggaran.
17
c. Pseudoparticipation atau
partisipasi semu,
yaitu organisasi
menggunakan partisipasi penganggaran, tetapi kenyataannya hanya menerapkan partisipasi palsu. Atasan hanya mendapatkan persetujuan
formal dari bawahan, dan bukan untuk mencari input yang sebenarnya.
B. Kinerja Manajerial 1. Definisi Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang digunakan dalam mengukur efektivitas dan efisiensi suatu organisasi. Dalam penelitian ini,
kinerja manajerial mengacu pada definisi kinerja yang diungkapkan oleh Mahoney et al 1963 dalam Sumarno 2005:591 yaitu kinerja para
individu anggota organisasi pada fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, investigasi, kooordinasi, supervisi, pengaturan staff,
negosiasi dan representasi. a. Perencanaan
Perencanaan meliputi kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan
tindakanpelaksanaan, penjadwalan
kerja, penganggaran,
merancang prosedur, dan pemrograman. Dalam kaitannya dengan fungsi perencanaan, anggaran merupakan tujuan yang ditetapkan
organisasi untuk dicapai dalam periode tertentu.
18
b. Investigasi Kemampuan dalam mengumpulkan dan menyampaikan informasi
untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan dan analisis pekerjaan.
c. Pengkoordinasian Kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain di
bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.
d. Evaluasi Kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang
diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.
e. Pengawasan supervisi Kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan mengembangkan
bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
f. Pengaturan staff staffing Kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja dibagian anda,
merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.
19
g. Negosiasi Kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan
kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar secara kelompok.
h. Perwakilan representatif Kemampuan
dalam menghadiri pertemuan-pertemuan
dengan organisasi lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-
acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum organisasi.
2. Klasifikasi Tingkatan Manajer
Draft 2007:19 mengklasifikasikan tingkatan manajer dalam suatu organisasi terdiri dari:
a. Manajer atas Top Manager Manajer tingkat atas berada pada puncak hierarki dan bertanggung
jawab atas keseluruhan organisasi meliputi penentuan tujuan organisasi, manetapkan strategi, mengawasi dan menginterpretasikan
lingkungan eksternal serta mengambil keputusan yang mempengaruhi organisasi secara keseluruhan. Dalam lingkup universitas manajer
puncak meliputi rektor dan pembantu rektor. b. Manajer menengah Middle Manager
Manajer tingkat menengah adalah manajer yang bertanggung jawab untuk menetapkan tujuan sejalan dengan sasaran dan rencana dari
20
manajer puncak serta menerapkan strategi sub-unit untuk mencapai tujuan oraganisasi. Dalam lingkup universitas manajer tingkat
menengah meliputi dekan dan pembantu dekan. c. Manajer lini pertama First Line Manager
Manajer lini pertama merupakan manajer tingkat bawah yaitu manajer yang melatih dan mengawasai kinerja dari karyawan non-manajerial
serta bertanggung jawab atas kegiatan operasional organisasi. Dalam lingkup universitas manajer tingkat bawah meliputi ketua jurusan.
d. Karyawan non-manajer
C. Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial
Schiff dan Lewin 1970 dalam Marani dan Supomo 2003:49 menyatakan bahwa anggaran selain berfungsi sebagai alat perencanaan juga
dapat berfungsi sebagai alat kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.
Partisipasi anggaran merupakan pendekatan manajerial yang umumnya dinilai dapat meningkatkan kinerja manajerial Poerwati, 2002:737.
Keikutsertaan bawahan dalam memberikan usulan mengenai jumlah anggaran dapat memberikan dampak pada peningkatan kinerja. Hal ini dikarenakan,
individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan tanggung jawabnya untuk mencapai target anggaran yang telah ditetapkan
Anthony dan Govindarajan, 2005:376-377.
21
Coryanata 2004 dalam penelitiannya pada perguruan tinggi swasta di Indonesia menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi
anggaran dengan kinerja manajerial. Adanya partisipasi yang tinggi dari bawahanpelaksana anggaran dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan
kinerja manajerialnya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Susanti 2004 melakukan
penelitian terhadap perusahaan manufaktur Go public yang terdaftar di BEJ dan berkantor pusat di Jawa Timur. Hasil penelitiannya menemukan hubungan
yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Hal ini berarti adanya peningkatan atau penurunan partisipasi anggaran tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
D. Pendekatan Kontijensi