dimilikinya. Oleh karena itu agar kompetensi tersebut bisa dimiliki, cara memilikinya bisa melalui pendidikan dan pelatihan. Kompetensi diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan dengan standar dan kualitas tertentu sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan.
Disamping itu pula, Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada
mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu MMT, yang telah lebih popular dalam dunia bisnis dan industry dengan istilah Total
Quality Management TQM. Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan,
sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan
masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan
yang dijanjikan reliability, mampu menjamin kualitas pembelajaran assurance, iklim sekolah yang kondusif tangible, member perhatian
penuh kepada peserta didik emphaty, cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik responsiveness.
22
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau
berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah. Selain sebagai pemimpin leader, kepala sekolah berperan sebagai
manajer, yang kegiatannya disebut manajemen. Manajemen merupakan kegiatan yang lebih luas dari kepemimpinan leadership, karena dalam
kegiatan manajemen ini meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan. Suatu sekolah sangat
22
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h.26
bergantung pada fungsi kepala sekolah sebagai pengelola dan perencana juga pengendali kegiatan yang dilaksanakan oleh orang-orang yang ada di
dalam suatu sekolah. Kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kompetensi manajerial
yang dimainkan dan dimiliki oleh kepala sekolah. Semegah apapun dan secanggih apapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah
kalau tidak dikelola dan ditangani oleh kepala sekolah beserta dengan aparat birokrasi sekolah yang bersangkutan, maka itu akan sia-sia. Kepala
sekolah adalah manajer pendidikan dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Karena pada hakikatnya
manajemen merupakan proses manajerial atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah selaku manajer
pendidikan. Oleh karena itu kepala sekolah diharuskan memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam memimpin sekolah.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasaarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
23
Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan
management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a
manager plans, organizes, staffs, direct, and control the activities other people
24
.Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer
mangadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan,
dan pengendalian.
Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang terdiri dari beberapa rangkaian
kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
23
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, cet. 9, h. 1
24
Ibid, h.3
pengendalian yang bekerjasama dengan orang lain agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam dunia pendidikan, manajemen dikenal dengan sebutan manajemen pendidikan, Menurut Engkoswara mengemukakan bahwa,
manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang
disepakati bersama.
25
Manajemen pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan, melalui
perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil,
penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan
masyarakat di masa depan.
26
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi manajerial adalah kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal
pengelolaan sekolah.
27
Sedangkan kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.
28
Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan yang
harus dimiliki kepala sekolah sebagai manajer pendidikan profesional berupa pengetahuan knowledge, keterampilan skill, dan sikap attitude
untuk melakukan suatu pekerjaan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
25
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,.., h.8
26
Ibid., h. 8
27
Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012, cet. 1, h.42
28
E. Mulyasa, Me njadi Kepala Sekolah Profesional…., h. 37
bertindak secara profesional serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
B. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Tenaga
Pendidik
Pihak sekolah dalam menggapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda
kepemimpinannya. Meskipun pengangkatan kepala sekolah tidak dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dari guru yang sudah
berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi
profesional dalam melakukan tugas. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang terpaku dengan urusan-urusan administrasi,
yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada tenaga administrasi. Dalam pelaksanaannya, pekerjaan kepala sekolah merupaka pekerjaan berat, yang
menuntut kemampuan ekstra. Dinas Pendidikan dulu: Depdikbud telah menetapkan bahwa kepala
sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai educator; manajer; administrator; dan supervisor EMAS. Dalam perkembangan
selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader,
innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigm baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu
berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator EMASLIM.
29
a Kepala Sekolah sebagai Educator Pendidik
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan
29
Ibid, h. 98
model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi accerelation bagi peserta didik
yang cerdas di atas normal. Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat
dideskripsikan sebagai berikut. Pertama, mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-panataran,
untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya
diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan
cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.
b Kepala Sekolah sebagai Manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme
tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait
dalam melaksanakan setiap kegiatan.
Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus
meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan,
dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di
sekolah Partisipatif.
c Kepala Sekolah sebagai Administrator
Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi
keuangan. Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, kepala sekolah sebagai
administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik
pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu bertindak situasional,
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian, pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih mengutamakan tugas task
oriented, agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping
berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga
kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukan tugasnya.
d Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas
organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat 1993 menyatakan bahwa
“Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and
skill to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community”.
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervise merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan
supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan
layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih
efektif. Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam
kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervise pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya,
kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatihan prinsip-prinsip: 1 hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hierarkis, 2 dilaksanakan
secara demokratis, 3 berpusat pada tenaga kependidikan guru, 4 dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan guru, 5
merupakan bantuan professional.
e Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka
komunikasi dua arah, dan mendelegasika tugas. Wahjosumijo 1999:110 mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus
memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman
dan pengetahuan
profesional, serta
pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
f Kepala Sekolah sebagai Innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengitegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru
tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah stategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga
setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan
dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru fasilitator, yang
bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.
g Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi itu dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar
PSB. Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13
tahun 2007 kepala sekolah dituntut memiliki sekurang-kurangnya lima kompetensi. Kelima kompetensi itu adalah: 1 Kompetensi
kepribadian, 2 manajerial, 3 kewirausahaan, 4 supervisi, dan 5 sosial.
30
1 Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan hal mendasar dan pokok yang harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah. Disebut mendasar dan
pokok karena akan menentukan atau mendukung terhadap kompetensi-kompetensi lainnya.
2 Kompetensi Manajerial
Kompetensi manajerial yatitu kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal pengelolaan sekolah. Kepala sekolah harus
memahami sekolah sebagai sebuah system, sehingga semua komponen atau sumber daya yang terlibat di dalamnya dikelola
dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3 Kompetensi Kewirausahaan
Kompetensi kewirausahaan yaitu kemampuan kepala sekolah dalam hal menerapkan jiwa-jiwa kewirausahaan untuk memajukan sekolah
yang dipimpinnya.
4 Kompetensi Suvervisi
Kompetensi supervisi terkait dengan kemampuan kepala sekolah dalam menilai kinerja guru. Kompetensi ini sangat strategis dalam
upaya meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.
5 Kompetensi Sosial
Kepala sekolah sebagai manusia biasa tentu saja akan melakukan interaksi social dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut bisa di
masyarakat bisa juga di sekolah yang dia pimpin. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi social akan mudah melakukan interaksi
dengan siapa saja dan di mana saja. Kemampuan dalam berinteraksi sosial itu harus menunjang pada upaya memajukan sekolah yang
dipimpinnya.
30
Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi …, h.40
Apabila penulis memahami penjelasan tesebut, mungkin terlalu banyak untuk menjelaskan semua kompetensi kepala sekolah tersebut,
oleh karenanya supaya sesuai dengan pembahasan yang dikaji oleh penulis maka penulis hanya tertuju pada kompetensi manajerial kepala sekolahnya
saja. Adapun
kompetensi manajerial
kepala sekolah
menurut Permendiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007, meliputi: 1 Menyusun
perencanaan sekolah
pada berbagai
tingkatan perencanaan
2 Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan 3 Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah secara optimal 4 Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajar yang efektif 5 Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif
bagi pembelajaran peserta didik 6 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan SDM secara
optimal 7 Mengelola
sarana dan
prasarana sekolah
dalam rangka
pendayagunaan secara optimal 8 Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka
pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah 9 Mengelola peserta didik dalam penerimaan peserta didik dan
penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik 10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional 11 Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan dan efisien 12 Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian
tujuan sekolah
13 Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah
14 Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan
15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah
16 Melakukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah serta merencanakan tindak lanjut.
31
C. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Guru
Pelaksanaan strategi peningkatan tenaga pendidik sumber daya manusia sedikitnya mencakup dua kegiatan utama, yaitu:
a. Pembinaan Tenaga Pendidik b. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Pendidik
Secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembinaan
Pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan khususnya guru sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas dalam mengelola
proses pembelajaran pada lembaga pendidikan dengan performa kompetensi yang dimilikinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang dikutip oleh Gouzali Saydam mengemukakan pembinaan berasal dari kata dasar “bina”, yang berasal dari bahasa arab, yaitu “bangun”.
Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
32
Menurut Johar Permana terdapat beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga pendidik yaitu:
1 Pembinaan tenaga pendidik patut dilakukan untuk semua jenis tenaga pendidik baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional
maupun tenaga teknis penyelenggara pendidikan.
31
Bambang Sudibyo, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala SekolahMadrasah. h. 4-7.
32
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro, Jakarta: Djambatan, 2000, Cet. II, h. 1
2 Pembinaan tenaga pendidik berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan pelaksanaan tugas
sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing. 3 Pembinaan tenaga pendidik dilaksanakan untuk mendorong
meningkatkan kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan atau sistem sekolah, dan menyediakan bentuk-bentuk
penghargaan kesejahteraan dan insentif sebagai imbalannya guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomi
maupun kebutuhan sosial-psikologis 4 Pembinaan tenaga pendidik dirintis dan diarahkan untuk mendidik
dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatanposisi,
baik karena
kebutuhan-kebutuhan yang
berorientasikan terhadap lowongan jabatanposisi dimasa yang akan datang.
5 Pembinaan tenaga pendidik sebenarnya dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi,
pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan.
6 Khusus menyangkut dan jenjang karir tenaga pendidik disesuaikan dengan kategori masing-masing tenaga pendidik itu sendiri.
Meskipun demikian, perjalanan karir seseorang menempuh penugasan yang silih berganti antara struktural dan fungsional
hingga ke puncak karirnya.
33
b. Pelatihan dan Pengembangan
Kegiatan pengembangan sumber daya tenaga pendidik berkaitan pula dengan kegiatan latihan. Latihan dan pengembangan merupakan
kenyataan yang harus dilakukan, karena merupakan kebutuhan dalam suatu organisasilembaga dengan memberikan bimbingan kepada tenaga
pendidik dalam memahami setiap kegiatan kerja yang dilaksanakan. Hal
33
Ude Sukmana, Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP Sebagai Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru, Http: edekusuma. Wordpress.com, 26042007, h. 1
ini bertujuan untuk membuat tenaga pendidik menjadi lebih menaruh minat dan terlatih terhadap bidang kerjanya, serta berfungsi sebagai
jembatan untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, pengalaman dan kemajuan kariernya.
Pelatihan dan pengembangan mempunyai pengertian yang berbeda. Latihan
dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin.
Latihan menyiapkan para guru untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan dimaksudkan untuk menyiapkan para
guru untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang.
Istilah pelatihan berasal dari kata “latih” atau belajar, kemudian menjadi kata latih atau pelatihan. Latihan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah belajar untuk memperoleh sesuatu kecakapan.
34
Berarti latihan lebih menitikberatkan pada mutu, keahlian, kemampuan, dan
keterampilan dilakukan selama menduduki jabatan atau pekerjaan tertentu.
Menurut Malayu S.P Hasibuan Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual kepala
sekolah sesuai dengan kebutuhan pekerjaanjabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
35
Pendidikan dan pelatihan merupakan langkah mengembangkan SDM terutama dalam lembaga formal sekolah, oleh sebab itu dalam
meningkatkan organisasi tersebut perlu dikembangkan suatu skill dan kemampuan-kemampuan dalam bidang pekerjaannya, sehingga para
personil edukatif maupun non edukatif, khususnya guru harus dikembangkan sehingga mampu memberikan dan melakukan suatu
kemampuan yang
berkualitas dalam
meningkatkan kompetensi
manajerialnya untuk memimpin lembaga pendidikan dengan baik.
34
W.J.S. Poerwadarminta, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, Cet. VIII, h. 570
35
H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber ,…h. 68
Menurut Gouzali Saydam, pengembangan adala h “kegiatan yang
harus dilaksanakan
oleh organisasilembaga,
agar pengetahuan
knowledge, kemampuan ability, dan keterampilan skill mereka sesuai dengan tuntut
an pekerjaan yang mereka lakukan”.
36
Menurut Andrew F. Sikula yang dikutip Anwar Prabumangkunegara, mengemukakan pengembangan adalah suatu proses pendidikan
jangka panjang yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi
yang pegawai
mananajerialnya mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan umum. Adapun pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek
yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan
keahlian untuk tujuan yang terbatas.
37
Berdasarkan penjelasan tentang Pendidikan dan Pelatihan maupun pengembangan, maka penulis menyimpulkan pendidikan dan pelatihan
adalah proses memberikan bantuan bagi para guru ataupun tenaga kependidikan untuk menguasai keterampilankeahlian khusus atau
memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan pekerjaan dan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Sedangkan Pelatihan lebih kepada menyiapkan para guru untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
sekarang. Dengan kata lain, pelatihan adalah suatu bentuk investasi jangka pendek.
Sedangkan pengembangan merupakan hal yang direncanakan dan diharapkan akan memberi manfaat kepada organisasilembaga berupa
peningkatan produktivitas, peningkatan moral, efisiensi biaya dan fleksibilitas organisasi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi eksternal
yang berubah-ubah atau sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan oleh organisasilembaga.
36
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya ,…h. 36
37
H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen ,…h. 69
Pengembangan memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap
dan sifat-sifat kepribadian. Pengembangan adalah proses edukasional yang berjangka waktu lama, berupa uraian-uraian yang sistematis dan bertujuan
pada penguasaan pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis. Pengembangan berlangsung dalam jangka waktu antara tiga sampai dua
belas bulan. Pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik merupakan hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan
kinerja tenaga pendidik. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in
service training.
38
Dengan penjelasan sebagai berikut : 1 Metode pelatihan on the job training menurut Gouzali Saydam
adalah “pelatihan dilakukan di tempat bekerja para karyawan sendiri, yang diberikan oleh instruktur khusus yang sudah berpengalaman”.
39
Metode utama di dalam tempat kerja on the job training antara lain adalah demo atau praktek menyelesaikan sesuatu untuk
meningkatkan keahlian kepala sekolah atau tenaga pendidik, melatih lebih mengarah pada praktek manajerial dan profesional, melatih
dengan cara mengerjakan sendiri rotasi kerja. 2 Metode Penataran in-service training
Metode yang dilaksanakan bagi pegawai yang sedang bertugas atau berdinas dalam lembagaorganisasi, yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan. Yang termasuk kategori pelatihan ini adalah:
a Metode studi kasus Metode pengembangan di mana pimpinan diberikan
deskripsi tertulis tentang masalah lembaga untuk diteliti dan dipecahkan. Aspek-aspek lembaga yang terpilih diuraikan pada
lembar khusus. staff yang terlibat dalam pelatihan ini diminta
38
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ,…h. 43
39
Gouzali Saydam, Manajemen ,…h. 76
untuk mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa situasi dan merumuskan
penyelesaian-penyelesaian alternatif.
Dengan metode ini pendidik diharapkan dapat mengembangkan
keterampilan pengambilan keputusan. b Permainan Peran Role Playing
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para peserta pelatihan untuk memainkan berbagai peran yang
berbeda. Peserta ditugaskan untuk memerankan individu tertentu yang digambarkan dalam suatu episode dan diminta untuk
menanggapi para peserta lain yang memiliki peran yang berbeda dengan dirinya.
c Business Games Business manajemen game adalah suatu simulasi
pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi kehidupan bisnis nyata. Para peserta memainkan “game”
dengan memutuskan harga produk yang akan dipasarkan, berapa besar anggaran pengiklanan, siapa yang akan ditarik, dan
sebagainya. Tujuannya adalah untuk melatih para peserta dalam pengambilan keputusan dan cara mengelola operasi-operasi
lembagaorganisasi. d
Vestibule Training Bentuk latihan ini dilaksanakan bukan oleh penyelia, tetapi
oleh pelatih-pelatih khusus. Area-area terpisah dibangun dengan berbagai jenis peralatan sama seperti yang akan digunakan pada
pekerjaan sebenarnya. e Latihan Laboratorium Laboratorium Training
Teknik ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan antar pribadi. Salah satu bentuk latihan ini adalah latihan senstivitas, di mana peserta belajar menjadi lebih sensitif
peka terhadap perasaan orang lain dan lingkungan.
f Behavior Modelling
Adalah salah satu cara untuk mempelajari atau meniru pelaku dengan mengobservasi dan meniru model-model dan
biasanya model pelaku diproyeksikan dalam bentuk video tape. g
Conference Dengan metode ini diharapkan peserta menjadi terlatih
untuk menerima dan mempersepsikan pendapat orang lain serta dapat mengambil kesimpulan atau keputusan dari problem yang
dihadapinya.
40
Pengembangan sumber daya manusia, sebagaimana yang telah dijelaskan, baik pengembangan secara on the job training maupun
in-service training merupakan suatu proses atau cara yang didalamnya menggunakan suatu strategi untuk meningkatkan
kualitas dan kemampuan manajerial kepala sekolah dalam rangka mewujudkan suatu tujuan pendidikan.
3. Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Guru
Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa peningkatan kemampuan professional guru dapat diartikan sebagai upaya membantu guru agar
mampu mengelola sendiri, memenuhi kualifikasi, oleh karena itu peningkatan kemampuan profesionalisme guru dapat diartikan sebagai
upaya membantu guru.
41
Beberapa pembinaan untuk peningkatan tenaga pendidik yang professional meliputi :
1. Pembinaan tenaga pendidik melalui supervisi pendidikan, meliputi : a. Kunjungan kelas, dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk
melihat guru sedang melakukan proses pembelajaran b. Percakapan pribadi antara kepala sekolah dengan guru
c. Kunjungan antar kelas yaitu antar guru saling mengunjungi
40
Gouzali Saydam, Manajemen ,…h. 75-79
41
Ibrahim Bafadal, Op Cit,. h.44
d. Penilaian sendiri self evaluation, guru melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri.
42
2. Pembinaan komitmen, motivasi, dan moral kerja guru Pemberian dorongan motivasi bertujuan untuk memberikan
pengarahan pada para bawahan agar mereka mau bekerja dan semangat dalam menjalankannya. Adapun tujuan dari pembinaan moral kerja
guru adalah sebagai usaha untuk membina dan meningkatkan semangat dan kegairahan kerja guru-guru agar mereka lebih
berprestasi dalam melaksanakan tugasnya. Ibarahim Bafadal mengemukakan bahwa seorang guru memiliki
moral kerja yang tinggi akan bekerja dengan penuh antusias, bergairah, penuh inisiatif, bergembira, tenang, teliti, suka bekerja
sama dengan orang lain, ulet, disiplin waktu, sebaliknya orang yang memiliki moral kerja rendah akan tampak kurang
bergairahdalam melaksanakan tugasnya, malas, sering membuat kesalahan dalam melaksanakan tugasnya dan tidak disiplin.
43
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa dalam pembinaan tenaga pendidik itu tidak hanya dilakukan melalui penataran saja,akan tetapi
dapat dilakukan dengan cara supervisi, pembinaan komitmen, motivasi dan moral kerja guru serta penguasaan terhadap kurikulum. Disamping itu
pula masih banyak yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengembangkan kemampuan guru tersebut, misalnya : pendidikan dan
pelatihan Diklat, studi kasus, rotasi jabatan, pendidikan formal, rapat kerja, penataran, lokakarya, seminar dan diskusi yang itu semua kaitannya
dengan pendidikan. Meskipun banyak teknik yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan di
sekolah, itu harus dipertimbangkan dengan baik dalam pengaplikasiannya.
42
Ibid,. h.49
43
Ibrahim Bafadal., h.92
B. Kerangka Berfikir
Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah keberhasilan dalam pembangunan pendidikan. Guru
memiliki peran yang sangat penting sebagai ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut, karena seorang guru lah calon-calon
tenaga pembangunan yang terampil dan berkualitas akan bermunculan. Oleh karena tugas dan peran guru yang sangat penting itulah, guru di
tuntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas. Dengan demikian guru harus profesional dalam melaksankan tugasnya.
Peningkatan mutu dan kualitas guru tidak terlepas dari peran kepala sekolah sebagai perencana dan pengorganisasi. Dengan
perencanaan dan pengorganisasian yang efektif pula guru akan lebih bersemangat dan memiliki dedikasi yang tinggi. Semakin tinggi tingkat
efektivitas perencanaan dan pengorganisasian yang telah direncanakan oleh kepala sekolah maka semakin tinggi pula semangat kerja guru dalam
melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru yang berkualitas akan menghasilkan suatu out put yang
bermutu dan berprestasi pula. Dengan demikian itu semua dapat dikatakan berhasil apabila di dorong oleh peran kepala sekolah yang telah
memotivasi guru untuk mampu meningkatkan mutu kerjanya, sebaliknya apabila peran dari kepala sekolah tidak berjalan dengan efektif, maka
semangat kerja guru akan menurun dan kualitas kerjanya pun akan menjadi rendah.
C. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka teori, kerangka berfikir dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut :
Ha : Terdapat hubungan yang positif antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan
Setu Kabupaten Bekasi. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara kompetensi manajerial
kepala sekolah dengan mutu guru Madrasah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi.