Hubungan kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi

(1)

Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AEP SAEPUDIN NIM : 106018200731

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAKSI

AEP SAEPUDIN (106018200731). “Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Mutu Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda

Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi”. Skripsi dibawah bimbingan Drs. H.

Muarif SAM, M.Pd. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Kata kunci: Kompetensi, Manajerial, Mutu Guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pangaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru. Penelitian ini dilaksanakan di MA Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode kuantitatif. Metode ini dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Subyek penelitian seluruh guru dan staff/karyawan MA Nurul Huda. Pengambilan sampel penelitian dengan cara mengambil seluruh sampel dari banyaknya jumlah tenaga pendidik sebanyak 22 orang. Instrumen untuk mengumpulkan data penelitian berupa angket dengan jumlah 17 butir soal untuk mengukur tingkat kompetensi manajerial dan 20 butir soal untuk mengukur tingkat mutu guru. Analisis data proses kedua variabel tersebut menggunakan uji t-test.

Temuan penelitian diperoleh hasil nilai r Hitung 0,631 dan nilai R square (R2) sebesar 0,398 atau 39,8%.Nilai t hitung variabel kompetensi manajerial sebesar 3,636 > nilai t table 1,725 (n-k = 22-2 = 20) dengan nilai signifikansinya adalah 0,002 < α = 0,05.Karena nilai t hitung variabel kompetensi manajerialnya adalah 3,636 > nilai t table 1,725 dengan nilai signifikansinya adalah 0,002 < α = 0,05, maka H ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kompetensi manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel mutu guru. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara kompetensi manajerial dengan mutu guru dapat diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan. Dengan demikian, kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh positif terhadap mutu guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda.


(6)

ABSTRACT

AEP SAEPUDIN (106018200731). "Managerial Competence relationship with the Principal Teacher Quality in Madrasah Aliyah Nurul Huda Bekasi District of Setu". Thesis under the guidance of Drs. H. Muarif SAM, M.Pd. Program Management Studies Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Science. Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta in 2014.

Keywords: Competence, Managerial, Teacher Quality.

This study aims to determine the impacts of managerial competence principals with teacher quality. The research was conducted in the District Setu MA Nurul Huda Bekasi.

The research method used is a quantitative method. This method can be interpreted as a research method that is based on the philosophy of positivism, used to examine the population or a particular sample, data collection using research instruments, quantitative data analysis / statistics, with the aim to test the hypothesis that has been set. Research subject all teachers and staff / employees MA Nurul Huda. Research sampling by taking the entire sample of the large number of educators by 22 people. Instruments to collect research data questionnaire with 17 items to measure the level of managerial competency and 20 items to measure teacher quality. Data analysis process these two variables using t-test.

The findings of the research results and the value of r 0.631 Calculate the value of R square (R2) of 0.398 or 39.8% The value of managerial competence variable t for 3,636> 1,725 t table value (nk = 22-2 = 20) with a significance value is 0.002 <α = 0,05.Karena t value managerial competence variable is 3.636> t table value of 1.725 with significance value is 0.002 <α = 0.05, then H rejected and H1 is accepted. This means that the managerial competence variables significantly affect teacher quality variables. So it can be concluded that the hypothesis that there is a relationship between managerial competencies with teacher quality is acceptable. This means that there is a significant relationship. Thus, the managerial competence of the principal positive effect on the quality of the teacher in Madrasah Aliyah Nurul Huda.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN MUTU GURU DI MADRASAH ALIYAH NURUL HUDA KECAMATAN SETU KABUPATEN BEKASI ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingg akhir zaman.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i MA.,PhD., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd , Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu yang diberikan, nasehat, arahan, motivasi, bimbingan selama menjalani proses perkuliahan di Program Studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

3. Drs. H. Muarif SAM, M. Pd., sebagaiDosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan, bimbi ngan, nasehat, arahan, motivasi, pengetahuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

4. Bapak/Ibu Dosen serta staffProgram Studi Manajemen Pendidikan atas pelayanan, bimbingan, pengetahuan, pengalaman, motivasi yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan di Program Studi Manajemen Pendidikan.

5. Pimpinan dan segenap karyawan yang bertugas di Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas fasilitas dan layanan yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.

6. H. Dawam Sartoni, S.IP, (Kepala Yayasan PPM Nurul Huda Kabupaten Bekasi), H. Atok Romli Musthofa, M.Si, (Ketua Yayasan Bidang Pendidikan), Abdul Malik, S.S, (Kepala Madrasah Aliyah Nurul Huda), Bapak/Ibu dan Staff yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

7. Ayahanda Ustad Syafe’i dan Ibunda tercinta Nurhayati beserta Ayah mertua Endin dan Ibu mertua Enjuh dan Istriku tercinta Mia Amalia eL Addien atas doa, dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil yang selalu mereka berikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Juga adik-adikku tercinta Nunung Nurdianah, Suryani taher, adik-adik iparku Mista, Asep Suryana dan cucuku terimut Naufa Sabita yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat senasib dan seperjuangan di kosan yang selalu berbagi dalam suka maupun duka, kepada Abdul Jalaludin, S.Pd, Faridun Nidhom, Encef Muamaedi, Hasan Aryanto, Saifullah, M. Sholeh, Fikri, Devo, Agus yang senantiasa memberikan kenyamanan selama penulisan skripsi ini. Semoga persahabatan kita tetap terjaga.

9. Teman-TemanProdi-MP A Angkatan 2006, Alam, Muiz S.Pd, Agus S.Pd, Alwani S.Pd, Jalal S.Pd, Aldyan S.Pd, Adel, Ana, Diana, Andika S.Pd, Diki, Budi, Encep, Kamilah, Dewi, Fahad, Fahri, Idun, Midis, Rifa’i, Angga, Khalidatunnur S.Pd, Diyah, Fatimah, Dina, Affah, Eka Agustini S.Pd, Astri S.Pd, Indah S.Pd, Ina S.Pd, Candra S.Pd, Hamna S.Pd, Aulia, Eka Setiawati,


(9)

Anik, Yuyu S.Pd, Shifroh S.Pd dan semuanya, sekaligus kawan-kawan KI-MPBatas bantuan, dukungan, motivasi, arahan, nasihat dan ilmu yang diberikan kepada penulis khusunya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga persahabatan kita tidak akan lekang oleh waktu dan selalu solid sampai akhir hayat ini.

10. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skripsi ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berdo’a semoga pihak-pihak yang telah memberikan support kepada penulis, menjadi amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Tentunya skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis akan karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca, Amin.

Jakarta, 05Februari2014


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI……….

DAFTAR TABEL ………

DAFTAR GAMBAR………...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….

B. Identifikasi Masalah.……….

C. Pembatasan Masalah………

D. Rumusan Masalah……….

E. Tujuan Masalah……….

F. Manfaat Penelitian………

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori ………..

1. Mutu Guru ………

a. Pengertian Mutu Guru ………

b. Indikator Guru Bermutu ……….. 2. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ………..

a. Pengertian Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ……… b. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Tenaga

Pendidik………..

c. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Guru…………

B. Kerangka Berfikir………

C. Hipotesis Penelitian……….

i ii v viii ix x 1 8 8 9 9 9 11 11 11 13 16 16 22 29 37 38


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...

B. Metode Penelitian ………

C. Populasi dan Sampel ………

D. Teknik Pengumpulan Data ………..

E. Instrumen Pengumpulan Data ……….. 1. Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah... a. Definisi Konseptual... b. Definisi Operasional... c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 2. Variabel Mutu Guru... a. Definisi Konseptual... b. Definisi Operasional... c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………

BAB IV HASIL PENELITIAN, PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MA Nurul Huda ………

1. Latar Belakang………

2. Dasar Pemikiran, Visi dan Misi Madrasah ... 3. Program dan Kurikulum...

4. Kurikulum Madrasah ……….

5. Pengembangan Kurikulum... 6. Waktu Belajar... 7. Pedoman Tata Laksana Belajar dan Tata Tertib... 8. Administrasi dan Keuangan... B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis... 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kompetensi Manajerial (Variabel X) 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Guru (Variabel Y)………

3. Uji Frekuensi ………..

39 39 40 41 41 42 42 42 42 43 43 43 43 44 46 46 48 50 52 52 53 54 63 68 68 70 72


(12)

C. Analisa dan InterpretasiData Penelitian………. 1. Uji Korelasi Variabel X dan Y………

2. Uji F-test………..

3. Uji t-test………...

4. Uji Hipotesis………

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……….

B. Saran ………...

DAFTAR PUSTAKA ………..

LAMPIRAN-LAMPIRAN

77 77 78 79 80

84 85 xi


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Manajerial...………...44

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Mutu Guru………..45

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Manajerial..……….72

Tabel 4.2 Reliabillity Statistic………..73

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Mutu Guru………..74

Tabel 4.4 Reliabillity Statistic………..76

Tabel 4.5 Hasil Uji Frekuensi Variabel X………....77

Tabel 4.6 Hasil Uji Frekuensi Variabel Y………....78

Tabel 4.7 Model Summary………81

Tabel 4.8 Annova………..82


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi MA Nurul Huda………...51 Gambar 4.2 Grafik hasil Uji Hipotesis……….84


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Tes Kompetensi Manajerial ( Variabel X)………..86

Lampiran 2 Hasil Olah Data Tes Kompetensi Manajerial (Variabel X)……….87

Lampiran 3 Hasil Tes Mutu Guru (Variabel Y)…..……….88

Lampiran 4 Hasil Olah Data Tes Mutu Guru (Variabel Y)….……….89

Lampiran 5 Data Regresi …...……….90

Lampiran 6 Data Reliabilitas X (Kompetensi Manajerial) .……….91

Lampiran 7 Data Reliabilitas Y (Mutu Guru) .……….92

Lampiran 8 Data Validitas Variabel X .………93

Lampiran 9 Data Validitas Variabel Y .………94

Lampiran 10 Tabel Hasil Regresi dan Korelasi………95

Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X .………96

Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y .………98

Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Variabel X………101


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Artikel, Dede M.Riva. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. (Online). Diakses pada 2 Januari 2013 dari http://beta.pikiran.rakyat.com.

Artikel, Sudarwan Danim. Peran Guru dalam Proses Pendidikan. (online). Diakses pada 13 Maret 2013 dari http://www.kampus-info.com.

Bafadal, Ibrahim, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta : Bumi Aksara,Cet. I, 2003.

Buku Pedoman Tata Laksana Belajar MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2008.

_________, Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. XII, 2009.

_________, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. X, 2009.

Kamus Online Diakses dari http://id.shvoong.com. Pada 29 Oktober 2013 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.


(17)

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Ed. III ,2007.

S. Arcaro, Jerome, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan,,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2005.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. VIII, 2012.

S.P. Hasibuan, Malayu, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,Cet. IX, 2011.

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. I, Cet.19,2011.

Saydam, Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro, Jakarta: Djambatan, Cet. II, 2000.

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. IV, 2011.

Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi,, Bandung : CV Alfabeta, Cet. I, 2013.

________, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,Bandung: CV Alfabeta, Cet. XV, 2012.

Suhardiman, Budi, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. I, 2012.

Sukmana, Ude, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru, Http: //edekusuma. Wordpress.com.


(18)

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan,Bandung : Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010.

Usman , Moh. Uzer, Menjadi Guru Professional,Bandung : PT Rosdakarya, Cet. XVII, 2005.

Usman, Uzer dan Ibrahim Bafadal, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

W.J.S. Poerwadarminta, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. VIII, 1985.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menghadapi era global yang diperkirakan ketat dengan persaingan di segala bidang kehidupan, khususnya dunia kerja yang semakin kompetitif, tidak ada alternatif lain selain berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya peningkatan mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Hal ini lebih dikenal dengan Millenium Development Goals yang maksudnya adalah era pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal tersebut mutlak diperlukan, karena akan menjadi penopang utama pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan, good governance and clean governance, serta menjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia dari multidimensi krisis, kemiskinan, dan kesenjangan ekonomi.1 Guna tercapainya tujuan dimaksud harus didukung dengan pembangunan pendidikan dengan pengembangan

1

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) cet. Ke-5, h. 2


(20)

program dan kurikulum serta berbagai macam model penyelenggaraan pembelajaran, dengan perlu didukung oleh perubahan peningkatan mutu atau kualitas guru yang profesional menjadi pilar utama dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, mengemban tugas untuk mencapai tujuan institusional yang berimplikasi kepada tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu dibangun dan dikelola secara profesional, sehingga terwujud institusi pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang mampu mengkoordinir dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap kompetensi kepala sekolah khususnya kompetensi manajerial. Hal ini karena dalam struktur organisasi sekolah, kepala sekolah adalah manajer sekaligus pemimpin yang membawahi komponen kependidikan yang ada di dalamnya. Secara piramida, kepala sekolah adalah puncak yang membawa pengaruh bagi badan dan akar bangunan di bawahnya. Melihat posisinya tersebut, kepala sekolah efektif akan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan pada unit tingkat sekolah.

Peran kepemimpinan kepala sekolah menjadi sangat penting terutama dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat mendorong sekolah mewujudkan visi, misi dan tujuan dalam berbagai program yang dilaksanakan secara terencana. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya, yang akhirnya dapat terwujud suatu pendidikan yang berkualitas sesuai dengan arah dan tujuan Sistem Pendidikan Nasional.

“Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban


(21)

sekolahnya”.2

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pencapaian tujuan lembaga pendidikan sangat tergantung pada kualitas kepala sekolah dan kerjasama yang diciptakannya dengan para guru dan staf.

Dalam menciptakan hubungan kerjasama dengan guru, bisa direalisasikan dengan kepala sekolah berperan sebagai pendidik. Kepala sekolah diharapkan mampu memberikan contoh keteladanan yang baik kepada guru dan pengalaman yang mendukung, agar terbentuknya pemahaman guru terhadap pelaksanaan tugasnya. “Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya”.3

Peran kepala sekolah dalam konteks pendidik, dipandang sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam membentuk jiwa profesional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya bisa terwujudnya tujuan pendidikan.

Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, karena kualitas sekolah tergantung dari kualitas kepala sekolahnya. Kualitas kepala sekolah tercermin dari kepemimpinannya yang optimal dalam mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah. Mengelola sekolah agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal bukan pekerjaan yang mudah, tapi diperlukan suatu keahlian manajerial sekaligus kepemimpinan yang maksimal dari kepala sekolah.

Secara umum hampir semua kepala sekolah berasal dari guru sebagai tenaga teknis pendidikan. Sebagai seorang guru, kemampuan yang ada selama ini biasanya terbatas pada teori-teori kependidikan, bagaimana mengajar dan mendidik agar siswa mencapai indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan penguasaan ilmu tentang manajemen masih kurang, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan

2

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. IV, h. 24 – 25

3


(22)

keputusan, koordinasi dan komunikasi) dan evaluasi. “Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh faktor kepala sekolah yang kurang membaca, majalah dan jurnal; kurang mengikuti perkembangan; jarang melakukan diskusi ilmiah; dan jarang mengikuti seminar yang berhubungan dengan pendidikan dan profesinya “.4

Berkaitan dengan hal tersebut, Menurut Adler, sebagaimana dikutip oleh Dede M. Riva, guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah.5 Dalam latar pembelajaran di sekolah pernyataan tersebut sangat tergantung kepada tingkat profesionalisme guru. Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran di sekolah ada sebuah komponen yang paling esensial dan paling menentukan kualitas pembelajaran yaitu guru. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya bilamana dihipotesiskan bahwa peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah tidak mungkin ada tanpa peningkatan profesionalisme para gurunya.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.

Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua

4

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,…h. 73 – 74

5

Dede M.Riva. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. (Online). Diakses pada 2 Januari 2013 dari http://beta.pikiran.rakyat.com.


(23)

maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaharuan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus mampu melakukan penelitian guna mendukung efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

Banyak alasan yang mendasari mengapa profesionalisme guru itu perlu ditingkatkan, karena ini berhubungan langsung dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Apabila diinginkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas maka semua komponen yang terkait dengan pendidikan tersebut juga harus ditingkatkan salah satunya yaitu guru.

Pentingnya peningkatan kemampuan profesional guru dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik dari tinjauan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja, maupun peningkatan profesionalisme guru sangat dipentingkan dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Demikian pula halnya dengan pengembangan materi dalam rangka pencapaian target kurikulum harus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu harus dikuasai oleh guru dan kepala sekolah, sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Dalam rangka itu, peningkatan profesional guru perlu dilakukan secara kontinu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Suatu


(24)

contoh, disaat ini banyak guru yang menggunakan media LCD dalam kegiatan belajar mengajar, apabila guru tersebut tidak menguasai teknologi maka ia akan tertinggal oleh guru-guru yang memang menguasai IPTEK, ia hanya menulis di papan kemudian para siswa mencatat. Selain itu, di era seperti ini banyak informasi-informasi yang disajikan lewat internet. Apabila guru gagap teknologi maka ia akan ketinggalan informasi yang seharusnya wajib ia ketahui.

Ditinjau dari kepuasan dan moral kerja. Sebenarnya peningkatan kemampuan profesional guru merupakan hak setiap guru. Artinya, setiap pegawai berhak mendapat pembinaan secara kontinu, apakah dalam bentuk supervisi, studi banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lainnya. Pemenuhan hak tersebut, bilamana dilakukan dengan sebaik-baiknya, guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang tinggi, dan disiplin.

Ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di sekolah yang bilamana tidak dirancang dan dilakukan secara hati-hati oleh guru mengandung risiko yang tidak kecil. Aktivitas pembelajaran yang mengandung risiko tersebut banyak ditemukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya pada pokok-pokok bahasan yang dalam proses pembelajarannya menuntut keaktifan siswa dan atau guru untuk melkukan praktek dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bilamana pembelajarannya tidak dirancang dan dilaksanakan secara profesional, tidak menutup kemungkinan terjadi adanya kecelakaan-kecelakaan tertentu, seperti peledakan bahan kimia, tersentuh jaringan listrik, dan sebagainya. Dalam rangka mengurangi terjadinya berbagai kecelakaan atau menjamin keselamatan kerja, pembinaan terhadap guru perlu dilakukan secara kontinu.

Selain itu, jika ditinjau dari aspek peningkatan kemampuan profesional guru sangat dipentingkan dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Sebagaimana ditegaskan bahwa salah satu ciri implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah kemandirian dari


(25)

seluruh stakeholder sekolah, salah satunya dari guru. Kemandirian guru akan tumbuh bilamana ada peningkatan kemampuan profesional kepada dirinya.

Jadi, dari uraian di atas sudah jelas bahwa peningkatan profesionalisme guru memang sangat penting, baik ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.

Berdasarkan pengamatan di lapangan selama ini di Madrasah Aliyah Nurul Huda Desa Cikarageman Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi mutu pendidikannya masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa yang masih rendah, masih terdapat guru yang belum mengoptimalkan rencana program pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, kurangnya evaluasi guru terkait pembelajaran yang telah disampaikan, penempatan dan pembagian tugas guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, disamping itu pula kurangnya pengawasan dari kepala sekolah sebagai manajer terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk menjadikan lembaga pendidikan yang berkualitas diperlukan sumber daya manusia yang bermutu pula, dalam hal ini yaitu tenaga pendidik yang bermutu dan berkompetensi tinggi sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.

Disamping itu pula pada proses kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang kurang mengotimalkan alat-lat peraga dalam pembelajaran, ini terbukti dengan masih ada guru yang menyampaikan pembelajarannya dengan metode ceramah, kurang mengoptimalkan LCD proyektor, belum terdapatnya alat-alat peraga lainnya, seperti peta, globe peta arah perputaran angin dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, apabila penulis perhatikan terkait dengan latar belakang permasalahan tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait permasalahan tersebut dengan judul “Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Mutu Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi”.


(26)

Dipilihnya MA Nurul Huda sebagai objek penelitian, karena didasarkan pada kenyataan bahwa :

1. Madrasah Aliyah Nurul Huda memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi.

2. Madrasah Aliyah Nurul Huda merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat tehadap lembaga pendidikan tersebut.

3. Madrasah Aliyah Nurul Huda diharapkan menjadi barometer sentral bagi sekolah-sekolah lain yang berada di sekitar kecamatan Setu pada khususnya dan sekolah-sekolah seluruh Indonesia pada umumnya. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat di identifikasi berbagai masalah/variabel terkait dengan mutu guru, yaitu:

1. Kurangnya pemahaman guru terkait dengan pembuatan perencanaan pembelajaran yang akan disampaikan sebelum kegiatan belajar mengajar.

2. Kurang optimalnya penyediaan pelatihan dan pembinaan yang bersifat komprehenshif, terpadu dan berkelanjutan yang dapat meningkatkan mutu guru.

3. Kurang efektifnya strategi dan pelaksanaannya pada pembinaan, pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu guru yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak lembaga Madrasah Aliyah Nurul Huda untuk mencapai target yang baik.

4. Hasil dan dampak yang kurang mencapai target sasaran dalam meningkatkan mutu guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diketahui banyak variabel yang diduga kuat mempengaruhi mutu guru. Mengingat keterbatasan peneliti dalam hal biaya, tenaga, waktu dan kemampuan akademik, maka penelitian ini dibatasi pada kompetensi manajerial kepala sekolah dalam kaitannya dengan mutu guru.


(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang dijadikan hal pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mutu guru di MA Nurul Huda?

2. Bagaimana kompetensi manajerial kepala MA Nurul Huda?

3. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru di MA Nurul Huda?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah: Untuk mengetahui tingkat kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru. Sedangkan secara khusus, yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat mutu guru MA Nurul Huda.

2. Untuk mengetahui tingkat kompetensi manajerial Kepala sekolah MA Nurul Huda.

3. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara kompetensi manajerial Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru di MA Nurul Huda.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi nilai manfaat baik secara praktis maupun akademis.

1. Secara akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya tentang kompetensi manajerial kepala sekolah dan peningkatan mutu guru.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi praktisi pendidikan, khususnya elemen-elemen terkait yang ada di MA Nurul Huda dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Mutu Guru

a. Pengertian Mutu Guru

Dalam Standar Nasional Pendidikan PP. RI. No. 19 tahun 2005, pasal 1 ayat 1,2 dan 3 mengenai penjaminan mutu dan tujuannya yang berbunyi :

“ setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi dan melampaui standar nasional yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas”.6

Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu adalah ukuran baik dan buruk suatu benda, keadaan, taraf, atau derajad, kualitas”.7

Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk

6

PP RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

7

Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III, h. 708


(29)

bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis, dan akademik sekarang dan masa depan.8 Menurut Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.9 Adapun menurut Sardiman, A.M, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.10

Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I ayat 6 yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.11

Mutu guru dan kompetensi guru pengertiannya hampir sama, secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang merujuk kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Guru yang bernutu adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara professional. Guru yang bermutu secara profesional memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap kemajuan pendidikan. Tugas dan peran guru tidak terlepas dari kompetensi dasar yang dimilikinya, karena tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidangnya, jadi seorang guru itu harus memiliki kompetensi dalam menjalankan profesinya. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru itu sendiri adalah kemampuan seorang guru dalam

8

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h.77

9

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : PT Rosdakarya, 2005) Cet. Ke-17, h.5

10

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. I, cet.19, h.125

11

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung : Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010) h.222


(30)

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.12

Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.13 Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.14

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai innovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua, dalam tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang

12

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, h.14

13

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, h.125

14


(31)

mantap dan luas perspektifnya.15 Intinya, Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.

b. Indikator Guru Bermutu

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru yaitu :

Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.16

Berdasarkan penjabaran diatas indikator guru yang bermutu itu harus memiliki kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari beberapa aspek tersebut hal yang paling fundamental terkait tentang guru yang bermutu itu adalah aspek kompetensi, disamping dari pada aspek-aspek yang lainya. Sebagaimana dijelaskan pula pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru Pasal 3 ayat 1, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.17

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik. Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

15

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. I, cet.19, h.135

16

PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru

17


(32)

a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b. pemahaman terhadap peserta didik;

c. pengembangan kurikulum atau silabus; d. perancangan pembelajaran;

e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;

g. evaluasi hasil belajar; dan

h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

A.beriman dan bertakwa; B. berakhlak mulia; C.arif dan bijaksana; D.demokratis; E. mantap; F. berwibawa; G.stabil; H.dewasa; I. jujur; J. sportif;

K.menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; L. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan M.mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;


(33)

c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikannya. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi:

1) Menguasai bahan

2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas

4) Menggunakan media/sumber 5) Menguasai landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran


(34)

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10)Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.18

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan mutu guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

2. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

A. Pengertian Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan kepala sekolah untuk merencanakan dan mengelola sumber daya potensial yang ada di sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki kewenangan dan memikul tanggung jawab mengelola program sekolah untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan. Maju atau mundurnya suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh kualitas kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.19

Dengan perkembangan pendidikan yang semakin pesat pada level sekolah, sudah jelas bahwa kepala sekolah yang sedang mengelola sekolah dituntut agar dapat memperluas, memperbaharui dan memperdalam pengetahuan serta kompetensi kepala sekolah dalam memimpin sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik. Dalam praktik di sekolah, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu. Belum pernah ada orang yang bukan guru diangkat menjadi kepala sekolah. Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap sebagai guru diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak

18

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, h.164

19

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), cet.10, h.24


(35)

yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah menjadi kepala sekolah.

Seperti diungkapkan Supriadi dalam E. Mulyasa bahwa “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro , yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. 20

Oleh karenanya kepala sekolah harus mempunyai kompetensi untuk bisa mengelola potensi sumber daya yang ada disekolah. Karena pada hakikatnya kepala sekolah lah yang akan bertanggung jawab atas mundur dan majunya sekolah. Dengan alasan itulah kepala sekolah harus mempunyai komitmen dan berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu:

ع ى ص سر أ ع يضر ع ب ع

ك ع ر ك قي س ي

ع س أ يف ع ر ج تيعر ع س ع ر إ تيعر ع س ر ع ة س ج تيب يف ةيع ر ةأ تيعر يس يف ع ر تيع

تيعر ع س ع ر ك تيعر ع س Artinya :

Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan

20


(36)

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta

tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang

kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Dengan demikian tanggung jawab kepala sekolah sebegitu besarnya untuk semua lingkup sekolah yang mencakup guru, staf dan tenaga kependidikan lainnya. Sehingga kepala sekolah yang dilantik menjadi kepala sekolah harus benar-benar memiliki kompetensi yang maksimal dalam mengelola sekolah. Oleh karena itu akan dibahas pengertian kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) dalam Moch. Uzer Usman, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan berikut.

Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be

entirely meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi

merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.

Competency as a rational ferformance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition (Charles E. Jhonson, 1974). Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.21

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa orang yang mempunyai kompetensi adalah orang yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang

21

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet.25, h.14


(37)

dimilikinya. Oleh karena itu agar kompetensi tersebut bisa dimiliki, cara memilikinya bisa melalui pendidikan dan pelatihan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan dengan standar dan kualitas tertentu sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan.

Disamping itu pula, Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah lebih popular dalam dunia bisnis dan industry dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), member perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness).22

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Selain sebagai pemimpin (leader), kepala sekolah berperan sebagai manajer, yang kegiatannya disebut manajemen. Manajemen merupakan kegiatan yang lebih luas dari kepemimpinan (leadership), karena dalam kegiatan manajemen ini meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan. Suatu sekolah sangat

22


(38)

bergantung pada fungsi kepala sekolah sebagai pengelola dan perencana juga pengendali kegiatan yang dilaksanakan oleh orang-orang yang ada di dalam suatu sekolah.

Kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kompetensi manajerial yang dimainkan dan dimiliki oleh kepala sekolah. Semegah apapun dan secanggih apapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah kalau tidak dikelola dan ditangani oleh kepala sekolah beserta dengan aparat birokrasi sekolah yang bersangkutan, maka itu akan sia-sia. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Karena pada hakikatnya manajemen merupakan proses manajerial atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah selaku manajer pendidikan. Oleh karena itu kepala sekolah diharuskan memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam memimpin sekolah.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasaarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.23

Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and control the activities other people24.(Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mangadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).

Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

23

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. 9, h. 1

24


(39)

pengendalian yang bekerjasama dengan orang lain agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Dalam dunia pendidikan, manajemen dikenal dengan sebutan manajemen pendidikan, Menurut Engkoswara mengemukakan bahwa, manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.25

Manajemen pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan.26

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi manajerial adalah kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal pengelolaan sekolah.27

Sedangkan kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.28

Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai manajer pendidikan profesional berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) untuk melakukan suatu pekerjaan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

25

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,.., h.8

26

Ibid., h. 8

27

Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), cet. 1, h.42

28


(40)

bertindak secara profesional serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

B. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Tenaga Pendidik

Pihak sekolah dalam menggapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Meskipun pengangkatan kepala sekolah tidak dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi profesional dalam melakukan tugas. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang terpaku dengan urusan-urusan administrasi, yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada tenaga administrasi. Dalam pelaksanaannya, pekerjaan kepala sekolah merupaka pekerjaan berat, yang menuntut kemampuan ekstra.

Dinas Pendidikan (dulu: Depdikbud) telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai educator; manajer; administrator; dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigm baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM).29

a) Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan

29


(41)

model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi (accerelation) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Pertama, mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-panataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.

b) Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.


(42)

Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan,

dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (Partisipatif).

c) Kepala Sekolah sebagai Administrator

Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian, pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukan tugasnya.

d) Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah


(43)

sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa “Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skill to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community”.

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervise merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervise pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatihan prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hierarkis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan professional.

e) Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasika tugas. Wahjosumijo (1999:110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi


(44)

sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

f) Kepala Sekolah sebagai Innovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengitegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah stategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar. g) Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi itu dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007 kepala sekolah dituntut memiliki sekurang-kurangnya lima kompetensi. Kelima kompetensi itu adalah: (1) Kompetensi


(45)

kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial.30

1 Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan hal mendasar dan pokok yang harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah. Disebut mendasar dan pokok karena akan menentukan atau mendukung terhadap kompetensi-kompetensi lainnya.

2 Kompetensi Manajerial

Kompetensi manajerial yatitu kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal pengelolaan sekolah. Kepala sekolah harus memahami sekolah sebagai sebuah system, sehingga semua komponen atau sumber daya yang terlibat di dalamnya dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3 Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi kewirausahaan yaitu kemampuan kepala sekolah dalam hal menerapkan jiwa-jiwa kewirausahaan untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya.

4 Kompetensi Suvervisi

Kompetensi supervisi terkait dengan kemampuan kepala sekolah dalam menilai kinerja guru. Kompetensi ini sangat strategis dalam upaya meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. 5 Kompetensi Sosial

Kepala sekolah sebagai manusia biasa tentu saja akan melakukan interaksi social dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut bisa di masyarakat bisa juga di sekolah yang dia pimpin. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi social akan mudah melakukan interaksi dengan siapa saja dan di mana saja. Kemampuan dalam berinteraksi sosial itu harus menunjang pada upaya memajukan sekolah yang dipimpinnya.

30


(46)

Apabila penulis memahami penjelasan tesebut, mungkin terlalu banyak untuk menjelaskan semua kompetensi kepala sekolah tersebut, oleh karenanya supaya sesuai dengan pembahasan yang dikaji oleh penulis maka penulis hanya tertuju pada kompetensi manajerial kepala sekolahnya saja. Adapun kompetensi manajerial kepala sekolah menurut Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) Nomor 13 Tahun 2007, meliputi:

1) Menyusun perencanaan sekolah pada berbagai tingkatan perencanaan

2) Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan 3) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah secara optimal

4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif

5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik

6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan SDM secara optimal

7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal

8) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah 9) Mengelola peserta didik dalam penerimaan peserta didik dan

penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik

10)Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

11)Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien

12)Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah


(47)

13)Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah

14)Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan

15)Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah

16)Melakukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah serta merencanakan tindak lanjut.31

C. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Guru

Pelaksanaan strategi peningkatan tenaga pendidik (sumber daya manusia) sedikitnya mencakup dua kegiatan utama, yaitu:

a. Pembinaan Tenaga Pendidik

b. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Pendidik Secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pembinaan

Pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan khususnya guru sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas dalam mengelola proses pembelajaran pada lembaga pendidikan dengan performa kompetensi yang dimilikinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Gouzali Saydam mengemukakan pembinaan berasal dari kata dasar “bina”, yang berasal dari bahasa arab, yaitu “bangun”. Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna.32

Menurut Johar Permana terdapat beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga pendidik yaitu:

1) Pembinaan tenaga pendidik patut dilakukan untuk semua jenis tenaga pendidik baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelenggara pendidikan.

31

Bambang Sudibyo, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. h. 4-7.

32

Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro, (Jakarta: Djambatan, 2000), Cet. II, h. 1


(48)

2) Pembinaan tenaga pendidik berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing.

3) Pembinaan tenaga pendidik dilaksanakan untuk mendorong meningkatkan kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan atau sistem sekolah, dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan kesejahteraan dan insentif sebagai imbalannya guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomi maupun kebutuhan sosial-psikologis

4) Pembinaan tenaga pendidik dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan/posisi, baik karena kebutuhan-kebutuhan yang berorientasikan terhadap lowongan jabatan/posisi dimasa yang akan datang.

5) Pembinaan tenaga pendidik sebenarnya dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan.

6) Khusus menyangkut dan jenjang karir tenaga pendidik disesuaikan dengan kategori masing-masing tenaga pendidik itu sendiri. Meskipun demikian, perjalanan karir seseorang menempuh penugasan yang silih berganti antara struktural dan fungsional hingga ke puncak karirnya.33

b. Pelatihan dan Pengembangan

Kegiatan pengembangan sumber daya tenaga pendidik berkaitan pula dengan kegiatan latihan. Latihan dan pengembangan merupakan kenyataan yang harus dilakukan, karena merupakan kebutuhan dalam suatu organisasi/lembaga dengan memberikan bimbingan kepada tenaga pendidik dalam memahami setiap kegiatan kerja yang dilaksanakan. Hal

33

Ude Sukmana, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru, Http: //edekusuma. Wordpress.com, 26/04/2007, h. 1


(1)

Sig. (2-tailed) .386 .731 .427 .039 .578 .449 .048 .149 .008 .093 .055 .243 .108 .008 .093 .328 1.000 .515 1.000 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p16 Pearson Correlation .385 .191 .271 .161 -.188 .114 .121 -.033 .494* .410 .566** .083 .225 .251 .367 1 .465* .243 .383 .226 .561** Sig. (2-tailed) .077 .394 .222 .474 .401 .615 .593 .883 .019 .058 .006 .713 .314 .259 .093 .029 .275 .079 .312 .007

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p17 Pearson Correlation .126 .154 .408 .120 -.324 .330 .228 .213 .365 .365 .288 -.146 .117 .299 .219 .465* 1 .494* .386 .304 .535* Sig. (2-tailed) .578 .493 .060 .596 .141 .134 .307 .340 .095 .095 .193 .516 .605 .176 .328 .029 .019 .076 .169 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p18 Pearson Correlation .080 .307 .329 -.003 .033 .089 .480* .145 .156 .243 .355 .034 .204 .000 .000 .243 .494* 1 .710** .698** .556** Sig. (2-tailed) .723 .165 .135 .990 .885 .695 .024 .520 .490 .275 .105 .881 .363 1.000 1.000 .275 .019 .000 .000 .007

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p19 Pearson Correlation .172 .261 .157 .006 .017 .045 .641** .133 .046 .315 .321 .113 .219 .134 .147 .383 .386 .710** 1 .635** .589** Sig. (2-tailed) .445 .240 .484 .978 .941 .841 .001 .557 .839 .153 .145 .618 .328 .552 .515 .079 .076 .000 .001 .004

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p20 Pearson Correlation .178 .469* .319 .186 -.020 .169 .351 .120 .226 .306 .296 -.096 .354 .080 .000 .226 .304 .698** .635** 1 .588** Sig. (2-tailed) .429 .028 .148 .407 .930 .452 .109 .595 .312 .166 .181 .670 .106 .724 1.000 .312 .169 .000 .001 .004

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Tots kor

Pearson Correlation .554** .554** .540** .543** -.010 .549** .543** .536* .537* .545** .544** .009 .567** .578** .535* .561** .535* .556** .589** .588** 1 Sig. (2-tailed) .007 .007 .010 .009 .964 .008 .009 .010 .010 .009 .009 .969 .006 .005 .010 .007 .010 .007 .004 .004

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(2)

104

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 Totskor p1 Pearson Correlation 1 .408 .398 .361 -.022 .353 -.023 .288 .474* .207 .178 -.065 .622** .266 .194 .385 .126 .080 .172 .178 .554**

Sig. (2-tailed) .059 .067 .099 .922 .107 .921 .194 .026 .356 .427 .774 .002 .231 .386 .077 .578 .723 .445 .429 .007

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p2 Pearson Correlation .408 1 .236 .400 -.177 .312 .216 .449* .049 .334 .179 -.150 .323 .213 .078 .191 .154 .307 .261 .469* .554** Sig. (2-tailed) .059 .291 .065 .431 .157 .334 .036 .830 .129 .425 .506 .143 .342 .731 .394 .493 .165 .240 .028 .007

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p3 Pearson Correlation .398 .236 1 .105 -.244 .551** .283 .477* .353 -.138 .071 -.214 .466* .407 .178 .271 .408 .329 .157 .319 .540** Sig. (2-tailed) .067 .291 .641 .274 .008 .203 .025 .107 .541 .752 .339 .029 .060 .427 .222 .060 .135 .484 .148 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p4 Pearson Correlation .361 .400 .105 1 .101 .382 .264 .398 .336 .452* .170 -.197 .283 .173 .443* .161 .120 -.003 .006 .186 .543** Sig. (2-tailed) .099 .065 .641 .655 .079 .234 .067 .127 .035 .450 .380 .201 .440 .039 .474 .596 .990 .978 .407 .009

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p5 Pearson Correlation -.022 -.177 -.244 .101 1 .048 .058 -.145 -.303 -.073 -.071 .602** -.281 .114 -.125 -.188 -.324 .033 .017 -.020 -.010 Sig. (2-tailed) .922 .431 .274 .655 .830 .797 .520 .170 .746 .754 .003 .206 .612 .578 .401 .141 .885 .941 .930 .964

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p6 Pearson Correlation .353 .312 .551** .382 .048 1 .303 .689** .192 -.043 -.016 -.134 .236 .544** .170 .114 .330 .089 .045 .169 .549** Sig. (2-tailed) .107 .157 .008 .079 .830 .171 .000 .393 .851 .944 .552 .291 .009 .449 .615 .134 .695 .841 .452 .008

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p7 Pearson Correlation -.023 .216 .283 .264 .058 .303 1 .461* .121 -.036 .192 -.087 .063 .155 .425* .121 .228 .480* .641** .351 .543** Sig. (2-tailed) .921 .334 .203 .234 .797 .171 .031 .593 .875 .391 .700 .779 .490 .048 .593 .307 .024 .001 .109 .009


(3)

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 p8 Pearson Correlation .288 .449* .477* .398 -.145 .689** .461* 1 .113 .040 -.067 -.219 .246 .435* .318 -.033 .213 .145 .133 .120 .536*

Sig. (2-tailed) .194 .036 .025 .067 .520 .000 .031 .617 .860 .766 .327 .270 .043 .149 .883 .340 .520 .557 .595 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p9 Pearson Correlation .474* .049 .353 .336 -.303 .192 .121 .113 1 .326 .566** -.235 .548** .168 .551** .494* .365 .156 .046 .226 .537* Sig. (2-tailed) .026 .830 .107 .127 .170 .393 .593 .617 .139 .006 .292 .008 .456 .008 .019 .095 .490 .839 .312 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p10 Pearson Correlation .207 .334 -.138 .452* -.073 -.043 -.036 .040 .326 1 .566** .163 .333 .335 .367 .410 .365 .243 .315 .306 .545** Sig. (2-tailed) .356 .129 .541 .035 .746 .851 .875 .860 .139 .006 .469 .130 .127 .093 .058 .095 .275 .153 .166 .009

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p11 Pearson Correlation .178 .179 .071 .170 -.071 -.016 .192 -.067 .566** .566** 1 .061 .287 .284 .414 .566** .288 .355 .321 .296 .544** Sig. (2-tailed) .427 .425 .752 .450 .754 .944 .391 .766 .006 .006 .787 .195 .201 .055 .006 .193 .105 .145 .181 .009

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p12 Pearson Correlation -.065 -.150 -.214 -.197 .602** -.134 -.087 -.219 -.235 .163 .061 1 -.139 .158 -.260 .083 -.146 .034 .113 -.096 .009 Sig. (2-tailed) .774 .506 .339 .380 .003 .552 .700 .327 .292 .469 .787 .539 .482 .243 .713 .516 .881 .618 .670 .969

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p13 Pearson Correlation .622** .323 .466* .283 -.281 .236 .063 .246 .548** .333 .287 -.139 1 .321 .352 .225 .117 .204 .219 .354 .567** Sig. (2-tailed) .002 .143 .029 .201 .206 .291 .779 .270 .008 .130 .195 .539 .145 .108 .314 .605 .363 .328 .106 .006

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p14 Pearson Correlation .266 .213 .407 .173 .114 .544** .155 .435* .168 .335 .284 .158 .321 1 .548** .251 .299 .000 .134 .080 .578** Sig. (2-tailed) .231 .342 .060 .440 .612 .009 .490 .043 .456 .127 .201 .482 .145 .008 .259 .176 1.000 .552 .724 .005

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22


(4)

Sig. (2-tailed) .386 .731 .427 .039 .578 .449 .048 .149 .008 .093 .055 .243 .108 .008 .093 .328 1.000 .515 1.000 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p16 Pearson Correlation .385 .191 .271 .161 -.188 .114 .121 -.033 .494* .410 .566** .083 .225 .251 .367 1 .465* .243 .383 .226 .561** Sig. (2-tailed) .077 .394 .222 .474 .401 .615 .593 .883 .019 .058 .006 .713 .314 .259 .093 .029 .275 .079 .312 .007

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p17 Pearson Correlation .126 .154 .408 .120 -.324 .330 .228 .213 .365 .365 .288 -.146 .117 .299 .219 .465* 1 .494* .386 .304 .535* Sig. (2-tailed) .578 .493 .060 .596 .141 .134 .307 .340 .095 .095 .193 .516 .605 .176 .328 .029 .019 .076 .169 .010

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p18 Pearson Correlation .080 .307 .329 -.003 .033 .089 .480* .145 .156 .243 .355 .034 .204 .000 .000 .243 .494* 1 .710** .698** .556** Sig. (2-tailed) .723 .165 .135 .990 .885 .695 .024 .520 .490 .275 .105 .881 .363 1.000 1.000 .275 .019 .000 .000 .007

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p19 Pearson Correlation .172 .261 .157 .006 .017 .045 .641** .133 .046 .315 .321 .113 .219 .134 .147 .383 .386 .710** 1 .635** .589** Sig. (2-tailed) .445 .240 .484 .978 .941 .841 .001 .557 .839 .153 .145 .618 .328 .552 .515 .079 .076 .000 .001 .004

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

p20 Pearson Correlation .178 .469* .319 .186 -.020 .169 .351 .120 .226 .306 .296 -.096 .354 .080 .000 .226 .304 .698** .635** 1 .588** Sig. (2-tailed) .429 .028 .148 .407 .930 .452 .109 .595 .312 .166 .181 .670 .106 .724 1.000 .312 .169 .000 .001 .004

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Totskor Pearson Correlation .554** .554** .540** .543** -.010 .549** .543** .536* .537* .545** .544** .009 .567** .578** .535* .561** .535* .556** .589** .588** 1 Sig. (2-tailed) .007 .007 .010 .009 .964 .008 .009 .010 .010 .009 .009 .969 .006 .005 .010 .007 .010 .007 .004 .004

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(5)

No. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Total

1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 60

2 3 3 3 1 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 61

3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 4 4 2 3 1 2 4 4 4 4 4 61

4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 62

5 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 58

6 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 64

7 2 2 3 4 2 3 4 4 4 3 4 2 3 3 4 3 3 2 2 2 59

8 4 5 4 3 1 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 3 69

9 3 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 71

10 3 3 2 4 3 3 2 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 58

11 2 2 3 1 3 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 45

12 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 67

13 3 3 1 4 3 1 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 51

14 3 1 3 1 3 2 2 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 55

15 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 1 50

16 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 3 4 3 3 57

17 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 66

18 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 67

19 2 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 48

20 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 74

21 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 71


(6)

No. P1 P2 P3 P5 P6 P7 P8 P9 P11 P12 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 Total

1 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 54

2 3 3 3 1 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 55

3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 3 1 2 4 4 4 4 4 57

4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 56

5 2 3 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 52

6 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 58

7 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2 55

8 4 5 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 67

9 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 66

10 3 3 2 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 53

11 2 2 3 1 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 39

12 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 61

13 3 3 1 4 1 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 2 2 45

14 3 1 3 1 2 2 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 48

15 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 1 46

16 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 4 3 3 53

17 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 62

18 3 3 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 61

19 2 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 43

20 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 67

21 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 65

22 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 55

Total 69 63 69 67 64 68 68 71 71 75 70 66 66 71 72 67 63 58 1218 Mean 3,83 3,50 3,83 3,72 3,56 3,78 3,78 3,94 3,94 4,17 3,89 3,67 3,67 3,94 4,00 3,72 3,50 3,22 67,67


Dokumen yang terkait

Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di madrasah Aliyah negeri Cibinong

2 26 122

Hubungan pengawasan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor

0 2 82

HUBUNGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SDN 107402 SAENTIS KECAMATAN PERCUT SEITUAN T.A 2015/2016.

0 1 25

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERSEPSI GURU TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

0 2 36

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 37

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DI KOTA TANGERANG:Studi Tentang Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah Dan Kompetensi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan Ma

1 2 62

KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

1 7 59

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN IKLIM MADRASAH DENGAN EFEKTIVITAS MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KABUPATEN BREBES.

0 2 153

KOMPETENSI KEPALA MADRASAH ALIYAH

0 0 15

KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN MUTU PEMBELAJARAN DI MTs NURUL HIDAYAH KECAMATAN SEMAKA KABUPATEN TANGGAMUS - Raden Intan Repository

0 1 95