Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

keputusan, koordinasi dan komunikasi dan evaluasi. “Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh faktor kepala sekolah yang kurang membaca, majalah dan jurnal; kurang mengikuti perkembangan; jarang melakukan diskusi ilmiah; dan jarang mengikuti seminar yang berhubungan dengan pendidikan dan profesinya “. 4 Berkaitan dengan hal tersebut, Menurut Adler, sebagaimana dikutip oleh Dede M. Riva, guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah. 5 Dalam latar pembelajaran di sekolah pernyataan tersebut sangat tergantung kepada tingkat profesionalisme guru. Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran di sekolah ada sebuah komponen yang paling esensial dan paling menentukan kualitas pembelajaran yaitu guru. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya bilamana dihipotesiskan bahwa peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah tidak mungkin ada tanpa peningkatan profesionalisme para gurunya. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua 4 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,…h. 73 – 74 5 Dede M.Riva. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. Online. Diakses pada 2 Januari 2013 dari http:beta.pikiran.rakyat.com . maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaharuan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus mampu melakukan penelitian guna mendukung efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. Banyak alasan yang mendasari mengapa profesionalisme guru itu perlu ditingkatkan, karena ini berhubungan langsung dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Apabila diinginkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas maka semua komponen yang terkait dengan pendidikan tersebut juga harus ditingkatkan salah satunya yaitu guru. Pentingnya peningkatan kemampuan profesional guru dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik dari tinjauan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja, maupun peningkatan profesionalisme guru sangat dipentingkan dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Demikian pula halnya dengan pengembangan materi dalam rangka pencapaian target kurikulum harus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu harus dikuasai oleh guru dan kepala sekolah, sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Dalam rangka itu, peningkatan profesional guru perlu dilakukan secara kontinu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Suatu contoh, disaat ini banyak guru yang menggunakan media LCD dalam kegiatan belajar mengajar, apabila guru tersebut tidak menguasai teknologi maka ia akan tertinggal oleh guru-guru yang memang menguasai IPTEK, ia hanya menulis di papan kemudian para siswa mencatat. Selain itu, di era seperti ini banyak informasi-informasi yang disajikan lewat internet. Apabila guru gagap teknologi maka ia akan ketinggalan informasi yang seharusnya wajib ia ketahui. Ditinjau dari kepuasan dan moral kerja. Sebenarnya peningkatan kemampuan profesional guru merupakan hak setiap guru. Artinya, setiap pegawai berhak mendapat pembinaan secara kontinu, apakah dalam bentuk supervisi, studi banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lainnya. Pemenuhan hak tersebut, bilamana dilakukan dengan sebaik-baiknya, guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang tinggi, dan disiplin. Ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di sekolah yang bilamana tidak dirancang dan dilakukan secara hati-hati oleh guru mengandung risiko yang tidak kecil. Aktivitas pembelajaran yang mengandung risiko tersebut banyak ditemukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya pada pokok-pokok bahasan yang dalam proses pembelajarannya menuntut keaktifan siswa dan atau guru untuk melkukan praktek dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bilamana pembelajarannya tidak dirancang dan dilaksanakan secara profesional, tidak menutup kemungkinan terjadi adanya kecelakaan-kecelakaan tertentu, seperti peledakan bahan kimia, tersentuh jaringan listrik, dan sebagainya. Dalam rangka mengurangi terjadinya berbagai kecelakaan atau menjamin keselamatan kerja, pembinaan terhadap guru perlu dilakukan secara kontinu. Selain itu, jika ditinjau dari aspek peningkatan kemampuan profesional guru sangat dipentingkan dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Sebagaimana ditegaskan bahwa salah satu ciri implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah kemandirian dari seluruh stakeholder sekolah, salah satunya dari guru. Kemandirian guru akan tumbuh bilamana ada peningkatan kemampuan profesional kepada dirinya. Jadi, dari uraian di atas sudah jelas bahwa peningkatan profesionalisme guru memang sangat penting, baik ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan selama ini di Madrasah Aliyah Nurul Huda Desa Cikarageman Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi mutu pendidikannya masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa yang masih rendah, masih terdapat guru yang belum mengoptimalkan rencana program pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, kurangnya evaluasi guru terkait pembelajaran yang telah disampaikan, penempatan dan pembagian tugas guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, disamping itu pula kurangnya pengawasan dari kepala sekolah sebagai manajer terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk menjadikan lembaga pendidikan yang berkualitas diperlukan sumber daya manusia yang bermutu pula, dalam hal ini yaitu tenaga pendidik yang bermutu dan berkompetensi tinggi sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Disamping itu pula pada proses kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang kurang mengotimalkan alat-lat peraga dalam pembelajaran, ini terbukti dengan masih ada guru yang menyampaikan pembelajarannya dengan metode ceramah, kurang mengoptimalkan LCD proyektor, belum terdapatnya alat-alat peraga lainnya, seperti peta, globe peta arah perputaran angin dan lain sebagainya. Oleh karena itu, apabila penulis perhatikan terkait dengan latar belakang permasalahan tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait permasalahan tersebut dengan judul “Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Mutu Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi ”. Dipilihnya MA Nurul Huda sebagai objek penelitian, karena didasarkan pada kenyataan bahwa : 1. Madrasah Aliyah Nurul Huda memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan di lingkungan Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. 2. Madrasah Aliyah Nurul Huda merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat tehadap lembaga pendidikan tersebut. 3. Madrasah Aliyah Nurul Huda diharapkan menjadi barometer sentral bagi sekolah-sekolah lain yang berada di sekitar kecamatan Setu pada khususnya dan sekolah-sekolah seluruh Indonesia pada umumnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat di identifikasi berbagai masalahvariabel terkait dengan mutu guru, yaitu: 1. Kurangnya pemahaman guru terkait dengan pembuatan perencanaan pembelajaran yang akan disampaikan sebelum kegiatan belajar mengajar. 2. Kurang optimalnya penyediaan pelatihan dan pembinaan yang bersifat komprehenshif, terpadu dan berkelanjutan yang dapat meningkatkan mutu guru. 3. Kurang efektifnya strategi dan pelaksanaannya pada pembinaan, pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu guru yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak lembaga Madrasah Aliyah Nurul Huda untuk mencapai target yang baik. 4. Hasil dan dampak yang kurang mencapai target sasaran dalam meningkatkan mutu guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diketahui banyak variabel yang diduga kuat mempengaruhi mutu guru. Mengingat keterbatasan peneliti dalam hal biaya, tenaga, waktu dan kemampuan akademik, maka penelitian ini dibatasi pada kompetensi manajerial kepala sekolah dalam kaitannya dengan mutu guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang dijadikan hal pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mutu guru di MA Nurul Huda? 2. Bagaimana kompetensi manajerial kepala MA Nurul Huda? 3. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru di MA Nurul Huda?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah: Untuk mengetahui tingkat kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru. Sedangkan secara khusus, yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat mutu guru MA Nurul Huda.

2. Untuk mengetahui tingkat kompetensi manajerial Kepala sekolah MA Nurul Huda. 3. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara kompetensi manajerial Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru di MA Nurul Huda. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi nilai manfaat baik secara praktis maupun akademis. 1. Secara akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya tentang kompetensi manajerial kepala sekolah dan peningkatan mutu guru. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi praktisi pendidikan, khususnya elemen-elemen terkait yang ada di MA Nurul Huda dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Mutu Guru

a. Pengertian Mutu Guru

Dalam Standar Nasional Pendidikan PP. RI. No. 19 tahun 2005, pasal 1 ayat 1,2 dan 3 mengenai penjaminan mutu dan tujuannya yang berbunyi : “ setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi dan melampaui standar nasional yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas”. 6 Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu adalah ukuran baik dan buruk suatu benda, keadaan, taraf, atau derajad, kualitas”. 7 Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk 6 PP RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 7 Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Ed. III, h. 708 bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis, dan akademik sekarang dan masa depan. 8 Menurut Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. 9 Adapun menurut Sardiman, A.M, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. 10 Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I ayat 6 yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. 11 Mutu guru dan kompetensi guru pengertiannya hampir sama, secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang merujuk kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Guru yang bernutu adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara professional. Guru yang bermutu secara profesional memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap kemajuan pendidikan. Tugas dan peran guru tidak terlepas dari kompetensi dasar yang dimilikinya, karena tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidangnya, jadi seorang guru itu harus memiliki kompetensi dalam menjalankan profesinya. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru itu sendiri adalah kemampuan seorang guru dalam 8 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. I, h.77 9 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, Bandung : PT Rosdakarya, 2005 Cet. Ke-17, h.5 10 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Ed. I, cet.19, h.125 11 Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, Bandung : Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010 h.222

Dokumen yang terkait

Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di madrasah Aliyah negeri Cibinong

2 26 122

Hubungan pengawasan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor

0 2 82

HUBUNGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SDN 107402 SAENTIS KECAMATAN PERCUT SEITUAN T.A 2015/2016.

0 1 25

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERSEPSI GURU TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

0 2 36

KONTRIBUSI KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MADRASAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 37

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DI KOTA TANGERANG:Studi Tentang Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah Dan Kompetensi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan Ma

1 2 62

KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

1 7 59

KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN IKLIM MADRASAH DENGAN EFEKTIVITAS MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KABUPATEN BREBES.

0 2 153

KOMPETENSI KEPALA MADRASAH ALIYAH

0 0 15

KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN MUTU PEMBELAJARAN DI MTs NURUL HIDAYAH KECAMATAN SEMAKA KABUPATEN TANGGAMUS - Raden Intan Repository

0 1 95