Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di madrasah Aliyah negeri Cibinong

(1)

CIBINONG

Oleh:

ALINDA OKTAFIANI

204018203245

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN ETOS KERJA GURU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk

lvremenuhi syarat Mencapai Gelar sarjana pendidikan (s.pd)

Oleh

Alinda Oktafiani

NIM: 204018203245

Dibawah bimbingan:

Pembimhing

I

L,/

/ /L4

/ // L--_

tt/

Dra. Y/fnelti. Z. M.pd NIP: 19531 1 01 1982032001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKANISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

20lt

Pembirnbing

II

Drs. Hasyirb'A.sv'ari. M.Pd NIP: 19661009193031004


(3)

PENGESAHAN

PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul "Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah elengan Etos Kerja Guru di MAN Cibinong" telah diujikan dalam Sidang lvlunaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif l-lidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Septernber 2011. Skripsi ini telah ciiterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata (Sl) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

Jakarta, 20 September 2011

Panitia Ujian Munaqasah Ketua panitia

Ketua Jurusan Kl-Manajemen Pendidikan Tanggal Drs. Rusy.dl Zakry,ia. M.Ed. M.PhiJ

bJrP. 1qs60530 198503 1 00?

Kaprodi KI-Manajernen Pendidikan Drs. H Mu'arif Sam. M.Pd

NIp" 19550530 198503 t 002 Penguji

I

Prcf.Dr.Armai Arief.MA

NrP. 19s60119 198603 I 003 Penguji

lI

Nlp. 19s60530 1q8503 I 002

tublt

Mengetahui

Dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan

n/{/,

n /''- to

so

loj

M


(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA SBNDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama

Tempat/Tgl. Lahir

NIM

Jurusan/Prodi Judul Skripsi

Dosen pembimbing

;Alinda Oktafiani

; Jakarta, 09 Oktober 1986 ;204018203245

; Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan

; Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Etos Kerja Guru di MAN Cibinong.

; 1. Dra. YefneltiZ, M. Pd 2. Drs. Hasyim Asy'ari, M. Pd

Dengan ini menvata,k-un bu.h''^,0 sk-ripsi yang saya buat benar-benar hasil karya saya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

J akarta, 30 Septemb er 20 1 I Mahasiswa Ybs,


(5)

iii

Alinda oktafiani: NIM. 204018203245. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Etos Kerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong. Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini membahas tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong.

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong. Adapun subjek penelitian yaitu populasinya 58 orang dan mengambil sampel 35 orang dengan diambil secara ramdom sampling/acak. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, yang didukung dengan pengumpulan data melalui angket, wawancara, dan dokumentasi. Penyebaran angket berisi 23 pertanyaan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan angket berisi 24 pertanyaan tentang etos kerja guru. Angket ini dibagikan kepada responden yaitu guru di MAN Cibinong.

Jawaban angket dihitung menggunakan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Serta untuk mengetahui apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru maka menggunakan rumus product moment. Dengan nilai rata-rata hasil angket gaya kepemimpinan 76,34 dan nilai rata-rata hasil angket etos kerja sebesar 74,25. Sedangkan angka korelasi antara variable x dan y sebesar 0,588 dan Koefisien determinasi hasilnya 34,57%. Hal ini berarti antara variable X dan Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa, terdapat hubungan yang cukup antara kedua variabel tersebut. Artinya semakin baik Gaya Kepemimpinan di MAN Cibinong maka semakin baik pula etos kerja gurunya.


(6)

iv

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya amien.

Selama penyusunan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Etos Kerja Guru Di Man Cibinong”

penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, tetapi berkat hasil bimbingan, dorongan serta doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkanlah penulis meghanturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusdi Zakaria. M. Phil Ketua jurusan Kependidikan Islam dan Drs. H. Muarif Syam M.Pd Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.

3. Dra. Yefnelti Z, M.Pd dan Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, dosen pembimbing yang senantiasa selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

4. Drs. Ibrahim. M. Phil, Kepala sekolah MAN Cibinong beserta para guru dan seluruh stafnya yang telah memberikan dukungan dan informasi kepada penulis.

5. Seluruh dosen, staf akademik, dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibunda Nunung Nuraini dan Ayahanda (alm) Soegiyono Priyadi yang telah membimbing penulis dari sejak lahir sampai sekarang dengan penuh kasih sayang.

7. Nenek dan Kakek (alm) serta adik-adikku yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya selama penulis menuntut ilmu.


(7)

v

selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak lupa pula terutama buat Muhammad Sobirin terimakasih banyak yang telah memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan kepada semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 29 Juli 2011 Penulis


(8)

vi

Abstrak……….. iii

Kata Pengantar………... iv

Daftar Isi……… v

Daftar Tabel………... vi

Daftar Lampiran……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……… 6

C. Pembatasan Masalah……… 6

D. Perumusan Masalah………. 6

E. Manfaat Penelitian……….. 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah……….. 8

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah………... 8

2. Tipe-tipe Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah……… 14 a. Kepemimpinan Otokratis……… 16 b. Kepemimpinan Laissez Faire………... 17

c. Kepemimpinan Demokratis……… 17 3. Sifat-sifat dan Syarat Kepemimpinan……… 18 B. Etos Kerja Guru……… 20

1. Pengertian Etos Kerja……… 20

2. Ciri-ciri Etos Kerja……… 26

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja………. 28 4. Upaya-upaya dalam meningkatkan Etos Kerja………. 30

C. Kerangka Berfikir………. 33 D. Pengajuan Hipotesis………. 34


(9)

vii

C. Metode Penelitian……… 35

D. Variabel Penelitian……….. 36

E. Populasi dan Sampel Penelitian……… 36

F. Teknik Pengumpulan Data……… 36

G. Instrumen Pengumpulan Data……….. 38

H. Variabel dan Definisi……… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum……….. 43

1. Sejarah berdirinya MAN Cibinong... 43

2. Visi dan misi... 44

3. Tenaga pengajar... 44

4. Jumlah siswa... 45

5. Sarana dan prasarana... 46

6. Tata tertib... 47

7. Sanksi... 47

B. Deskripsi Data………. 48

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data……… 55

D. Interpretasi Data……… 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 61

B. Saran………. 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

viii

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen variabel Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah(X)

Tabel 2: Kisi-kisi Instrumen variabel Etos Kerja Guru (Y) Tabel 3: Tenaga Pengajar MAN Cibinong 2009-2010 Tabel 4: Jumlah siswa MAN Cibinong

Tabel 5: Sarana dan Prasarana

Tabel 6: Alternatif jawaban gaya kepemimpinan kepala sekolah (X) Tabel 7: Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan kepala sekolah (X) Tabel 8: Alternatif jawaban etos kerja guru (Y)

Tabel 9: Distribusi Frekuensi Etos Kerja Guru (Y)

Tabel 10: Analisis Korelasi variabel Gaya kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan Etos Kerja guru (Y).


(11)

ix

Lampiran 3: Pedoman wawancara

Lampiran 4: Tabel Uji validitas Variabel X Lampiran 5: Tabel Uji validitas Variabel Y Lampiran 6: Tabel hasil uji validitas Variabel X Lampiran 7: Tabel hasil uji validitas Variabel Y Lampiran 8: Tabel Uji validitas Variabel X Lampiran 9: Tabel Uji validitas Variabel Y Lampiran10: Tabel Uji Normalitas data

Lampiran 11: Perhitungan variabel X (Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah) Lampiran 12: Perhitungan variabel Y (Etos Kerja Guru)

Lampiran 13: Pedoman wawancara dan hasil wawancara Lampiran 14: Surat Pengajuan proposal skripsi

Lampiran 15: Surat bimbingan skripsi Lampiran 16: Surat mohon izin penelitian Lampiran 17: Surat keterangan penelitian Lampiran 18: Uji referensi


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut para ahli, banyak yang telah mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan. Namun ketika pendidikan tersebut diartikan dalam satu batasan, maka terdapat bermacam-macam pengertian yang diberikan oleh para ahli pendidikan. Tetapi secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat didalamnya, bahwa pendidikan adalah upaya mempersiapkan manusia agar memiliki pengetahuan, wawasan dan keterampilan guna kemajuan hidupnya di masyarakat.

Menurut Langeveld pendidikan merupakan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.1

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, karena pada hakikatnya pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah. Dengan demikian pendidikan dapat mencetak pribadi-pribadi yang berpengetahuan luas dan memiliki keterampilan yang sangat menentukan untuk peranan di masa yang akan datang.

1


(13)

Salah satu tuntunan pembaharuan sistem pendidikan adalah meningkatnya tujuan pendidikan. Setiap negara memiliki tujuan yang hendak dicapainya tidak terkecuali di Indonesia. Fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Dalam SISDIKNAS, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan proses belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar mengajar dalam hal ini berjalan jika komponen-kompenen sekolah ini berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen tersebut antara lain sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya tenaga kependidikan yang handal, struktur organisasi yang teratur, dan kepala sekolah sebagai pemimpin. Dengan demikian, apabila setiap komponen dalam lembaga pendidikan tersebut berfungsi dengan baik, maka pelaksanaan belajar mengajar diharapkan dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang hendak dicapai.

Penyelenggaraan pendidikan formal melibatkan sekelompok orang dalam proses kerjasama dengan menggunakan berbagai peralatan yang digunakan. Di samping itu juga perlu adanya pengaturan, sehingga proses kerja sama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut dapat terlaksana secara sistematis, integral, saling berkaitan dan saling mendukung. Pengaturan tersebut di maksudkan sebagai usaha mengendalikan kegiatan pendidikan yang efektif dan efisien.

Kemampuan guru dan kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan yang memadai berdampak positif terhadap efektifitas proses belajar mengajar. Usaha

2

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Penjelasannya ( Bandung: Citra Umbara, 2003 ) h. 5.


(14)

untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pendidikan bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain, latar belakang pendidikan guru, penataran yang diikuti, pembinaan dari atasan, dan lain-lain.

Dari sejumlah faktor yang menjadi kunci keberhasilan suatu sekolah, salah satu faktor penting adalah pemimpin sekolah. Di tangan pemimpin inilah sekolah menjadi berhasil, unggul, bahkan hancur sekalipun. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus mampu membantu stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan dicapai. Ia harus memberi kesempatan kepada staf untuk saling bertukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan. Di samping itu, kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat. Ia juga harus mampu mengembangkan staf dalam kepemimpinannya.

Kepala sekolah dapat menjalankan fungsinya dengan baik jika mampu menerapkan perannya sebagai pemimpin atau manajer. Karena peran kepala sekolah sangat besar pengaruhnya dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kepala sekolah juga harus mampu meningkatkan kompetensinya dalam upaya mengembangkan kemampuan, semangat, dan etos kerja guru.

Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus menjalankan kepemimpinannya secara efektif agar bisa mempengaruhi bawahannya. Suatu kepemimpinan dapat dikatakan efektif apabila gaya yang diterapkan dalam kepemimpinannya tidak hanya berorientasi pada tugas, tetapi juga cara atau gaya yang digunakan dalam mempengaruhi bawahan. Dalam mempengaruhi bawahan hendaknya pemimpin harus berupaya agar dapat memberikan perasaan yang nyaman bagi para bawahan dalam menjalankan tugasnya, sehingga para bawahan dapat menjalankan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah dengan senang hati tanpa paksaan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah juga mempengaruhi aktifitas-aktifitas guru di sekolah.

Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Peran guru memang sangat penting dalam menentukan


(15)

keberhasilan pendidikan untuk menghasilkan output pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, guru dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja seseorang menjadi bagus adalah faktor pemberian penghargaan, dan gaji. Pada sekolah-sekolah yang ternama dan berkualitas, guru-guru bekerja dengan tekun bersemangat dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

Dari observasi yang penulis lakukan di MAN Cibinong, gaya kepemimpinan yang diterapkan sudah cenderung demokratis. Cenderung demokratis yaitu pemimpin yang melibatkan para guru untuk bekerja sama demi memajukan mutu pendidikan disekolah. Namun dalam kepemimpinannya masih ada kelemahan, karena belum efektifnya guru dalam menjalankan tugas, dan dalam memerintahkan bawahannya. Sedangkan kelemahan pada etos kerja guru di MAN Cibinong, yaitu kurang terciptanya sikap dan tanggung jawab seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, karena beberapa faktor seperti masih ada guru yang belum memenuhi standar pendidikan minimum S1, dan latarbelakangnya yang tidak sesuai dengan bidang studi yang diambilnya, kurang disiplinnya kerja guru dalam proses belajar mengajar karena datang terlambat, dan masih ada sebagian guru yang memberikan tugas pekerjaan rumah tetapi jarang dikoreksi oleh guru tersebut.3

Oleh karena itu, dalam memperbaiki kelemahan tersebut, banyak faktor dan upaya yang telah dilakukan di MAN Cibinong dalam memajukan kualitas sekolah, dan mutu pendidikan siswa serta etos kerja gurunya. Untuk itu dalam meningkatkan etos kerja guru dapat melalui faktor-faktor yang menunjang seperti: kondisi guru terlindungi dan tentram dalam bekerja, kondisi kerja yang menyenangkan dengan suasana dan rasa kekeluargaan saat mengajar. Dan upaya kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Agar gaya kepemimpinan yang diterapkan menjadi lebih baik maka diperlukan perhatian yang utama karena melalui gaya kepemimpinan yang baik diharapkan lahirnya tenaga-tenaga yang berkualitas dalam berbagai bidang

3

Hasil wawancara pada observasi awal dengan guru yang bernama SN, pada tanggal 9-2-2011.


(16)

sebagai pemikir, pekerja, yang terpenting bahwa melalui pendidikan dipersiapkan tenaga-tenaga yang berkualitas, tenaga yang siap pakai dan siap latih memenuhi kebutuhan masyarakat bisnis dan industri. Kepemimpinan dan etos kerja guru sangat berpengaruh terhadap semangat kerja guru-guru di sekolah. Kepemimpinan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap semangat kerja guru di sekolah MAN Cibinong. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, etos kerja guru akan selalu meningkat pada saat pimpinan lebih tegas dalam melaksanakan kepemimpinannya guna meningkatkan etos kerja yang baik.

Menurut uraian Koontz dalam buku “Kepemimpinan Kepala Sekolah

tersebut kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.4

Sekolah sebagai salah satu institusi dipimpin oleh seorang manajer yang disebut kepala sekolah, ia memegang peranan yang penting dalam menentukan maju mundurnya suatu sekolah. Paling tidak ada dua peran kepala sekolah, yaitu pertama: menekankan aspek adminstratif manajerial dan yang kedua menekankan kepada kepemimpinan pengajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pada penelitian ini penulis hendak mengambil judul “HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN ETOS KERJA GURU DI MADRASAH

ALIYAH NEGERI CIBINONG BOGOR ”.

4


(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut :

1. Belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis. 2. Belum efektifnya gaya kepemimpinan yang diterapkan.

3. Masih kurangnya etos kerja guru dalam mewujudkan keberhasilan. 4. Masih kurangnya disiplin kerja guru.

5. Rendahnya motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar.

6. Belum berhasilnya pemimpin dalam membangkitkan etos kerja yang tinggi.

7. Adanya persepsi atau pandangan yang kurang tepat dalam penerapan gaya kepemimpinan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, yang telah dipaparkan di atas, untuk mempermudah dan mengarahkan penelitian ini, maka peneliti akan membatasi masalah antara lain yaitu:

1. Belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis. 2. Belum berhasilnya gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam

membangkitkan etos kerja yang tinggi.

D. Perumusan Masalah

Agar permasalahan ini lebih terarah, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu Apakah ada hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di MAN Cibinong?


(18)

E. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan lagi etos kerja para guru serta mempertahankan gaya kepemimpinannya apabila sudah efektif diterapkan di sekolah tersebut, dan memperbaiki bila dianggap kurang efektif.

2. Guru, sebagai cermin untuk lebih giat dan bersemangat lagi dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan meningkatkan etos kerja, agar proses belajar mengajar lebih efektif.

3. Siswa, sebagai sarana kelengkapan khazanah tentang ilmu pengetahuan terutama mengenai gaya kepemimpinan dengan etos kerja guru.


(19)

8

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.1

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional diantara para guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.2

Menurut H. M Daryanto, kepala sekolah merupakan personal sekolah yang tanggung jawabnya terhadap seluruh kegiatan sekolah. Ia mempunyai tanggung jawab dan wewenang penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dalam dasar Pancasila.

Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap kualitas SDM yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas

1

Tim Dosen Administrasi, Manajemen Pendidkan Indonesia. (Penerbit alfabeta: Bandung 2008) h. 125

2

. Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung jawabnya, ( Penerbit KANISIUS: Yogyakarta 1984) h. 60


(20)

pendidikan. Oleh karena itu, sebagai penanggung jawab kegiatan, kepala sekolah mempunyai tugas untuk mengembangkan kinerja para personel terutama untuk guru ke arah profesionalisme yang diharapkan oleh suatu lembaga pendidikan. Kegiatan tersebut antara lain:

a. Kegiatan mengatur proses belajar mengajar. b. Kegiatan mengatur kesiswaan.

c. Kegiatan mengatur personalia. d. Kegiatan mengatur peralatan.

e. Kegiatan mengatur dan memelihara gudang dan perlengkapan. f. Kegiatan mengatur keuangan.

g. Kegiatan mengatur hubungan sekolah dan masyarakat.

Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan yang memadai. Karena banyaknya tanggung jawab maka kepala sekolah memerlukan pembantu. Kepala sekolah hendaknya belajar bagaimana mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab sehingga dapat memusatkan pada usaha pembinaan program pengajaran.3

Pekerjaan pemimpin pendidikan ialah menstimulir dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan sehingga mereka mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perkembangan situasi. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola sarana dan prasarana pendidikan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan lainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan dalam melaksanakan tugasnya.

Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, kepala sekolah harus mampu membantu guru-guru mengenal kebutuhan masyarakat, membantu guru membina

3

Tim Dosen Administrasi, Manajemen Pendidikan Indonesia, ( Penerbit Alfabeta: Bandung 2008) h. 141.


(21)

kurikulum sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Kepala sekolah harus mampu menstimulir guru-guru untuk mengembangkan metode dan prosedur pengajaran. Kepala sekolah harus mampu membantu guru-guru mengevaluasi program pendidikan dan hasil belajar murid, kepala sekolah dapat membantu meningkatkan kemampuan guru. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab tersebut di atas, kepala sekolah harus memiliki pendidikan dan pengalaman yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Konsep Kepemimipinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :

a) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa yang demikian rupa sehingga membuat kelompok orang-orang yang melakukan apa yang dikendakinya.

b) Kepemimipinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.

Didalam buku Prinsip-prinsip administrasi Manajemen dan Kepemimpinan mengutip beberapa definisi tentang kepemimpinan :

a) G. R. Terry, Prinsiples of Management, kepemimpinan adalah kegiatan/tindakan dalam mempengaruhi serta menggerakkan orang-orang dalam usaha bersama mencapai tujuan.

b) Howard W. Hoyt, Aspect of Modern Public Administration, Kepemimpinan atau Leadership adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk mempengaruhi orang.


(22)

c) Sarwono Prawiroharjo, Laporan Seminar Efisiensi Kerja, Dalam Dinas Pemerintahan : Leadership adalah tingkah laku untuk mempengaruhi orang lain agar mereka memeberkan kerjasamanya dalam mencapai tujuan menurut pertimbangan mereka adalah perlu dan bermanfaat.

d) Casson, Efisiensi Perusahaan, Terjemahan Kusnadi, Kepemimpinan adalah keahlian mendapatkan bantuan dan kesungguhan orang yang sebesar-besarnya demi pegawai-pegawai. e) Ordway Tead, The Art of Leadership, Kepemimpinan adalah suatu

seni menjuruskan, mengkoordinasikan dan menggerakkan orang-orang guna mencapai tujuan yang diinginkan.4

Dari definisi tersebut terdapat beberapa unsur yang bersamaan yaitu : Keinginan untuk mempengaruhi orang lain, Mengharapkan bantuan orang lain dengan sungguh-sungguhdan tertib, dan Ada tujuan yang akan dicapai.

Definisi tersebut belum tampak jelas situasi tempat berlangsungnya kepemimpinan dan harapan dari pemimpin tentang tanggung jawab personal melakukan tugas. Secara jelas dalam suatu definisi maka kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai berkut : ”Kepemimpinan adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya pada situasi tertentu agar orang lain melalui kerjasama mau bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab

demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.”

Untuk menjabat sebagai seorang kepala di lingkungan suatu lembaga, biasanya ditetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu adalah ketentuan untuk menduduki suatu jabatan tertentu yang mengharuskan seseorang yang mendudukinya menjalankan fungsi kepemimpinan. Untuk itu seseorang dapat menjalankan fungsi kepemimpinan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup. b. Percaya diri sendiri

4


(23)

c. Cakap bergaul dan ramah tamah

d. Kreatif, penuh inisiatif dan memliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik.

e. Suka menolong, memberi petunjuk.5

Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja, antara lain:

a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.

b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.

c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisi situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.

d. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara jujur dan objektif.

e. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.

Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif.

Beberapa pengertian lain tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut:

5


(24)

a) Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain.

b) Kepemimpinan adalah tindakan/perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan, baik orang seorang maupun kelompok bergerak ke arah tujuan tertentu.6

Kepemimpinan dapat dipelajari dengan pendidikan dan latihan yang terarah dan intensif, berbagai hal yang menyangkut efektifitas kepemimpinan, ciri-ciri kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan dan peranan seorang pemimpin, akan tiba saatnya orang yang bersangkutan akan menemukan dirinya dan membentuk gaya kepemimpinan yang dipandang paling cocok dengan persepsi dan kepribadiannya.7

Apabila kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf, dan para siswa berprilaku dalam mencapai tujuan sekolah, oleh karena kepala sekolah harus, menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.

Menurut penulis kepala sekolah adalah orang yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan, mengelola, serta bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di sekolah.

Kepemimpinan pada hakikatnya, adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimipin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan juga seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Agar tujuan pendidikan disuatu sekolah terwujud dengan baik, hal ini sangat membutuhkan figure seorang pemimpin pendidikan yang memahami dengan baik apa fungsi Kepemimpinan dalam suatu sekolah, tugas, serta tanggung jawab, dari seorang pemimpin.

6

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1984) h. 79 7

Sondang P. Siagian MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1989) h. 10.


(25)

2. Tipe-Tipe Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya

Menurut J. Riberu gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa diri sebagai pemimpin, cara ia berlagak tampil dalam menggunakan kekuasaannya.8

Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) Gaya kepemimipinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia liat. 9

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak adalah dirinya sendiri, asumsi dan kepealam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.

Usaha-usaha pemimpin untuk mempengaruhi sifat orang lain, banyak berhubungan dengan persepsi maupun pengertian tentang pembawaan dan proses kepemimpinan. Dengan kata lain, pemimpin akan mengembangkan cara kepemimpinan sesuai dengan konsep peranan kepemimpinan. Oleh karena, yang dicapai oleh pemimpin adalah dirinya sendiri, asumsi dan kepercayaan mengenai kelakuan manusia, gaya kepemimpinan, dan hubungannya dengan penampilan bawahan, memang fakta menunjukkan bahwa setiap perubahan kepemimpinan dalam diri sendri. Akibatnya, jika pemimpin itu ingin menyempurnakan kemampuannya untuk mengubah sifat orang lain, pemimpin harus bisa mengubah sifatnya lebih dulu. 10

8

J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992 ) h. 7 9

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) h. 108.

10


(26)

Salah satu pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mengetahui kesuksesan pemimpin ialah mempelajari gayanya, yang akan melahirkan berbagai tipe kepemimpinan yang dikenal dengan tipe Demokratis, Laises faire, dan Otokratis.

Dalam mempersoalkan gaya kepemimpinan kita boleh beranggapan bahwa individu (pemimpin) harus mempertahankan yang konsisten dalam semua aktifitasnya, tapi harus bersifat fleksibel menyesuaikan gaya tersebutdengan situasi yang spesifik dan orang-orang yang dipimpin. Dengan demikian berarti elemen yang harus diperhatikan adalah :11

- Pemimpin

- Orang yang dipimpin - Situasi

Secara Teoritis telah banyak dikenal gaya kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji situasi dari tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, pendekatan situasional.

a. Pendekatan sifat yaitu menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Kepemimpinan dipandang sebagai sesuatu yang mengandung lebih banyak unsur individu, terutama pada sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Menurut Sutisna (1993), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial, pada kepemimpinan yang efektif.

b. Pendekatan prilaku yaitu pendekatan yang memfokuskan dan mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain ( pengikut ). Pendekatan perilaku kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin.

11


(27)

c. Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang hampir sama dengan pendekan perilaku. Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok. Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu.

E. Mulyasa mengartikan gaya kepemimpinan sebagai suatu pola seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.12

Hal ini diperkuat oleh pendapat Miftah Toha, yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain yang ia lihat. Dalam hal ini menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.13

Adapun gaya kepemimpinan menurut Ngalim Purwanto, dibagi menjadi 3 macam, yaitu:14

a. Kepemimpinan yang Otokratis

Kepemimpinan otokratis yaitu seorang pemimpin yang menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi, dengan mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanyalah berarti untuk menyampaikan instruksi-instruksi. Setiap perbedaan pendapat di antara

12

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasinya,

(Bandung: PT. Rosdakarya, 2005), cet. 9. h. 108 13

Miftah Toha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), Cet. 5. h. 265

14

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1987) h. 48.


(28)

anggota kelompoknya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.

Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat diganggu gugat. Kekuassan

yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, sikap ”asal

bapak senang”, atau sikap sumuhun dawuh terhadap pemimpin, dan

kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Dominasai yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap kepemimpinan, atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.

b. Kepemimpinan yang Laissez Faire

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang yang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotnya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan di antra anggota-anggota kelompok tidak merata. Dengan demikian, mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.

Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c. Kepemimpinan yang Demokratis

Kepemimpinan demokratis yaitu pemimpinan menempatkan dirinya ditengah-tengah anggota kelompoknya, kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang kepentingan serta kemajuan organisasi.


(29)

Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang dilakukan ditentukan bersama pimpinan dan bawahan. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat orang dan saran-saran dari kelompoknya.

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman sekerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.

Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa berusaha membangun semangat anggota-anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Disamping itu, ia juga memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

2. Sifat-Sifat dan Syarat Kepemimpinan

Setiap orang yang diangkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dari pada orang-orang yang dipimpin. Untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat serta sifat-sifat yang harus dimiliki


(30)

seorang pemimpin berbeda-beda menurut golongan dan fungsi jabatan yang dipegangnya.

Menurut Abdurrachman menyimpulkan macam-macam sifat kepemimipinan menjadi lima sifat pokok yang disebutnya pancasifat, yaitu :

a. Adil,

b. Suka melindungi, c. Penuh inisiatif, d. Penuh daya tarik, e. Penuh kepercayaan.

Sedangkan syarat pemimpin dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yaitu dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan perananya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Akan tetapi yang akan dikemukakan hanyalah persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang baik, persyaratan tersebut yaitu:

a. Rendah hati dan sederhana b. Bersifat suka menolong c. Percaya kepada diri sendiri d. Jujur, adil dan dapat dipercaya e. Keahlian dalam jabatan

Konsep mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal:

a) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

b) Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu, mbawani atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan tertentu.


(31)

c) Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihindari keterampilan anggota biasa.15

Jadi, menurut penulis kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir guna mencapai tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Dalam usahanya kepala sekolah harus dapat mempengaruhi, mengarahkan, dan memerintah para bawahannya. Dalam hal ini guru adalah faktor penunjang agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya, tanpa ada rasa terpaksa dalam upaya mencari tujuan yang telah ditetapkan.

B. Etos Kerja Guru 1) Pengertian Etos Kerja

Ethos” berasal dari bahasa Yunani yaitu semangat, mentalitas, dan karakter. Etos kerja sebagai semangat, pola fikir dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan berkualitas. 16

Etos berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.17

Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan ”ethic” yaitu pedoman,

moral, dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. Sehingga dengan kata etik ini, dikenallah istilah etika bisnis yaitu cara atau pedoman perilaku dalam menjalankan suatu usaha.

Karena etika berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, maka hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisi etika tersebut dengan keislamannya dalam arti yang aktual, sehingga cara dirinya mempersepsi sesuatu selalu positif dan sejauh mungkin terus berupaya untuk menghindari yang negatif.

15

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001) cet 9

16

Jansen Sinamo, 8 Etos Keguruan ( Jakarta : Institut Darma Mahardika , 2010) h. 20 17


(32)

Etika yang juga mempunyai makna nilai kesusilaan, adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah mendaging.

Bukan pandangan yang bersifat sosiologis, tetapi bener-bener sebuah keyakinan yang mengakar sedalam-sedalamnya dalam jiwa kita.

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nila yang diyakininya.18

Secara khusus penulis membicarakan etos kerja para guru, yakni etos bagi semua orang yang memilih dan menekuni pekerjaan dalam rumpun keguruan: profesor, dosen, pengajar, pendidik, pelatih, instruktur, penatar, penceramah. Semua orang yang memberi penjelasan, pencerdasan, dan pencerahan.

Dengan kata etos dan guru maka bisa membentuk makna etos keguruan sebagai berikut 19:

a) Etos keguruan adalah semangat khas yang menjadi vitalitas kerja, kegembiraan hati yang menjadi semangat kerja, dan gairah batin yang menjadi stamina kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

b) Etos keguruan adalah sepenuh jiwa profesi keguruan, segenap kerohanian seorang guru, dan seluruh spiritualitas keguruan.

c) Etos keguruan adalah segenap motivasi dan kecerdasan yang menjadi sehimpunan perilaku kerja yang positif, cara kerja profrsional, serta budi pekerti luhur di dalam maupun di luar ruang kerja guru.

Dari kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlakatau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaannya yang diarahkan untuk mengurangi

18

Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta : Gema Insani, 2002) h. 15 19


(33)

bahkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwim). Senada dengan kata ihsan, didalam al-qur’an kita temukan pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang sangat sungguh-sungguh, akurat, dan sempurna (an-Naml: 88). Akibatnya,

seseorang muslim yang memilki kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukkan

kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu sangat bersungguh-sunguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati. Dengan

etos kerja yang bersumber dari keyakinan qur’an semacam keterpanggilan yang

sangat kuat dari lubuk hatinya.

Karena etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan ada semacam kerinduan untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang lebih sempurna.

Etos juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging. Karena etos bukan sekedar kepribadian atau sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan jati diri seseorang.

Sebenarnya kata ”etos” bersumber dari pengertian yang sama dengan etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan dalam pemilihan dan keputusan perilaku. Etos kerja lebih merujuk kepada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin melalui untuk kerja secara utuh dalam berbagai dimensi kehidupannya. Dengan demikian, etos kerja lebih merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan perilaku pekerja kearah terwujud kualitas kerja yang ideal. Kualitas untuk kerja dan hasil kerja banyak ditentukan oleh kualitas etos kerja ini. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain: (1) disiplin kerja, (2) sikap terhadap kerjaan, (3) kebiasaan-kebiasaan bekerja. Dengan disiplin kerja, seorang pekerja akan selalu


(34)

bekerja dalam pola-pola yang konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai tuntutan dan kesanggupannya.20

Etos kerja muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus. Didalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin pemegang amanah, termasuk para hakim, harus berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut, sebagaimana Dawud sewaktu ia diminta untuk memutuskan perkara yang andil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. ”Maka berilah keputusan (hukumlah) diantara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah

(pimpinlah) kami kejalan yang lurus”.(Shaad:22)

Didalam melaksanakan suatu pekerjaan akan terlihat cara dan motivasi yang dimiliki seseorang, apakah ia bekerja dengan sungguh-sungguh atau pura-pura, bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya. Cara seseorang menghayati dan melaksanakan pekerjaannya ditentukan oleh pandangan, harapan, dan kebiasaan didalam kelompok kerjanya. Oleh karena itu, etos kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh etos kerja kelompoknya.

Etos adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia termasuk bidang kejiwaan (mental) berkaitan dengan sikap yang tersembunyi didalam batin. Sikap itu bersumber dari nilai-nilai yang dianut, yaitu sesuatu yang dianggap berharga dan berguna didalam hidup.

Sedangkan pengertian kerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut serta melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi lingkungannya.21 Bekerja mempunyai tujuan mencapai sesuatu hasil baik berupa benda, karya atau pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai bukan hanya berkaitan dengan fisik (raga) saja tetapi juga berhubungan dengan mental (jiwa ) seperti pengakuan diri, kepuasan, prestasi, dll.

Makna ”bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk

20

Abdul Hasyim, Muhammad Surya, Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) h. 87.

21


(35)

mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahawa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.

Bekerja untuk mencari fadhilah allah, menjebol kemiskinan taraf hidup dan martabat serta harga diri adalah merupakan nilai ibadah yang esensial, karena

nabi besabda : ” Kemisikinan itu sesungguhnya lebih dekati kepada kekufuran.”

Pengertian bekerja hendaknya jangan ditafsirkan sebagai penerima upah belaka atau jangan pula diartikan bahwa bekerja adalah setara atau ekuivalen dengan bekerja secara formal bagaikan seorang pegawai swasta yang kemudian merasa berbangga-bangga karena sudah mempunyai baju seragam, padahal tidak menunjukkan prestasi apa-apa.

Bekerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan didalam mencapai tujuan tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah swt.

Secara umum sebuah aktifitas dapat disebut pekerjaan apabila mengandung tiga aspek, yaitu :

a. Aktifitas tersebut dilakukan karena ada dorongan tanggung jawab (motivasi).

b. Aktifitas tersebut dilakukan dengan kesengajaan, direncanakan, direncanakan, karenanya terkandung didalamnya suatu gabungan antara rasa dan rasio.

c. Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya suatu arah dan tujuan yang luhur yang secara dinamis memberikan makna bagi dirinya.22

Bekerja merupakan suatu kewajiban dan mungkin juga keinginan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang, selagi ia mampu ia akan berbuat sekuat tenaga, memuatar otak dan memeras keringat.

22

Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta : Dana Bakti wakaf, 1995) h. 10.


(36)

Bekerja itu merupakan aktifitas sosial bagi manusia, dengan dua fungsi pokok, yaitu :

a. Memprodusir barang/benda-benda dan jasa-jasa bagi diri sendiri dan orang lain.

b. Mengikat individu pada pola interrelasi manusiawi dengan individu lain.

Aspek Terpenting dalam bekerja ialah motivasi kerja yaitu untuk mendapatkan nilai-nilai ekonomis tertentu dalam wujud gaji, honor, bonus, rumah dinas, dan kendaraan. Nilai sosial berupa nilai immateriil berupa penghargaan, stasus sosial, dan martabatdiri.

Bekerja itu merupakan aktifitas sosial yang memberikan isi dan makna pada manusia. Kerja juga merupakan aktifitas dasar yang paling penting bagi individu, karena memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan khususnya bagi orang-orang yang sehat jasmani-rohaninya. Kerja juga bisa memberikan status sosial kepada seseorang, sekaligus mengikat dirinya dengan pribadi lain, karena setiap individu harus bekerja sama dengan orang lain.23

Situasi bekerja dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dimasa sekarang senantiasa membutuhkan kerjasama dan kooperatif untuk membangun karya-karya besar. Dalam situasi kerja sedemikian ini selalu dibutuhkan mi efektifitas dpemimpinan, depemimpin dan kean efisiensi kerja.

Banyak faktor yang menghambat kelancaran pekerjaan, intern dan esktern. Intern berupa kondisi fisik dan mental pekerja itu sendiri, jika sewaktu-waktu labil atau tidak fit. Ekstern berupa gangguan dari luar dirinyaisalnya kemacetan peralatan. Upaya untuk mengatasi semua kendala itu perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.24

Etos kerja menyangkut watak dan nilai dari individu yang mengungkapkan kepekerjaan yang dilakukannya. Bekerja keras dan berdikasi dalam pekerjaan yang akan memberikan kedudukan social dalam memberi keuntungan materi bagi

23

Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001) h. 10.

24Hamzah Ya’qub,


(37)

pelakunya. Etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai tantangan-tantangan, harapan-harapan, dan kemungkinan menarik.

Etos kerjasama atas dasar iman dan takwa yang melahirkan kerjasama yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Hal ini diperingatkan mengingat adanya kenyataan bahwa banyak orang yang melakukan kerjasama usaha melakukan kecurangan dan saling mengkhinati antara satu dan lainnya.

Dari uraian di atas jelaslah bawa etos kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang dimiliki guru. Apabila guru telah mempunyai budaya kerja yang baik maka tidak akan ada siswa yang terbengkalai karena guru-gurunya malas untuk mengajar.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etos adalah semangat kerja, pola fikir yang mewujudkan seseorang menjadi berperilaku yang berkualitas. Kerja adalah segala aktifitas dinamis yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani guna berupaya melahirkan prestasi yang bermanfaat bagi lingkungan. Sedangkan etos kerja adalah totalitas atau keseluruhan sikap individu dan kelompok serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan menggambarkan seseorang dalam melaksanakan tugas.

2) Ciri-ciri Etos Kerja

Ciri-ciri orang orang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Secara metaforis, seseorang sangat kecanduan untuk beramal saleh. Jiwanya gelisah apabila dirinya hampa tidak segera berbuat kesalehan. Kecanduan beramal saleh dengan ciri-ciri etos kerja muslim yaitu :25

a. Kecanduan terhadap waktu, yaitu salah satu esensinya dari hakikat etos kerja adalah cara seseporang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Waktu merupakan deposito paling berharga yang dianugrahkan Allah secara gratis dan merata kepada setiap orang.

25


(38)

b. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas), salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang yang berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan, karena ikhlas merupakan bentuk cinta, bentuk kasih sayang, dan pelayanan tanpa ikatan.

c. Kecanduan kejujuran, didalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap moral yang terpuji.

d. Memiliki komitmen (aqidah, aqad, itiqad), yang dimaksud dengan commitment dari bahasa latin : committere, to connect, entrust-the satate of being obligated or emotionally impelled) adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu

yang diyakininya (i’tiqad).

e. Istiqamah, kuat pendirian seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya, tetap pada niat semula.

f. Kecanduan disiplin, pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab dalam memenuhi kewajibannya, disiplin yang sejati merupakan bentuk kebiasaan sejak kita kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan sampai dipetik hasilnya. g. Memiliki sikap percaya diri, melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas

dalam bersikap berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan.

Sedangkan dalam buku Bactiar Hasan, etos kerja memiliki ciri-ciri yaitu :

a. Memiliki standar kemampuan mengerjakan dalam mbidang professional, yang diakui oleh kelompok atau organisasi profesi itu sendiri.

b. Berdisiplin tinggi ( taat kepada aturan dan ukuran kerja yang berlaku dalam profesi yang bersangkutan ).

c. Selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya, melalui pengalaman kerja dan melalui media pembelajaran lainnya.


(39)

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang guru yang memiliki etos kerja guru dilihat dari cirri-ciri dasar yaitu, (a) Keinginan menjunjung tinggi mutu pekerjaan, (b) Menjaga diri dari melaksanakan pekerjaan, (c) Memberi layanan kepada masyarakat melalui pekerjaan profesionalnya.

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumber daya manusia yang mempunyai peranan strategis dalam kehidupan suatu sekolah. Oleh sebab itu, keapala sekolah sebagai seorang manajer harus mampu mengelola dan memamfaatkan segala sumber daya manusia yang ada.

Guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi akan sangat membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan. Sebab mereka adalah orang-orang yang mampu mempertahankan kelangsungan hidup sekolah dari kepunahan akibat tuntutan dan perubahan zaman. Disamping itu mereka pula yang mampu merealisasikan salah satu misi pendidikan yaitu sebagai aren pembaharuan terhadap lingkungannya.

Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang etos kerja guru, yaitu : a. Adanya tingkat kehidupan yang layak bagi guru.

b. Adanya kondisi terlindung dan tentram dalam bekerja. c. Adanya kondisi kerja yang menyenangkan.

d. Suasana dan rasa kekeluargaan. e. Perlakuan yang adil dari atasan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru diantaranya:

a. Tingkat pendidikan guru yaitu sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru. Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berfikir dan prilakunya.


(40)

b. Supervisi pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan, dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar mengajar.

c. Kinerja guru yaitu dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk memilki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemempuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. d. Kondisi fisik dan mental yang baik, agar guru sehat akan dapat

menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula mental baik maka akan mengajar dengan baik pula.

e. Tingkat pendapatan yaitu dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian intensif.26

Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru dalam proses pembelajaran:

a) Faktor personal/individual meliputi keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri.

b) Faktor kepemimpinan meliputi kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.

c) Faktor sistem meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh rekan dalam satu tim.27

26

Sabrina Fauza, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, wodpress.com 05 April 2010

27


(41)

4) Upaya-upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru

Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja guru.

Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannnya dengan etos kerja guruadalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan etos kerja guru di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam meningkatkan etos kerja guru dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu.

c. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di sekolah.

d. Berhasil mewujudkan tujuan sekolahg secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Setiap sekolah tentunya akan selalu berusaha agar stafnya selalu mempunyai etos kerja atau semangat kerja tinggi. Sebab dengan etos kerja yang tinggi proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancer, dan kepala sekolah tentunya mempunyai berbagai cara untuk membangun etos kerja atau semangat kerja para guru antaranya dengan memberi teladan, membuat deskripsi tugas yang jelas, melaksanakan sangsi jabatan, dan meningkatkan kesejahteraan.

Adapun strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas guru sebagai berikut :

a. Aktif dan kreatif

Guru yang aktif adalah guru yang giat dalam bekerja dan berusaha untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sedangkan guru yang kreatif


(42)

adalah guru yang memiliki kemampuan mencari ide-ide baru yang sesuai dengan tujuan.

Guru yang aktif dan kreatif adalah guru yang dalam melaksanakan tugasnyanya selalu memiliki ide atau gagasan baru yang sebelumnya tidak ada, dan mampu mengelola dan merealisasikan idenya kedalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan mutu pendidikan.

Adapun faktor-faktor yang mendukung terjadinya aktifitas dan kreatifitas guru adalah :

a) Tersedianya waktu yang longgar (waktu luang ).

b) Adanya dorongan guru yang aktif dan kreatif memiliki dorongan tertentu. c) Adanya sarana penunjang.

d) Lingkungan yang merangsang atau mendukung.

b. Produktifitas

Guru mempunyai yang posisi yang strategis dalam suatu pekerjaan, oleh karena itu para guru harus bekerja secara efektif sehingga mempunyai hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan bahkan menghasilkan sesuatu yang baik.

Adapun ciri-ciri yang produktif yaitu :

Menyusun kerangka atau rencana kerja sebelum melaksanakan tugas dan pekerjaan, dan mampu bekerja secara efektif dan efisien.

Pada dasarnya bangsa Indonesia yang mempunyai filsafat dan pandangan hidup pancasila menganjurkan kepada kita untuk menghargai setiap upaya kegiatan yang akan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia. Bekerja bagi bangsa Indonesia merupakan suatu kegiatan yang sangat mulia, merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Tuhan, yang akan memanusiakan dan memuliakan dirinya.

Demikian pula sebagai seorang guru, mengajar merupakan pengabdian bahkan tugas suci yang teramat mulia, yang tidak mengharapkan pujian di kala anak didiknya berhasil menggapai kehidupan, tidak pula menginginkan pemberian


(43)

dari muridnya apabila telah menjadi kaya, yang ia sesali dan bahkan bersedih atau berduka manakala ada muridnya yang durhaka dan menjadi sampah masyarakat.

Jadi, baginya bekerja adalah mengabdi dan pengabdian adalah suatu yang luhur yang tak dapat dihargai dengan materi sehingga ia memilih menjadi pahlawan yang tanpa tanda jasa, yang bebas dari atribut. Yang diinginkannya adalah mengajar dan mengajar sampai ajal tiba saatnya kelak, itulah kerja guru dan itu etos kerja.

Membangun etos keguruan sesungguhnya juga memperkuat karakter para guru karena ibarat otot, karakter akan memadat dengan semakin kokohnya sebuah perilaku karena terus menerus digunakan secara tekun dan bertujuan. Karakter yaitu kualitas-kualitas mental dan moral yang khusus dan khas pada idividu, kelompok, atau institusi. Kompetensi yaitu keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan agar berhasil melakukan sesuatu pekerjaan. Konfidensi yaitu percaya diri, yang berarti percaya sepenuhnya.Karisma adalah cahaya pribadi, aura, pengaruh, dan wibawa yang kita rambatkan juga semakin kuat. Sebab dengan kepribadian dan perilaku kerja yang berakar teguh pada moralitas luhur dalam etos keguruan itu akan terpancar dengan bertenaga seperti kekuatan sebuah magnet.

Dengan membaiknya etos keguruan melalui keempat pondasi sukses diatas (karakter-kompetensi-konfidensi-karisma) maka dampak utamanya adalah meningkatnya kinerja keguruan kita. Berbuah sebagai kualitas budi pekerti, pengetahuan, dan keterampilan semua peserta didik kita.

Demikianlah membaiknya karakter-kompetensi-konfidensi-karisma yang dihasilkan oleh etos keguruan akan membuahkan efektifitas kualitas produktifitas keguruan semakin baik pula.

Etos keguruan tidak hanya membuahkan sukses keguruan keluar, tetapi sekaligus memperbaiki kualitas keguruan itu kedalam yakni bertumbuhnya sang guru menjadi insan profesional yang semakin baik, dalam hal menjadi guru yang semakin berkarakter, berkompetensi, berkonfidensi, dan berkarisma.


(44)

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan teori diatas, dapat dilihat dari identifikasi masalah yaitu belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis sehingga gaya kepemimpinan yang diterapkan belum berhasil. Karena masih kurangnya etos kerja guru dalam mewujudkan keberhasilan. Sebagian guru masih ada yang kurang disiplin, karena datang terlambat pada saat masuk kelas. Masih rendahnya motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar.

Namun belum berhasilnya pemimpin dalam membangkitkan etos kerja guru yang tinggi. Karena adanya persepsi atau pandangan yang kurang tepat dalam penerapan gaya kepemimpinan. Maka kepala sekolah dalam memimpin sekolah tersebut dituntut harus bisa melibatkan para guru agar mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu termotivasi dalam mengajar, mempunyai etos kerja yang bagus, dan sadar untuk memenuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara atau gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah tersebut.

Agar penerapan gaya kepemimpinan demokratis itu bisa efektif dan dapat terwujud maka pemimpin dalam penerapan gaya kepemimpinannya tersebut harus dapat disesuaikan dengan kondisi dilingkungan sekolah itu sendiri. Umumnya kepala sekolah sangat tegas dalam bertindak memang berakibat positif dan berpengaruh terhadap aktifitas-aktifitas guru disekolah. Oleh karena itu guru disekolah harus dapat melaksanakan tugas dan kewajiban disekolah dengan baik. Sebagai kepala sekolah harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis dan efektif, sehingga dapat terwujudnya tujuan pendidikan di MAN Cibinong.

Dengan demikian strategi yang dipakai pemimpin yaitu dengan pengembangan komunikasi, job description, dan pertemuan rapat-rapat berskala. Untuk itu kepala sekolah harus bisa memimpin secara efektif guna meningkatkan etos kerja guru dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :

a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.


(45)

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu.

c. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru di sekolah.

d. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Gaya kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan etos kerja guru.

2. Hipotesis nol (Ho) : Etos kerja guru tidak berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah.


(46)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara empiris hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di MAN Cibinong Bogor. Berdasarkan rumus-rumusan diatas tujuan penelitian yaitu:

- Untuk memperoleh data tentang Gaya Kepemimpinan Demokratis yang diterapkan di MAN Cibinong.

- Untuk memperoleh data tentang etos kerja guru MAN Cibinong. - Untuk mengetahui Bagaimana kolerasi Gaya Kepemimpinan Kepala

sekolah dengan Etos kerja Guru di MAN Cibinong.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Gaya Kepemimpinan Sekolah dengan Etos Kerja Guru ini dilaksanakan di MAN Cibinong, yang berlokasi Jalan Raya Kayumanis No.30, Cirimekar Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian yang digunakan peneliti yaitu: Januari-Februari 2011.

C. Metode Penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif kuantitatif . Yaitu Penelitian yang mengumpulkan data secara empiris, kemudian diolah menggunakan statistik untuk mengetahui permasalahan ada atau tidaknya kedua variabel yang diteliti. Dan metode yang digunakan adalah metode


(47)

korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independent (bebas) disimbolkan huruf (X), Gaya Kepemimpinan.

2. Variabel dependent (terikat) disimbolkan dengan huruf (Y) yaitu Etos kerja

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari jumlah yang diteliti, keseluruhan jumlah guru, tenaga dan kependidikan di MAN Cibinong Bogor berjumlah 58 orang, namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka penelitian ini hanya dibatasi pada populasi terjangkau yaitu 35 orang guru, berdasarkan uji validitas sebagian dari jumlah populasinya terdapat jawaban yang cacat.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada. Dengan pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana maka besarnya sampel dalam penelitian adalah 35 guru dari jumlah total guru yang ada. Diambil sampel 35 karena sebagian dari jumlah total populasi guru, terdapat yang cacat karena ada pertanyaan yang tidak dijawab dan jawabannya banyak yang sama sehingga data tidak akurat dan ada yang dibatalkan.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 35 orang guru yang ada di MAN Cibinong Bogor.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalan yang sedang diteliti.


(48)

Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah :

1. Angket

Angket atau kuesioner digunakan untuk memperoleh data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Angket digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam inti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket berisi daftar beberapa pertanyaan dengan dengan menggunakan skala likert dari 4 jawaban alternatif yaitu, (SL) selalu, Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Tidak pernah (TP). Yang berkenaan dengan gaya kepemimpinannya dan etos kerja guru. Yaitu untuk menilai bagaimana cara kepala sekolah MAN Cibinong, agar dapat mengetahui gaya apa yang di terapkan dalam memimpin sekolah ini. Kemudian penulis meneliti cara Kepala sekolah menjalankan Kepemimpinannya, kegiatan guru di sekolah dalam proses belajar mengajar di MAN Cibinong.

2. Wawancara

Wawancara (interview), instrumen yang digunakan yaitu sebagai pedoman wawancara terstruktur dimana peneliti sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh bapak Kepala sekolah yang bernama Drs. Ibrahim M.Pd di sekolah MAN Cibinong. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan aspek gaya kepemimpinan dan etos kerja guru. Penulis juga melakukan wawancara untuk menggali hal-hal yang berhubungan dengan sejarah pendirian sekolah, dan hal-hal yang menyangkut aspek gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru, baik berupa visi dan misi sekolah, latar belakang pendidikan guru, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya agar penulis mendapatkan informasi yang lebih akurat.


(49)

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang memakai skala model likert yang berisi jumlah pertanyaan/pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap yaitu kolerasi antara Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dengan etos kerja guru diMAN Cibinong. Penskoran atas angket ini merujuk pada lima alternatif jawaban, sebagai berikut :

Skala Penilaian

No Alternatif Jawaban Bobot Skor

Positif Negatif

1 Selalu (SL) 4 1

2 Sering (SR) 3 2

3 Kadang-Kadang (KD) 2 3

4 Tidak Pernah (TP) 1 4

Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang raliabel.

Sebelum melakukan uji instrument atau perhitungan hasil penelitian data yang diperoleh dapat disajikan dalam bentuk yang lebih berguna, lebih mudah dipahami atau lebih cepat dimengerti makadata yang ada disusun lebihteratur didalam distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi diartikan sebagai suatu daftar tabel yang membagi data yang ada kedalam angka-angka secara kuantitatif.

Penyusunan tabel distribusi frekuensi dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini :

1) Menentukan jumlah kelas.

Menentukan kelas yang ditentukan dengan rumus : K= banyaknya kelas

N= jumlah responden (data yang digunakan) K=1+3,322log N


(50)

2) Mencari besarnya range

Range = Nilai Terbesar-Nilai Terkecil 3) Menentukan panjang range (kelas interval)

ci = range

banyaknya kelas 4) Menentukan kelas

Semua data harus bisa masuk dalam kelas yang dibuat, artinya data terkecil harus masuk pada kelas pertama dan data terbesar harus masuk pada kelas terakhir.

5) Mencari frekuensi tiap-tiap kelas

Frekuensi adalah jumlah data yang dimilki tiap-tiap kelas. 6) Batas kelas

a. Uji Validitas

Uji validitas sering diartikan keshahihan. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bila alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuatu dengan kriteria tertentu.

b. Uji Realibilas instrumen

Realibilitas instrumen menggunakan rumus Alfa Croanbach, dengan menggunakan SPSS versi 16, didapat koefisien alfa croanbach, sebesar 0,588. Sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut cukup realibitas untuk sebuah penelitian pendidikan.

H. Variabel dan definisi

1. Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah a. Definisi Konseptual

Secara konseptual, gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya.


(1)

iv{ADRA

sAH

^liYlH:$#ff;f

[f"rNoNG

ranis No ?o

firi_^r^, ^,

KABUPATEN BOGOR

Jalan Kayumanis No. 30

cirimor..,.,^i-l"l-'r

Cirimekar Cibinong Bogor Kode pos I

clY UI'IGOR

16917

g.

I

%

rai.oz-r-azsorao

1021)87s6186*8759903

Nama

NIM

Jurusan

ffi:

Madrasah

Arivah

Negeri eibinong

Kabupaten

Bogor

Menerangkan

: ALTNDA

OKTAF|AN|

:2030401A9245

:

K

l-

Manajemen

pendidikan

31 Januari

2011

M. Pd.

I

198603

1

:H:: lT;

terah meraksanakan observasi

d, MAN

cibinons

dari

tanss

at

26

Kepala

sekorah

o,n'"t'

2011'

Topik observasi

"Hubu

Dem k

an

x",u,"nll:T

?H,ff

ffi

:,r";J"

il":ff"'


(2)

Nama

:

Alinda Oktafiani

Nim

:

204018203245

Judul

Skripsi

:

Hubungan

Gaya

Kepemimpinan Kepara sekolah

dengan

Etos

Kerja Guru

di Madrasah

Aliyah

Negeri Cibinong.

No.

Footnote Buku

Hal.

Skripsi

Hal.

Referensi

Paraf

Pembimbing

Paraf

Pembimbing

II

BAB

I

1

Langeveld, Paedagogik

Teoritis Sistematis FIP

-IKI

Jakarta

Dasar

-

Dasar

Ilmu

Pendidikan

1 2

2

UUD

RI No. 20 tahun 2003

tertang

SISDIKNAS

Penjelasan Bandung : Citra Umbara 2003

2 2

J

Wahjosumidjo,

Kepemimpinan Kepala

sekolah, PT grafindo

2003

5 104

BAB

II

1

Taty Rosmati,

rn

dak^ Manajemen Pendidikan

Indonesia, bandung 2008

8 125

tr

2

Soewadji Lazaruth,

Kepala Sekolah dan tanggung

jawabnya,

KANISIUS,

Yogyakarta, I 984

8 60

a

J

Tim

dosen Administrasi,

Manajemen Pendidkan

9

I4I


(3)

T

Indonesia

4

Yeithzal

Rivai,

Kepemimpinan dan

Perilaku Organisas

10 1J

5

Kepemimpinan

Pendidikan, Yudistira

1 985

11 17

ft

) Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan 13 258

7

J. Riberu, Dasar-dasar kepemimpinan, Jakarta, Pedoman

Ilmu

Jaya,

t992.

13 7

#

8

E. Mulyasa, Manajemen berbasis Sekolah, PT Remaja Rosdakarya

Bandung,2002.

t3 108

o Kepemimpinan, Dahara

Price, Semarang, 1992.

l4

12

tr

10

Kepemimpinan

Pendidikan, Yudistitra,

1985.

14 35

ft

11

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasinya,

Bandung PT Rosdakarya,

15 108

I2

Miftah

Toha, Prilaku

Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, J

akula,

PT Grafindo,2000.


(4)

l3 Supervisi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya,

Bandung 1987.

t6

48

14

Kartini

Kartono, Pemimpin dan

kepemimpinan, Jakarta PT raja Grafindo Persada,200I.

I9

31

15

Jansen Sinamo, SEtos

Keguruan, Jakarta,

Institut Darma

Mahardika 2010.

t9

20

T6

Toto'fasmara, Etos

Kerja Pribadi

Muslim,

Jakarta, Dana Bakti Wakaf, 1995

t9

25

l7

Toto Tasmara, Membudayakan Etos

Kerja

Islami,

Jakarta, Gema Insani,2002

20 15

l8

Jansen Sinamo, 8Etos

Keguruan, Jakarta,

Institut Darma

Mahardika,2010

20 20

19

Abdul

hasyim,

Muhammad Surya, rus Bambang Sowarno, Landasan Pendidikan

Menjadi Guru yang baik, Bogor, Ghalia Indonesia,


(5)

20t0

20

Toto Tasmara, Membudayakan Etos

Kerja

Islami,

Jakarta Gema Insani, 2002.

22 15

2T

Toto Tasmara, Etos

Kerja Pribadi

Muslim,

Yogyakarta, Dana Bakti Wakaf, 1995.

23 10

22

Kartini

Kartono, Pemimpin dan

Kepemimpinan, Jakarta PT Grafindo Persada,

200r.

24 25

23

HamzahYa'qub,

Etos

Keria Islami. 24 75

24

Toto Tasmara, Membudayakan Etos kerja [slami. Jakarta Gema Insani, 2002.

24 73

25

Sabrina Fauza, Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja

guru, Wodpress.com.

5

April2010.

28 Internet

26 Pokj awas, Faktor-faktor mempengaruhi kinerja

guru. Wodpress.

Com,09

Juli 2010

28 Internet

BAB

III

1

Anas Sudijono, Pengantar Statistik

38 194


(6)

Pendidikan, PT Grafindo

Persada, J akar:ta, I9g7 .

Ronald E. Walpole,

Pengantar Statistik,

pT

Gramedia Pustaka IJtama, Jakarta,1992


Dokumen yang terkait

Hubungan pengawasan kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di Madrasah aliyah Muhammadiyah Jasinga Kabupaten Bogor

0 2 82

Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Disiplin Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang

0 6 137

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di Smk Yadika 5

1 8 150

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH NEGERI DAN SWASTA DI KELOMPOK KERJA Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Negeri Dan Swasta Di Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Tsanawiyah Negeri Sragen.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, IKLIM ORGANISASI, DAN KOMPENSASI NON-FINANSIAL DENGAN KOMITMEN KERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 2 33

HUBUNGAN KEPUASAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) DI PEMATANG BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 1 30

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI DENGAN KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KOTA PADANGSIDEMPUAN.

0 1 17

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP ETOS KERJA GURU MENURUT PERSEPSI GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 BOYOLALI.

0 2 10

Hubungan kepemimpinan transformasional kepala madrasah dan iklim organisasi dengan etos kerja guru Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Langkat - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 116

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dengan Etos Kerja Guru Di Madrasah Aliyah (MA) Nuhiyah Pambusuang Kec. Balanipa Kab. Polman - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 99