mengingat sangat pentingnya nilai caring sebagai core value dalam keperawatan. Ia menjelaskan bahwa profesi keperawatan merupakan
caring profession, sehingga penanaman caring adalah sebuah hal yang utama. Pemberian teladan peran role model mengenai nilai caring
merupakan salah satu cara yang dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan keperawatan. Selain itu, untuk sebaik-baiknya menguatkan
nilai caring pada mahasiswa sebagai calon perawat di masa mendatang, institusi pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai profesional lain
dalam lingkungan belajar. Agar melalui lingkungan yang penuh nilai profesional tersebut, mahasiswa akan lebih masif terpapar dan menghayati
nilai-nilai profesional dalam keperawatan.
3. Gambaran Nilai Aktivisme Activism Mahasiswa Program Profesi
Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Komponen aktivisme ini diwujudkan dengan keterlibatan seseorang dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan profesi
keperawatan, seperti turut andil dalam asosiasi keperawatan, berpartisipasi dalam melaksanakan riset keperawatan, dan memahami kebijakan-
kebijakan publik terkait profesi Weis Schank, 2009. Sebagai salah satu praktisi kesehatan, perawat memiliki tanggung jawab moral untuk terlibat
dalam advokasi pengembangan profesi dan organisasi kesehatan serta sistem kesehatan lain yang melibatkan profesi kesehatan Simon, 2012.
Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki nilai aktivisme activism dengan nilai tertinggi 25 dan
nilai terendah 12 dari 5 pernyataan dengan rentang nilai 5-25 : Weis Schank, 2009. Semakin tinggi skornya, maka semakin tinggi nilai
aktivismenya. Nilai mean dari komponen nilai aktivisme adalah 18,39 SD=2,784.
Sebanyak 55,6 mahasiswa n=30 memiliki nilai aktivisme di bawah rata-rata 18,39, dan 44,4 mahasiswa n=24 memiliki nilai aktivisme
di atas rata-rata. Ternyata lebih banyak mahasiswa yang memiliki nilai aktivisme di bawah rata-rata.
Lebih banyaknya mahasiswa dengan nilai aktivisme di bawah rata- rata, kemungkinan disebabkan karena pada tingkat mahasiswa program
profesi belum seluruhnya dilakukan aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan aktivisme. Sebagai contoh, mahasiswa pendidikan profesi belum
dapat terlibat dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI sebagai asosiasi profesi perawat profesional di Indonesia. Mereka dapat menjadi
anggota aktif PPNI dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan PPNI jika sudah lulus sebagai Ners. Selain itu, menurut pengamatan peneliti, keterlibatan
dalam organisasi mahasiswa keprofesian serta kajian mengenai kebijakan- kebijakan pemerintah mengenai profesi keperawatan belum menjadi
prioritas pada tingkat mahasiswa program profesi. Sehingga pemahaman, implementasi, serta kepemilikan nilai aktivisme mahasiswa Program
Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini masih sebagian besar di bawah rata-rata.
Sebenarnya terdapat organisasi perawat di tingkat mahasiswa, yakni Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia ILMIKI.
ILMIKI dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk meningkatkan nilai aktivisme yang dimiliki mahasiswa. Melalui keterlibatan di ILMIKI,
mahasiswa akan turut mengkaji isu-isu dan kebijakan-kebijakan mengenai perawat.
Namun berdasarkan aturan organisasi ILMIKI, mahasiswa yang dapat mengikuti ILMIKI ialah mahasiswa pada tingkat Strata 1 S1,
sehingga tidak dapat diikuti oleh mahasiswa Program Profesi Ners. Selain itu, tidak semua mahasiswa dapat mengambil peran sebagai pengurus
ILMIKI. Karena pengurus yang dibutuhkan berjumlah terbatas. Selain itu, kegiatan-kegiatan ILMIKI biasanya dapat diikuti oleh sebagian kecil
mahasiswa perawat karena kegiatan tersebut bersifat delegasi. Artinya, tidak semua mahasiswa dalam suatu institusi dapat mengikuti sebuah
kegiatan ILMIKI. Keterbatasan tersebut tentu perlu disiasti. Salah satu siasat yang
dapat dilakukan adalah meningkatkan peran dan fungsi dari Organisasi Eksekutif di tingkat mahasiswa atau dikenal dengan Himpunan Mahasiswa
Program Studi HMPS jika di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peningkatan
peran dan
fungsi yang
dimaksud ialah
HMPS menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang membahas seputar isu dan
kebijakan dalam keperawatan, baik dalam bentuk seminar, dikusi umum, dan sebagainya.
Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan mengadvokasi profesi, mahasiswa perlu terlebih dahulu memahami tentang faktor
budaya, sosial, dan politik yang memberikan dampak dan pengaruh kepada
praktik keperawatan dan profesi Dyal Cohen, 2014. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tersebut, dapat digunakan konsep
final project yang dilakukan mahasiswa dengan menginvestigasi kebijakan-kebijakan terkait, pembiayaan, pendidikan, hingga efektifitas
pelayanan keperawatan di lapangan. Final project tersebut diakhiri dengan presentasi hasil yang dikemas dalam sebuah seminar. Cara tersebut
terbukti efektif dalam meningkatkan nilai aktivisme mahasiswa Dyal Cohen, 2014. Cara tersebut dapat digunakan oleh Program Profesi Ners
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakara sebagai salah satu metode untuk meningkatkan nilai profesionalisme mahasiswa.
4. Gambaran Nilai Kepercayaan Trust Mahasiswa Program Profesi