1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Potter dan Perry 2005 memaparkan, nilai yang dimiliki oleh sebuah subyek memberikan hidup dan identitas kepada subyek tersebut, baik sebagai
individu, profesi, maupun masyarakat. Sebagai wujud identitas dan landasan dalam bertindak, perawat sebagai salah satu profesi pun memiliki nilai-nilai
yang menjadi nilai profesional perawat. Nilai profesional tersebut menjadi pondasi dalam berhubungan dengan orang lain dan mengimplementasikan
asuhan keperawatan Potter Perry, 2005. American Association of Colleges of Nursing AACN telah menyusun
tujuh nilai esensial yang menjadi nilai profesional perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Ketujuh nilai tersebut ialah altruisme, persamaan,
estetika, kebebasan, martabat manusia, keadilan, dan kebenaran Potter Perry, 2005. Dalam penerapannya, ketujuh nilai tersebut yang ditambahkan
nilai caring sebagai nilai utama dalam keperawatan, membantu perawat untuk memfilter berbagai pengalaman dan keputusannya dalam asuhan. Nilai tersebut
mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi dengan pasien dan menggunakan dirinya sebagai theraupetic use of self. Selain itu, nilai-nilai
tersebut membangun bingkai idealisasi terhadap sosok perawat. Widyarini 2005 melalui penelitian kualitatifnya semakin menguatkan
bahwa pasien berpersepsi jika perawat merupakan praktisi medis yang dengan profesionalitasnya akan membantu pasien untuk melewati masa sakit dengan
sebaik-baiknya. Pasien mempercayakan dirinya kepada perawat karena pasien menganggap perawat adalah penyedia pelayanan keperawatan yang
profesional. Sehingga melalui profesionalitas perawat tersebut, pasien tidak khawatir untuk menyerahkan kondisi kesehatannya kepada perawat.
Konsep tersebut kenyataanya berbeda dengan yang ditemui peneliti di lapangan. Peneliti telah mendapatkan paparan klinik secara dini early clinical
exposure dengan menjalani program Pra-Klinik sejak semester IV tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saat melaksanakan praktik langsung tersebut, peneliti menemui beberapa ketidaksesuaian, salah satunya ialah tidak diterapkannya
nilai profesional keperawatan oleh beberapa perawat. Sebagai salah satu contoh, pada bulan Januari 2014, peneliti menemui seorang perawat A yang
membentak pasien X dengan masalah congestive heart failure yang ingin berjalan ke kamar mandi. Perawat A menginformasikan adanya larangan
berkegiatan kepada pasien X dengan cara membentak pasien X. Pasien menyatakan bahwa sikap perawat A membuat pasien X kehilangan trust
kepada perawat A. Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat A tidak menerapkan nilai caring dan menghargai martabat pasien X sebagai manusia.
Murdyastuti 2009 juga menemukan hal yang serupa. Ia meneliti tentang pengaruh motivasi perawat terhadap pelaksanaan patient safety di ruang rawat
inap Rumah Sakit Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Penelitian tersebut menunjukkan, sebagian besar perawat memiliki motivasi rendah untuk
melakukan patient safety, yakni sebesar 66.7. Padahal ia menemukan, sesungguhnya motivasi perawat yang muncul sebagai cerminan nilai altruisme
tersebut terbukti memiliki pengaruh positif yang signifikan dalam pelaksanaan patient safety. Motivasi yang rendah tersebut membuat perawat kurang
mempedulikan aspek patient safety dalam memberikan asuhan keperawatan, yang dibuktikan Murdyastuti dari hasil uji t yang mencari pengaruh variabel
motivasi, yang menunjukkan nilai t
3hitung
= 2,360 t
tabel =
1,679. Dedi, dkk, 2008 menggunakan faktor caratif caring milik John Watson
2004, dalam Dedi, 2008 untuk mengidentifikasi penerapan nilai caring oleh perawat pada sebuah rumah sakit di Bandung. Ia menemukan, dari 10 caratif
caring, satu diantaranya belum diterapkan oleh perawat-perawat yang ada dirumah sakit tersebut. Faktor caratif yang belum diterapkan ialah komunikasi
yang teraupetik, tulus, dan terampil. Ketidaksesuaian tersebut dapat muncul dengan berbagai sebab. Hamilton
1992, dalam Potter Perry, 2005 menjelaskan, bahwa manusia mempelajari nilai melalui observasi, pertimbangan, dan pengalaman. Sejalan dengan hal itu,
perawat sebagai profesi mengalami transmisi nilai profesional keperawatan dengan mempelajari, mengamati, meneladani, serta mengalami nilai tersebut
melalui proses pendidikan yang ditempuh sebelumnya. Transmisi nilai yang dialami perawat saat menempuh pendidikan akan menanamkan nilai tersebut
pada diri perawat. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu aspek yang perlu dievaluasi saat membicarakan ketidaksesuaian penerapan nilai
profesional keperawatan. Salah satu masalahnya, belum dilakukan penelitian di Indonesia yang
mengkaji tentang gambaran nilai profesional yang dimiliki mahasiswa perawat, baik pada mahasiswa Diploma III DIII maupun mahasiswa Strata 1 S1.
Kajian tersebut penting guna mengevaluasi penanaman nilai profesional keperawatan pada setting pendidikan dan menilai kesiapan mahasiswa perawat
Indonesia untuk menjadi perawat profesional. Penilaian kesiapan yang dimaksud tentu melalui penilaian terhadap tingkat nilai profesionalitas
mahasiswa. Penelitian tersebut juga dapat digunakan sebagai evaluasi mengenai efektifitas pengajaran nilai profesional keperawatan dalam tataran
pendidikan. Masalah lainnya ialah belum adanya laporan yang membahas dampak
dari tingkat nilai profesional mahasiswa perawat terhadap pasien yang diberikan asuhan keperawatan. Sedangkan kajian itu penting untuk mengetahui
kemungkinan adanya dampak buruk karena faktor terkait, ketika mahasiswa mendapatkan early clinical exposure atau saat menjalani Program Profesi Ners.
Penelitian maupun evaluasi mengenai nilai profesional yang dimiliki oleh mahasiswa juga belum dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Jakarta. Sedangkan mahasiswa PSIK UIN Jakarta menerima pengajaran tentang nilai profesional keperawatan di bangku kuliah dan mulai berinteraksi
dengan pasien dalam Pra-Klinik, bahkan saat Program Profesi Ners berhadapan dan bertanggung jawab secara langsung kepada pasien di rumah sakit. Program
Profesi Ners di PSIK UIN Jakarta dimulai sejak tahun 2010 hingga saat ini, dan belum dilakukan penelitian mengenai nilai profesional keperawatan.
Permasalahan diatas membuat peneliti merasa sangat penting untuk meneliti gambaran nilai profesional keperawatan yang dimiliki oleh mahasiswa
Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan hubungannya terhadap performa klinik mahasiswa. Alasan dijadikannya mahasiswa Program
Profesi Ners sebagai sampel ialah karena kegiatan pembelajaran yang mereka laksanakan seluruhnya berinteraksi dengan klien atau pasien, baik di rumah
sakit maupun komunitas.
B. Rumusan Masalah