Deskriptif Data Dampak kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham perusahaan LQ 45 di BEI

66 Tabel 4.3 Dividen Payout Ratio Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 ANTM 63,11 40,00 40,00 40,07 90,55 ASII 52,67 47,99 9,94 38,32 46,32 BBCA 75,34 49,39 32,54 42,68 19,38 BBRI 97,67 49,94 49,99 34,92 0,88 AALI 64,75 65,00 65,03 30,23 27,76 BDMN 66,35 49,58 49,67 29,95 0,76 BLTA 22,55 13,80 27,40 1,47 8,76 BMRI 286,53 59,66 88,80 34,84 8,74 BUMI 23,82 15,47 20,10 13,89 4,08 INDF 171,34 44,28 41,42 39,90 1,02 TINS 123,16 50,00 50,00 4,99 13,54 TLKM 91,74 55,54 71,44 56,37 5,78 UNSP 30,22 20,22 31,17 19,64 6,13 UNTR 39,35 39,85 40,11 40,01 663,85 Berdasarkan hasil perhitungan Dividen Payout Ratio masing- masing perusahaan pada Tabel 4.3, Pada Tahun 2005, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 286,53 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 22,55. Pada Tahun 2006, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 65,00 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 13,80. Pada Tahun 2007, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 88,80 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 9,94. Pada Tahun 2008, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 56,37 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 1,47. Dan pada 67 Tahun 2009, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. United Tractors Tbk sebesar 663,85 dan terendah dipegang oleh PT. Bank Danamon Tbk sebesar 0,76. DPR memberikan gambaran tingkat pembagian dividen terhadap Net income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.

c. Volatilitas Earning

Earning volatility adalah standar deviasi laba sebelum bunga dan pajak EBIT. Variabel ini di gunakan proxy untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan potensi kebangkrutan perusahaan. Tabel 4.4 Volatilitas Earning Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 ANTM 0,0069 0,1395 0,4221 0,5243 0,1569 ASII 0,0042 0,0403 0,0750 0,0586 0,0402 BBCA 0,0041 0,0053 0,0015 0,0054 0,0044 BBRI 0,0089 0,0029 0,0028 0,0046 0,0024 AALI 0,0138 0,0009 0,3973 0,1588 0,2652 BDMN 0,0203 0,0083 0,0089 0,0055 0,0016 BLTA 0,0502 0,0683 0,0216 0,0320 0,0653 BMRI 0,0004 0,0068 0,0060 0,0027 0,0019 BUMI 0,0455 0,0346 0,2043 1,0855 1,0576 INDF 0,0289 0,0496 0,0466 0,0135 0,0253 TINS 1,0432 0,0413 0,4583 0,0942 0,3626 TLKM 0,0668 0,0766 0,0439 0,5789 0,0266 UNSP 0,0166 0,0501 0,0217 0,0136 0,0123 UNTR 0,0092 0,0190 0,0536 0,0789 0,0144 Berdasarkan hasil perhitungan Volatilitas Earning masing- masing perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2005, Volatilitas 68 Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekumonikasi Indonesia Tbk sebesar 0,0668 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar - 1,0432. Pada Tahun 2006, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 0,1395 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar -0,0403. Pada Tahun 2007, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 0,4583 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar -0,0216. Pada Tahun 2008, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 1,0855 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,5789. Dan pada Tahun 2009, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Tbk sebesar 0,0253dan terendah dipegang oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar -1,0576.

d. Firm Size

Firm Size diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan natural log total asset Masdupi, 2005. Tabel 4.5 Firm Size Perusahaan LQ45 tahun 2005 – 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 ANTM 29 30 30 30 30 ASII 31 32 32 32 32 BBCA 33 33 33 33 33 BBRI 32 33 33 33 33 AALI 31 29 29 30 30 BDMN 32 32 32 32 32 BLTA 30 30 31 31 31 BMRI 33 33 33 34 34 69 BUMI 30 31 31 32 32 INDF 30 30 31 31 31 TINS 29 29 29 29 29 TLKM 32 32 32 30 32 UNSP 28 28 29 29 29 UNTR 30 30 30 31 31 Berdasarkan hasil perhitungan Firm Size masing-masing perusahaan pada Tabel 4.5, Pada Tahun 2005, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk Dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Bankrie Sumatra Plantions Tbk sebesar 28. Pada Tahun 2006, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk, PT.Bank Mandiri Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie Sumatra Plantion Tbk sebesar 28. Pada Tahun 2007, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk, PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT. Bank Mandiri sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk, PT.Timah Tbk dan PT.Bakrie Sumatra Plantion Tbk sebesar 29. Pada Tahun 2008, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 34 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar 29. Dan pada Tahun 2009, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 34 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk dan PT.Bakrie Sumatra Plantion sebesar 29. Perusahaan besar lebih mempunyai pengendalian terhadap pasar. Oleh karena itu, perusahaan besar mempunyai tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil Harianto 70 dan Sudomo, 2001:182. Keputusan investasi yang dilakukan di pasar modal pada dasarnya merupakan proses yang berorientasi informasi, di mana informasi digunakan sebagai bahan untuk memprediksi ramalan.

e. Debt to Assets Ratio

Tabel 4.6 DAR Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 ANTM 0,53 0,41 0,27 0,21 0,21 ASII 0,48 0,54 0,50 0,50 0,45 BBCA 0,89 0,90 0,91 0,91 0,90 BBRI 0,89 0,89 0,90 0,91 0,91 AALI 0,15 0,19 0,21 0,18 0,19 BDMN 0,87 0,88 0,88 0,90 0,84 BLTA 0,75 0,62 0,84 0,76 0,74 BMRI 0,91 0,90 0,91 0,91 0,91 BUMI 0,88 0,85 0,50 0,60 0,66 INDF 0,68 0,65 0,63 0,67 0,64 TINS 0,44 0,52 0,33 0,34 0,33 TLKM 0,52 0,52 0,48 0,52 0,50 UNSP 0,61 0,64 0,45 0,47 0,48 UNTR 0,61 0,59 0,55 0,51 0,42 Berdasarkan hasil perhitungan DAR masing-masing perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2005, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT.Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,15. Pada Tahun 2006, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,90 dan terendah dipegang oleh PT.Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada Tahun 2007, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT. Astra agro Lestari Tbk sebesar 0,21. Pada Tahun 71 2008, DAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk, PT.Bank Central Asia Tbk dan PT. Bank Rakyat indonesia Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,18. Dan pada Tahun 2009, DAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19.

f. Growth In Asset

Tabel 4.7 Growth In Asset Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 ANTM 0,06 0,14 0,65 0,15 0,02 ASII 0,20 0,23 0,10 0,27 0,06 BBCA 0,01 0,18 0,23 0,13 0,11 BBRI 0,16 0,26 0,32 0,21 0,12 AALI 8,52 0,89 0,53 0,22 0,20 BDMN 0,15 0,21 0,09 0,20 0,07 BLTA 0,81 0,04 1,52 0,21 0,05 BMRI 0,60 0,02 0,19 0,12 0,02 BUMI 0,20 0,38 0,17 1,19 0,09 INDF 0,06 0,09 0,83 0,34 0,03 TINS 0,14 0,26 0,45 0,15 0,14 TLKM 0,10 0,21 0,09 0,89 9,43 UNSP 0,11 0,43 1,42 0,09 0,09 UNTR 0,57 0,06 0,16 0,76 0,02 Berdasarkan hasil perhitungan Growth In Asset masing-masing perusahaan pada Tabel 4.7, Pada Tahun 2005, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 0,60 dan terendah dipegang oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar -0.06. Pada Tahun 2006, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bakri Sumatra 72 Plantion Tbk sebesar 0,43 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar -0,89. Pada Tahun 2007, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bakri Sumatra Plantion Tbk sebesar 1,42 dan terendah dipegang oleh PT. Bank Damon Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,09. Pada Tahun 2008, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 1,19 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,89. Dan pada Tahun 2009, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 9,43 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar -0,14. Menurut Eko Wahyudi dan Baidori 2008, semakin besar growth in net assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham semakin rendah sebaliknya semakin rendah growth in net assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar.

g. Volatilitas Harga Saham

Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut volatiles sigit dan bambang,2006:29. Volatilitas mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu periode. Pada dasarnya volatilitas dapat dilihat sebagai kecepatan perubahan dalam pasar, meskipun lebih tepatnya disebut kebingungan pasar. 73 Tabel 4.8 Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 ANTM 0,08 0,11 0,33 0,18 0,08 ASII 0,09 0,04 0,07 0,22 0,08 BBCA 0,05 0,04 0,04 0,17 0,09 BBRI 0,08 0,07 0,05 0,18 0,07 AALI 0,08 0,07 0,08 0,20 0,06 BDMN 0,07 0,05 0,07 0,24 0,11 BLTA 0,09 0,07 0,11 0,27 0,11 BMRI 0,07 0,08 0,06 0,25 0,08 BUMI 0,26 0,06 0,11 0,22 0,20 INDF 0,10 0,08 0,07 0,15 0,09 TINS 0,19 0,17 0,13 0,46 0,11 TLKM 0,04 0,49 0,04 0,11 0,05 UNSP 0,06 0,08 0,08 0,28 0,15 UNTR 0,09 0,05 0,07 0,29 0,09 Berdasarkan hasil perhitungan Volatilitas Harga Saham masing- masing perusahaan pada Tabel 4.8, Pada Tahun 2005, Volatilitas Harga Saham, tertinggi dimiliki oleh PT.Bumi Resource Tbk sebesar 0,26 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,04. Pada Tahun 2006, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi indonesia Tbk sebesar 0,49 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk dan PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 0,04. Pada Tahun 2007, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 0,33 dan terendah dipegang oleh PT. Bank Central Asia Tbk Dan PT.Telekomuniksi Tbk sebesar 0,04. Pada Tahun 2008, Volatilitas Harga Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 0,46 dan terendah dipegang oleh 74 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,11. Dan pada Tahun 2009, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resouce Tbk sebesar 0,20 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,06. Volatilitas dipandang sebagai ukuran resiko dan return yang paling akurat. semakin tinggi volatilitas semakin tinggi pula resiko dan juga return.

2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Gambar 4.2 Pengujian Normalitas Data 75 Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data return saham adalah normal.

b. Uji Multikolinieritas

Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF .471 2.125 .499 2.002 .844 1.185 .536 1.867 .527 1.896 .804 1.244 a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM Sumber data diolah Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena 76 data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.

c. Uji Autokolerasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson DW. Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson d sebesar 1.562 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sample n 70 dan jumlah variabel independen k adalah 6. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.340 dan 4 – du = 4 – 1.340 = 2.66. Oleh karena nilai du d 4-du atau 1.340 1.562 2,66 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Tabel 4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .574 a .330 .266 17.436666 1.562 a. Predictors: Constant, GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM Sumber data diolah 77

d. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram. Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber data diolah Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.